Salam damai sejahtera di dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus.
Imamat 25:29-34
25:29 "Apabila seseorang menjual rumah tempat tinggal di suatu kota yang berpagar tembok, maka hak menebus hanya berlaku selama setahun mulai dari hari penjualannya; hak menebus berlaku hanya satu tahun.
25:30 Tetapi jikalau rumah itu tidak ditebus dalam jangka waktu setahun itu, rumah itu secara mutlak menjadi milik si pembeli turun-temurun; dalam tahun Yobel rumah itu tidaklah bebas.
25:31 Tetapi rumah-rumah di desa-desa yang tidak dikelilingi pagar tembok haruslah dianggap sama dengan ladang-ladang di negeri itu, atasnya harus ada hak menebus dan dalam tahun Yobel rumah itu harus bebas.
25:32 Mengenai rumah-rumah di kota-kota orang Lewi, hak menebus rumah-rumah itu ada pada orang-orang Lewi untuk selama-lamanya.
25:33 Sekalipun dari antara orang Lewi yang melakukan penebusan, tetapi rumah yang terjual di kota miliknya itu haruslah bebas dalam tahun Yobel, karena segala rumah di kota-kota orang Lewi adalah milik mereka masing-masing di tengah-tengah orang Israel.
25:34 Dan padang penggembalaan sekitar kota-kota mereka janganlah dijual, karena itu milik mereka untuk selama-lamanya."
Imamat pasal 25 dalam terang Tabernakel terkena pada Tabut Perjanjian. Tabut Perjanjian terdiri dari 2 komponen:
1. Tutup pendamaian yang terbuat dari emas murni dengan 2 kerub menunjukkan Allah Tritunggal dalam pribadi Yesus Mempelai Pria Sorga.
2. Tabut perjanjian yang terbuat dari kayu penaga dan disalut dengan emas murni dalam dan luar, menunjukkan Tubuh Kristus yang sempurna atau Mempelai Wanita Tuhan.
Jadi bicara Tabut Perjanjian itu menunjukkan penyatuan Mempelai.
Kita masuk pada Imamat 25:29-34 yang berbicara penebusan rumah. Rumah erat kaitannya dengan nikah, jadi penebusan rumah menunjuk pada pembenahan nikah atau perbaikan nikah. Masalah yang sama yang dialami oleh nikah manusia baik di kota, maupun di desa, bahkan nikah hamba Tuhan dan pelayan Tuhan adalah “rumah yang terjual”. Apa itu rumah yang terjual? Terjual berarti kehilangan hak kepemilikan. Jadi rumah yang terjual artinya kehilangan hak di dalam nikah.
I Korintus 7:1-5
7:1 Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin,
7:2 tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.
7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
7:4 Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.
7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.
Kalau dalam bahasa Indonesia hanya dikatakan untuk berdoa, dalam bahasa Inggris dikatakan berdoa dan berpuasa. Penekanannya pada ayat 3 dan 4. Hubungan nikah itu adalah hubungan hak dan kewajiban. Tuhan yang mengatur, bukan manusia. Yaitu lakukan dulu kewajiban utama kita dalam nikah baru kita memperoleh hak kita yang tidak bisa diganggu gugat. Inilah masalah yang melanda nikah manusia di kota, di desa, nikah hamba Tuhan yaitu terlalu banyak menuntut hak tetapi tidak melakukan kewajiban. Karena menuntut hak, akibatnya kehilangan haknya, ini sama dengan rumah yang terjual.
Kita perhatikan apa kewajiban utama kita dalam nikah:
1. Kewajiban suami
Efesus 5:25-29
5:25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
5:26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,
5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
5:29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
Kewajiban utama suami adalah mengasihi isteri seperti diri sendiri dan tidak berlaku kasar terhadap isteri. Tidak disebutkan harus memenuhi kebutuhan isteri dan anak, siapkan ini, siapkan itu. Bukan! Yang dicatat di sini yang utama yaitu mengasihi isteri dan tidak berlaku kasar pada isterinya.
Suami yang tidak mengasihi isteri dan suka memukul isterinya sama dengan orang gila, seperti orang gila di Gerasa yang suka memukuli dirinya.
Markus 5:5
5:5 Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.
Isteri itu tubuh, dipukuli berarti sama dengan orang gila yang memukul dirinya. Tinggalnya di mana? Di kubur. Makanya nikah bersuasana menakutkan, suasana kuburan, horor terus, tidak ada yang betah. Saya sebagai suami juga masih belajar untuk mengasihi isteri dan tidak berlaku kasar kepada isteri. Maka suami-suami akan tampil sebagai singa yang meneladani Yesus, singa dari suku Yehuda. Apa tugas Yesus sebagai singa dari suku Yehuda?
Wahyu 5:5
5:5 Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya."
Jadi pekerjaan singa dari suku Yehuda di sini adalah membuka gulungan kitab. Sama dengan membuka rahasia Firman. Jadi supaya suami bisa melakukan kewajiban utamanya maka harus selalu bersekutu dengan pembukaan rahasia Firman. Kalau malas mendengar Firman, jangan diharapkan bisa mengasihi isteri. Kekuatan apa yang membuat bisa mengasihi isteri? Kekuatan dari dunia tidak bisa. Orang kaya belum tentu menentukan bisa mengasihi isteri. Orang punya kedudukan tidak bisa membuat mengasihi isteri. Tidak ada kekuatan yang bisa membuat mengasihi isteri kalau bukan pembukaan rahasia Firman itu sendiri. Kalau malas dengar Firman tidak bisa diharapkan. Apalagi sudah malas dengar Firman lalu jatuh dalam penggembalaan tanpa pembukaan rahasia Firman. Akan berat dia untuk melakukan kewajiban utama yaitu mengasihi isteri. Dia justru tampil sebagai singa yang menakutkan sebab tidak meneladani Yesus tetapi meneladani iblis, singa yang mengaum-ngaum beredar mencari mangsa.
I Petrus 5:8
5:8 Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.
Ini awasan bagi saya, kalau saya sebagai gembala dan suami kasar terhadap isteri maka diragukan apa yang saya sampaikan. Itu bukan pembukaan rahasia Firman, bisa saja hanya mejiplak atau mencuri Firman. Mencuri Firman itu artinya apa yang didengar dari orang itu yang disampaikan tetapi tidak dipraktek. Tetapi kalau mengasihi isteri dan tidak kasar maka rahasia Firman semakin dibukakan.
Isteri-isteri doakan suamimu, yang utama bukan doa supaya dia kuat cari nafkah tetapi yang utama doakan supaya suka bersekutu untuk mendengar Firman. Biar dia kuat cari nafkah tetapi tidak suka dengar Firman maka bisa bojo loro anak telu. Di rumah kasih ini itu kepada anak isteri tetapi di luar ada isteri baru. Kalau suami mulai ngantuk-ngantuk dengar Firman harus didoakan, sebab nanti di rumah dia pasti kasar, tidak bisa mengasihi. Kita belajar perbaikan nikah, jangan marah yah. Suami-suami nomor satu.
Isteri-isteri gembala doakan supaya suami-suami mendapatkan pembukaan rahasia Firman. Dan satu lagi upayakan jangan bangkitkan emosinya. Sebab kalau sampai gembala emosi maka semuanya rugi. Kenapa? Tidak akan dapat pembukaan rahasia Firman, kering. Cari Firman itu bukan seperti cari kacang, butuh pergumulan ekstra. Jadi gembala dan ibu gembala sama-sama mawas diri, jaga diri.
Kalau suami tampil sebagai singa yang meneladani Yesus yaitu Singa dari suku Yehuda maka padanya ada kekuatan dan kemampuan dari Tuhan untuk melakukan 3 hal:
a) Menjadi teladan kesucian sehingga isteri dan anak juga bisa hidup di dalam kesucian. Jadi kalau ada anak jatuh dalam dosa kenajisan, ayah dulu koreksi diri! Jangan dulu langsung salahkan isteri “kamu ini, tidak bisa jaga anak”. Suami koreksi diri, sudahkah hidup dalam kesucian atau belum. Kasihan isteri sudah kerja setengah mati, jaga lagi anak, suami pulang-pulang salahkan lagi isteri.
Sebagai contoh Daud, mengapa anaknya Absalom berbuat senajis itu? Karena Daud sudah salah, dia jatuh dalam kenajisan. Memang Daud sudah mengaku dosa dan diampuni, tetapi ada harga yang harus dia bayar. Absalom anaknya meniduri gundik-gundik Daud di depan seluruh orang Israel.
II Samuel 12:11-14
12:11 Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.
12:12 Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan."
12:13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.
12:14 Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati."
Daud berbuat dosa kenajisan, akhirnya dia harus bayar harga. Anaknya sendiri yaitu Absalom meniduri gundik-gundiknya di depan orang Israel. Ini berlaku bagi orang yang sudah tahu kebenaran Firman tetapi melakukan perbuatan seperti itu. Kalau dulu dia lakukan sebelum dia tahu Firman pengajaran yang benar, itu lain lagi. Kalau dulu belum tahu dan sekarang sudah tahu, ayo minta ampun sungguh-sungguh dan jangan mengulangi lagi maka Tuhan pasti menolong nikah kita. Senajis apapun yang kita lakukan di masa yang lalu sekarang ada kesempatan dipulihkan. Kita minta ampun sungguh-sungguh, Tuhan pasti tolong nikah kita, Tuhan mampu memperbaiki.
b) Efesus 5:29
5:29 Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
Memelihara dan melindungi nikah secara ajaib, baik secara jasmani, terutama secara rohani. Mungkin secara jasmani suami banyak kekurangannya, tetapi yang utama dia mau menikmati Firman, dia mau hidup di dalam kesucian maka Tuhan kasih kemampuan untuk memelihara nikahnya secara ajaib. Mungkin gajinya tidak seberapa dibandingkan isterinya, tetapi Tuhan berikan kemampuan untuk memelihara dan melindungi nikahnya secara ajaib. Ini adilnya Tuhan, semua suami-suami diberi kesempatan untuk memelihara dan melindungi nikahnya secara ajaib, kalau mau menikmati Firman dan mau hidup di dalam kesucian.
Secara rohani juga Tuhan tolong dalam nikah itu ada kehangatan. Mengasuh dan merawat itu berarti menghangatkan dengan kasih. Mengapa nikah selalu dingin, suami isteri dingin? Suami dulu periksa, kalau dia tidak menikmati Firman dan tidak hidup dalam kekudusan makanya nikah dingin. Kalau suami pulang dari kerja nikah itu bersuasana kuburan, menakutkan, singa pulang.
Suami yang hidup dalam kesucian dan suka menikmati Firman, dia mau ke mana-mana isteri tidak akan meragukan lagi. Dia tidak akan mencari kehangatan dari perempuan lain. Tidak akan ada wil (wanita idaman lain), tidak akan ada simpedes (simpanan perempuan desa), karena dia hidup dalam kesucian.
c) Menjaga nikah tetap damai sejahtera. Mungkin sudah ada gejolak, sudah mulai perang dingin, suami yang tahu Firman, yang hidup dalam kekudusan berupaya meredam. Bisa menjaga nikah tetap damai sejahtera sehingga menjadi enak dan ringan. Tidak mungkin meninggalkan nikah yang enak dan ringan, bodoh kalau ditinggalkan. Saya nomor satu berupaya. Namanya nikah manusia tidak ada yang mulus-mulus, nikah kami juga ada kles dalam nikah. Jangan sampai suami malah menyala membuat nikah itu tambah hancur dan jaga harus tetap damai sejahtera.
2. Isteri
Efesus 5:22-24
5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Ini kewajiban utama dari isteri. Bukan memasak, cuci piring, bersih-bersih rumah, kalau cuma seperti itu sewa pembantu saja. Kewajiban utama isteri adalah tunduk kepada suami dalam segala hal seperti kepada Tuhan. Artinya:
a) Bisa mengoreksi diri sehingga tidak langsung menyalahkan suami ketika terjadi masalah dalam nikah. Sekalipun yang berulah itu suami, koreksi dulu diri kenapa bisa terjadi seperti ini, tentu ada asap karena ada api. Kami sebagai gembala kalau ada isteri datang melapor kelakuan suaminya saya tidak langsung mempersalahkan suaminya, pasti sama-sama salah itu. Tidak ada yang satu benar, satu salah. Masing-masing pasti dikoreksi.
b) Berupaya meredam pertengkaran dengan suami, bukan justru menyulut pertengkaran. Biasanya suami sudah mau diam, tetapi isterinya yang mau bicara terus! Akhirnya melayang pancasila. Aman rumah tangga kalau isteri berusaha meredam. Kita sama-sama belajar. Nikah jasmani mau dibawa pada nikah yang rohani, jangan terjual, harus mengalami penebusan.
c) Tidak mengajar dan memerintah suami. Minta tolong boleh. Ada juga yang sudah salah mengajar, sampai minta tolongpun tidak boleh. Jadi isteri gendong anak, bawa barang berat-berat, suami jalan lenggang kangkung.
d) Tidak mengikuti kemauan suami yang tidak sesuai Firman. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Serahkan kepada kepala rumah tangga yang tidak nampak dengan mata jasmani yaitu Tuhan Yesus. Seperti Abigail menghadapi Nabal, dia serahkan kepada Tuhan dan nanti Tuhan yang kasih hikmat.
Isteri yang tunduk kepada suami bagaikan madu, menjadi sumber kemanisan dalam nikah rumah tangga. Nikah itu tidak pernah tawar, apalagi pahit, bahkan suami yang jahat sekalipun bisa dimenangkan oleh sikap isteri yang tunduk.
I Petrus 3:1
3:1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
Yang baru sendiri ikut pengajaran jangan putus asa, tetap belajar tunduk kepada semua dengan 4 pengertian tadi itu dan Tuhan pasti beracara. Nikah itu Tuhan yang ciptakan, segala kerusakannya Tuhan yang bisa memperbaiki. Bukan dibawa ke dewan adat, paling mereka yang cari keuntungan bayar denda. Apalagi mau dibawa ke pengadilan saling gugat, jangan! Bawa kepada Tuhan.
Hati-hati kalau isteri mau dominan di dalam nikah, bisa berakibat fatal. Kita lihat contoh dan akibatnya:
a) Kejadian 3:6-7,17
3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
3:17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
Contoh pertama adalah Hawa. Sudah mendengar suara Firman dari suaminya yaitu lewat Adam, tetapi masih mau mendengar suara ular dan mengajak Adam untuk makan buah terlarang dan dia berikan kepada suaminya yang ada bersama-sama dengan dia. Berarti saat itu ada Adam di situ tetapi Adam iya-iya saja, Hawa yang dominan. Akibatnya sangat fatal, nikah itu terusir dari hadapan Tuhan, terpisah dari Tuhan, tidak ada hadirat Tuhan dan berkat Tuhan dalam nikah, yang ada hanya kutukan dan air mata.
Biar isteri ijazahnya lebih tinggi dari suami, jangan coba-coba merampas kedudukan suami sebagai kepala, jangan mengajar dan memerintah laki-laki. Mengusulkan boleh tetapi mengajar dan memerintah tidak boleh, yang mengambil keputusan tetap suami. Kalau isteri merampas kedudukan suami nanti hanya kutukan dan air mata yang ada, nikah menjadi neraka mini, tidak ada manisnya..
b) Kejadian 16:1-2
16:1 Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.
16:2 Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
Sarai menyuruh Abram untuk mengambil Hagar menjadi gundik, untuk melahirkan anak bagi Abram, padahal Tuhan sudah berjanji bahwa Tuhan akan memberikan keturunan bagi Abram dari Sarai. Abrampun mendengarkan suara Sara. Akibatnya:
1) Kejadian 16:12
16:12 Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya."
Akibat pertama lahir Ismael, keledai liar yang suka perang. Artinya timbul masalah yang tidak selesai-selesai.
2) Kejadian 16:16; 17:1
16:16 Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
17:1 Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.
Kurang lebih 13 tahun Abraham dan Tuhan terpisah. Jadi akibat kedua hubungan dengan Tuhan terputus. Jadi jangan coba-coba isteri ambil keputusan sendiri, apalagi isteri gembala mau mengambil keputusan sendiri dalam pelayanan, jangan! Nanti hubungan dengan Tuhan terputus. Betapa ngerinya kalau terpisah dengan Tuhan. Contohnya ketika bangsa Israel membuat anak lembu emas, kemudian Tuhan berkata kepada Musa “Aku tidak akan menyertai engkau sebab bangsa ini adalah bangsa yang tegar tengkuk, tetapi Aku akan mengirim malaikatku menyertai bangsa ini”. Apa yang terjadi selanjutnya? Dikatakan ketika bangsa Israel mendengar ancaman yang mengerikan itu. Kalau terpisah dan putus dengan Tuhan itu ngeri. Di Perjanjian Baru Yesus peragakan sendiri ketika Dia disalib salah satu seruannya Eloi, Eloi lama sabatani, AllahKu AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku. Suara kitalah itu yang diwakilkan oleh Yesus, betapa ngeri kalau terpisah dengan Tuhan, betapa ngeri kalau putus hubungan dengan Tuhan, seperti orang yang disalibkan. Jadi putus hubungan dengan Tuhan itu suasana kengerian.
3) Isteri-isteri Salomo mengajak Salomo menyembah berhala.
I Raja-raja 11:3-6
11:3 Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.
11:4 Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.
11:5 Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon,
11:6 dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya.
Kalau isteri dominan akibatnya jatuh dalam pengajaran yang palsu dan penyembahan yang palsu. Pengajaran yang benar pasti akan ditinggalkan dan dilepaskan. Bertahun-tahun dia dalam pengajaran dia tidak nyaman, dengar Firman “isteri harus tunduk pada suami” dia merasa tidak nyaman sebab di rumah prakteknya lain. Akhirnya pindah kepada ajaran lain dan penyembahan palsu. Itulah akibatnya, hilanglah dari hadapan Tuhan, tamatlah riwayat rohaninya. Kalau sudah lepas dari pengajaran yang benar, kekuatan apa lagi yang bisa memperbaiki. Maka kerusakan nikah akan bertambah parah sampai hancur rohani.
Dari 3 contoh ini kita lihat suami berperan dalam terjadinya akibat yang fatal. Apa peran suami di sini? Tidak tegas! Adam tidak tegas, Abraham tidak tegas, Salomo juga tidak tegas malah dengar suara isterinya yang dari bangsa lain, bukan bangsa Israel. Tidak tegas berpegang pada Firman pengajaran yang benar. Kadangkala suami berpikir berpikir dari pada ribut ikut akan saja. Tidak tegas, akibatnya tanggung sama-sama. Kalau suami sudah tegas berpegang pada Firman pengajaran yang benar dia tidak akan membiarkan dirinya diajar dan diperintah oleh isteri. Kalau isteri tetap keras kepala bagaimana? Ceraikan? Pukul? Jangan! Lapor kepada Yesus sebagai kepala, tinggal di doakan. Nanti Yesus yang membenahi isteri, Yesus yang menolong semuanya.
3. Kewajiban utama anak. Apa itu? Apakah sekolah baik-baik sampai dapat ijazah, nanti bantu orang tua. Bukan!
Efesus 6:1-3
6:1 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.
6:2 Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:
6:3 supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
Kolose 3:20
3:20 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
Kewajiban utama anak adalah hormat dan taat kepada orang tua dalam segala hal. Dalam soal sekolah bisa hormat dan taat, dalam soal pekerjaan bisa hormat dan taat, tetapi soal 1 tidak bisa yaitu soal jodoh. Jangan seperti itu, harus taat dalam segala hal dan itu yang menjamin keindahan hidupnya. Keindahan hidup anak itu akan membawa keindahan dalam rumah tangga orang tuanya. Jangan sampai kita merusak keindahan hidup kita sendiri, rugi!
Anak-anak apalagi yang sudah remaja dan dewasa ayo jaga kesucian permulaan nikah, masa pacaran dan tunangan. Itu yang akan menentukan keindahan nikah. Kalau sekarang sudah dirusak, nanti kehilangan berkat. Supaya masuk nikah nanti indah, dapat berkat dari Tuhan, berkat yang utuh dicurahkan dalam nikah.
Ingat perintah Tuhan dalam Kejadian 1:28 Tuhan memberkati dulu baru dikatakan beranak cuculah. Jangan dibalik, sudah beranak, baru mau dibawa di gereja, jangan!
Kejadian 1:28
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Yang sekarang ini dibalik, istilahnya almarhum bapak gembala belum berdoa sudah makan, jangan! Kalau sudah terjadi minta ampun sungguh-sungguh kepada Tuhan dan kepada orang tua serta minta didoakan oleh gembala supaya Tuhan pulihkan. Tetapi ingat, harus bayar harga, Tuhan ampuni tetapi ada harga yang harus dibayar.
4. Kewajiban utama orang tua.
Efesus 6:4
6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
Kolose 3:21
3:21 Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Ini kewajiban utama orang tua yang diwakili oleh bapa.
a) Jangan bangkitkan amarah di dalam hati anak. Memang itu anak kandung kita, boleh kita marah, tetapi jangan bangkitkan amarah di dalam hati anak, jangan sampai buat hati anak tawar. Kadangkala orang tua sudah kelewatan, anak sudah dijadikan sandsak tinju, sudah kelewatan, kadang sampai anak berteriak bunuh saja saya!
b) Jangan turuti kemauan anak yang tidak sesuai Firman. Atau paksakan kemauan orang tua yang tidak sesuai Firman kepada anak, tetapi didiklah anak dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Berarti orang tua harus hidup rohani baru bisa didik anak dalam ajaran dan nasihat Firman. Kadang untuk anak dituntut harus begini dan begitu, padahal orang tuanya sendiri tidak rohani.
5. Kewajiban ibu janda
I Timotius 5:5
5:5 Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam.
Bertekun dalam doa permohonan siang malam.
Kalau kewajiban utama bisa kita lakukan dalam nikah rumah tangga kita maka tujuan dari menikah itu bisa tercapai. Apa tujuan menikah?
Efesus 5:31
5:31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Tujuan menikah bisa tercapai yaitu menjadi satu daging. Tujuan kita menikah adalah menjadi satu, bukan bersatu-satu. Kalau menikah harus menyatu, kalau uang saja tidak bisa menyatu bagaimana nikah bisa menyatu. Makanya jemaat kalau mengembalikan perpuluhan tulis saja dari keluarga ini. Jangan tulis perpuluhan suami sekian, isteri sekian, satukan saja. Itu tujuan menikah menjadi satu daging. Suami tampil sebagai singa yang meneladani Yesus singa dari suku Yehuda yang menjaga nikah, isteri tampil seperti madu, anak-anak menjadi keindahan dalam nikah, otang tua bisa mendidik anak sesuai Firman, ibu janda banyak menaikkan doa permohonan. Maka nikah menjadi satu dan teka teki dalam nikah terjawab. Ingat teka teki Simson. Yang kuat adalah singa, yang manis adalah madu, terjawab teka-tekinya.
Hakim-hakim 14:12-14,18
14:12 Kata Simson kepada mereka: "Aku mau mengatakan suatu teka-teki kepada kamu. Jika kamu dapat memberi jawabnya yang tepat kepadaku dalam tujuh hari selama perjamuan ini berlangsung dan menebaknya, maka aku akan memberikan kepadamu tiga puluh pakaian lenan dan tiga puluh pakaian kebesaran.
14:13 Tetapi jika kamu tidak dapat memberi jawabnya kepadaku, maka kamulah yang harus memberikan tiga puluh pakaian dalam dan tiga puluh pakaian kebesaran kepadaku." Kata mereka kepadanya: "Katakanlah teka-tekimu itu, supaya kami dengar."
14:14 Lalu katanya kepada mereka: "Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan." Ada tiga hari lamanya mereka tidak dapat memberi jawab teka-teki itu.
14:18 Lalu pada hari yang ketujuh itu, sebelum matahari terbenam, berkatalah orang-orang kota itu kepadanya: "Apakah yang lebih manis dari pada madu? Apakah yang lebih kuat dari pada singa?" Sahutnya kepada mereka: "Kalau kamu tidak membajak dengan lembu betinaku, pasti kamu tidak menebak teka-tekiku."
Masuk nikah itu sama dengan menghadapi teka-teki. Waktu masa pacaran itu belum semua kita lihat, masa tunangan itu masih yang manis-manis. Nanti masuk nikah baru kelihatan, wah ternyata kamu begitu! Masuk nikah itu sama dengan menghadapi teka-teki, kalau bisa melakukan kewajiban utama maka teka-teki terjawab. Teka teki itu persoalan, jadi berani masuk nikah berarti berani masuk dalam persoalan, berani masuk dalam masalah. Pemudi-pemudi di sini jangan cuma lihat pemuda itu ganteng dan kaya, lihat apakah dia suka dengar Firman, itu yang nomor satu. Kalau dia suka dengar Firman maka begitu masuk nikah dia bisa melakukan kewajiban utama. Pemuda-pemuda jangan hanya lihat dia cantik, pandai dan sebagainya. Lihat dia tunduk pada orang tuanya atau tidak. Kalau dia suka melawan orang tua, nanti masuk nikah cuma menanduk.
Hasilnya luar biasa, nikah itu mendapatkan pakaian kemuliaan. Kalau kewajiban sudah dilakukan, mendapatkan pakaian kemuliaan, jangan takut tidak akan ada yang bisa mengambil hak kita. Isteri hak suami, tidak ada yang bisa mengganggu gugat. Suami hak isteri, tidak ada yang bisa mengganggu gugat. Hak dalam rumah tangga akan kita dapatkan. Nikah mendapat pakaian kemuliaan, artinya nikah kita bisa memuliakan Tuhan dan dimuliakan oleh Tuhan. Sampai nanti bisa masuk pesta nikah Anak Domba Allah, kemuliaan kekal bersama dengan Yesus selama-lamanya, nikah jasmani masuk dalam nikah yang rohani. Betapa nikmatnya nikah itu. Tetangga melihat nikah ini luar biasa, anak-anaknya hormat dan taat kepada orang tua, suaminya baik, isterinya ramah, itu memuliakan Tuhan dan dimuliakan oleh Tuhan. Jangan sampai rumah tangga kita terjual, lakukan kewajiban ini maka pasti mendapatkan hak yang tidak dapat diganggu gugat.
Kalau nikah bisa satu daging, pasti bisa sepakat satu hati menjadi rumah doa.
Matius 18:19
18:19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
Dua itu menunjukan suami isteri. Bagaimana bisa sepakat kalau tidak satu daging, tidak bisa melakukan kewajiban, tidak mungkin sepakat, tidak bisa menjadi rumah doa. Satu daging, sepakat, lakukan kewajiban dulu maka bisa menjadi rumah doa, segala pergumulannya dijawab oleh Tuhan pada waktunya. Banyak pergumulan kita, tetapi pergumulan yang paling berat yang membuat lemah lunglai dan lemas adalah pergumulan dalam nikah. Kalau sudah teratasi maka nikah kita menjadi rumah doa, bukan sarang penyamun.
Sudah dinubuatkan dari meja roti sajian. Di meja roti sajian ada 12 roti yang disusun menjadi 2 susun di atas satu meja, setiap susun 6 roti, itu nikah yang menjadi satu daging. 6 pertama menunjukan suami manusia darah daging tetapi mau diisi Firman pengajaran yang benar sehingga bisa melakukan kewajiban utamanya. 6 kedua menunjukkan isteri manusia darah daging tetapi mau diisi Firman pengajaran yang benar sehingga bisa melakukan kewajiban utamanya. Kalau sudah disusun di atas meja roti sajian, maka di atasnya ditaruh kemenyan yang dibakar, itu menunjuk doa. Jadi nikah menjadi rumah doa.
Imamat 24:5-9
24:5 "Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa;
24:6 engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN.
24:7 Engkau harus membubuh kemenyan tulen di atas tiap-tiap susun; kemenyan itulah yang harus menjadi bagian ingat-ingatan roti itu, yakni suatu korban api-apian bagi TUHAN.
24:8 Setiap hari Sabat ia harus tetap mengaturnya di hadapan TUHAN; itulah dari pihak orang Israel suatu kewajiban perjanjian untuk selama-lamanya.
24:9 Roti itu teruntuk bagi Harun serta anak-anaknya dan mereka harus memakannya di suatu tempat yang kudus; itulah bagian maha kudus baginya dari segala korban api-apian TUHAN; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya."
Pelajaran dari meja roti sajian itu luar biasa, roti dibuat dari tepung gandum yang dihaluskan, tepung yang terbaik. Memang untuk diisi dengan Firman pengajaran yang benar supaya bisa melakukan kewajiban utama, kita harus mengalami proses penghalusan, sakit bagi daging. Mau dibentuk jadi roti itu memang sakit bagi daging. Gandum harus disabit dulu, kemudian ditampi, digiling, ditumbuk sampai halus, dibuat jadi adonan, dijadikan roti baru dibakar. Prosesnya sakit bagi daging tetapi tujuannya supaya nikah itu menjadi satu daging dan ada doa penyembahan yang naik kepada Tuhan. Bukan diceraikan kalau menghadapi isteri yang cerewet, itu proses penghalusan. Menghadapi suami yang kasar itu suatu proses penghalusan. Sakit bagi daging tetapi kita akan dibentuk menjadi roti yang disusun di atas meja dan ada kemenyan di atasnya, bisa menjadi rumah doa, doa penyembahan akan naik kepada Tuhan.
Nikah sudah satu daging pasti satu hati dan menjadi rumah doa. Dan dikatakan itu bagian ingat-ingatan, artinya nikah kita selalu diingat oleh Tuhan, berarti Tuhan perhatikan, Tuhan pedulikan kita, apapun pergumulannya Tuhan tahu. Mungkin sore ini datang dengan pergumulan nikah dan buah nikah yang berat, ayo dihaluskan dulu, lakukan kewajiban utama kita dulu, nanti doa kita naik ke hadirat Tuhan, nikah kita diingat oleh Tuhan. Apapun pergumulan kita Tuhan tahu, Tuhan peduli dan Tuhan bergumul untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalam nikah rumah tangga kita.
Roti sajian itu juga perjamuan suci, inilah makanan rohani kita untuk menguatkan kita agar bisa terus bergumul menghadapi tantangan apapun di dalam nikah. Ada perjamuan suci di depan. Kita makan, kita minum, kita dikuatkan untuk terus bergumul sampai nikah kita menjadi satu. Bergumul untuk punya rumah itu baik, bergumul untuk mendapat buah nikah itu baik, bergumul untuk ini dan itu silahkan. Tetapi yang utama kita gumuli Tuhan satukan nikahku dalam satu Firman pengajaran yang benar, untuk mengarah pada satu Tubuh Kristus yang sempurna, menyatu dengan Yesus sebagai kepala.
Jangan berkata “tidak mampu saya Tuhan, saya mau cerai saja” jangan! Ada guru sekolah minggu yang datang ke gembalanya “saya tidak mampu menghadapi suami saya, saya cerai saja”. Tuhan kasih hikmat kepada bapak gembala “ibukan guru sekolah minggu, anggap menghadapi suami seperti menghadapi anak sekolah minggu”. Guru sekolah minggu menghadapi anak yang berulah masak ditempeleng? Guru-guru sekolah minggu jangan dicubit yah anak-anak sekolah minggu, didoakan, apalagi anak saya nanti saya saja yang cubit. Itu nasihat dari gembala, sekarang dia mulai berupaya, kalau dulu tidak peduli, sekarang mulai merapikan kamar suaminya. Suatu saat Tuhan pasti menolong. Tuhan peduli, Tuhan tahu, Tuhan bergumul atas nikah kita, Tuhan selesaikan masalah nikah sebab Dia yang menciptakan nikah.
Perjamuan suci yang akan kita terima ini adalah kekuatan untuk kita terus bergumul menghadapi tantangan apapun. Mulai dari sekarang ada dupa naik, kemenyan naik dari rumah tangga masing-masing, nanti Yesus datang kerinduan hati kita suami, isteri, anak, orang tua, kakak, adik, saudara semua bisa menyambut Yesus di awan-awan dengan satu suara penyembahan ‘haleluya’ dan kita menjadi Mempelai WanitaNya yang sempurna.
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar