Yohanes 10:29-31,34-39
10:29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
10:30 Aku dan Bapa adalah satu."
10:31 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.
10:32 Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?"
10:34 Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?
10:35 Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan —,
10:36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?
10:37 Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku,
10:38 tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."
10:39 Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
Mulai ayat 22 sampai 39 adalah pengakuan Yesus sebagai Mesias dan Dia juga adalah Anak Allah. 2 hal ini yang menjadi penyebab mengapa orang Yahudi menolak Yesus, karena mereka anggap Yesus menghujat Allah. Kita sudah membahas poin pertama penyebab orang Yahudi menolak Yesus karena Yesus mengaku Mesias. Dan kita sekarang membahas poin kedua, Yesus mengaku sebagai Anak Allah.
Tadi dikatakan di ayat 32 dan 38 Yesus menunjukan pekerjaanNya sebagai Anak Allah. Pekerjaan atau aktivitas Yesus yang terutama sebagai Anak Allah adalah pendamai antara manusia berdosa dengan Allah lewat pengorbanan nyawaNya.
I Yohanes 4:8-10
4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
4:9 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
4:10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
Jadi menolak Yesus sebagai Anak Allah sama dengan tidak mau berdamai, tetap mempertahankan dosa = tidak memiliki kasih Allah. Kasih Allah itu yang membebat hidup kita, kasih Allah itu lebih dari segala-galanya, kasih Allah itu kekal yang membuat pelayanan kita kekal. Tanpa kasih tidak ada gunanya. Kita mohon kepada Tuhan kasih Allah.
Tidak mau berdamai atau tetap mempertahankan dosa = melempari Yesus dengan batu atau menimbun batu sampai menjadi bukit batu. Seringkali menimbun dosa itu lewat berdusta. Sudah salah, berbuat dosa, begitu ketahuan malah berdusta. Seperti Yudas, kesempatan terakhir dia tidak mau bertobat, dia menimbun dosanya dengan dusta.
Yeremia 9:6
9:6 Penindasan ditimbuni penindasan, tipu ditimbuni tipu! Mereka enggan mengenal TUHAN.
Dosa ditimbun dengan dusta, dusta ditimbun lagi dengan dusta. Dosa itu semakin bertimbun sampai dosa itu bagaikan bukit batu sehingga membuat malas untuk bertobat.
Yeremia 9:5
9:5 Yang seorang menipu yang lain, dan tidak seorang pun berkata benar; mereka sudah membiasakan lidahnya untuk berkata dusta; mereka melakukan kesalahan dan malas untuk bertobat.
Kalau batunya baru 1 2 masih gampang disingkir. Tetapi kalau sudah menjadi bukit batu jadi malas disingkirkan. Itu akibatnya kalau dosa itu ditimbun dengan dusta. Apalagi kalau gembala menutupi dosanya dengan berdusta di depan jemaat, dia menjadi malas untuk bertobat.
Begitu juga kalau tidak mau mengampuni, itu bagaikan batu keras = melempari Yesus dengan batu. Sebagai contoh, waktu Yesus diperhadapkan dengan orang-orang Yahudi yang membawa perempuan kedapatan berbuat dosa. Mereka berkata kepada Yesus orang seperti ini harus dirajam dengan batu. Tetapi Yesus berkata kepada mereka “siapa diantara kamu yang tidak berdosa hendaklah dia lebih dahulu melempari perempuan ini”. Tidak ada yang berani, dari yang paling tua sampai yang termuda semua pergi.
Yohanes 8:3-5,10-11
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Berulang-ulang tidak mau mengampuni itu sama dengan menimbun batu menjadi bukit batu. Orang tidak mau mengampuni juga sama dengan pendusta karena dia tidak mengasihi sesama.
I Yohanes 4:20
4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
Jadi orang tidak mengaku dosa dan tidak mengampuni dosa sama-sama pendusta di hadapan Tuhan. Sama-sama juga menimbun dosa dengan dusta = menumpuk batu menjadi bukit batu. Akhirnya malas untuk bertobat. Tanpa disadari itu sudah menindas diri sendiri.
Jadi tidak mengaku dosa = tidak bertobat, tidak mengampuni = tidak bertobat. Keduanya sama nilainya, pendusta!
I Yohanes 1:8
1:8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
Pendusta itu tidak masuk ke Yerusalem Baru. 8 dosa yang menenggelamkan ke lautan api dan belerang dikunci dengan dusta. Tidak masuk Yerusalem Baru malah tenggelam dalam lautan api dan belerang. Sesakit apapun kita belajarlah untuk melepaskan pengampunan. Jangan sampai kita menjadi pendusta di hadapan Tuhan, menimbun bukit batu sehingga malas untuk mengampuni.
Orang berbuat dosa itu sudah menderita, ditindas oleh iblis. Kalau mengulang-ulang dosa itu menindas diri sendiri. Tidak mengampuni dosa orang lain itu menindas diri sendiri dan menindas orang lain juga, rugi kita! Jangan sampai penindasan ditimbun dengan penindasan.
Ingat, Tuhan tidak melupakan orang-orang yang tertindas, Tuhan tidak melupakan teriakannya.
Mazmur 9:13
9:13 sebab Dia, yang membalas penumpahan darah, ingat kepada orang yang tertindas; teriak mereka tidaklah dilupakan-Nya.
Yesaya 66:2
66:2 Bukankah tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku.
Ketika ada sesama kita oleh karena pekerjaan Firman, karena gentar terhadap Firman Tuhan, dia datang mengaku dosanya kepada kita lalu tidak kita ampuni dan tidak dilupakan berarti kita menindas orang itu, maka kita berhadapan dengan Tuhan! Suami datang pada isterinya “ma mohoh ampun, saya sudah selingkuh” lalu isteri mengusir, itu berarti isteri menindas suami, maka dia berhadapan dengan Tuhan. Ayolah akui dosa kita, jangan menindas diri kita. Ampuni dosa orang lain, jangan menindas orang. Supaya kita tidak berhadapan dengan Tuhan sebagai Hakim, tetapi berhadapan dengan Tuhan sebagai Imam Besar, sebagai Raja, Mempelai Pria Sorga.
Seringkali kita bertindak sebagai allah, hakim yang lalim yang tidak mau mengampuni malah menjatuhkan hukuman kepada orang lain. Sedangkan Tuhan sendiri mau mengampuni.
Sekalipun keadaan kita seperti bukit batu, masih diberikan kesempatan untuk ditolong. Mungkin sudah mengaku dosa, bahkan sudah mengaku dosa di depan umum, masih mengulang-ulang dosa, itu menimbun bukit batu, namun masih mendapat kesempatan untuk ditolong. Atau orang berulang-ulang minta ampun tetapi tidak mau diampuni dan dilupakan, itu sama dengan menimbun bukit batu. Masih dapat kesempatan ditolong. Lewat apa?
Yeremia 23:29
23:29 Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?
Masih mendapat kesempatan ditolong lewat Firman pengajaran yang keras yang datang berulang-ulang seperti palu. Kalau kita menerima Firman yang keras dan diulang-ulang maka dosanya hancur. Tetapi kalau kita tepis menolak Firman maka kita yang hancur. Pilih mana, kita yang hancur atau dosa yang hancur. Kita semua diperiksa Tuhan dosa apa yang kita ulang-ulang, tidak kita akui, atau sudah kita akui tetapi diulang-ulang dan ditimbun dengan dusta, Firman datang keras bagaikan palu, kita terima maka dosa yang hancur. Biarlah kita mau menerima Firman yang keras yang menghancurkan bukit batu. Jangan kita hancur, biar dosa yang dihancurkan. Jangan malu, jangan putus asa! Masih ada harapan, masih ada kesempatan Firman diulang dengan keras, ayo kita hancurkan bukit batu dosa itu.
Tuhan sudah memberikan sarana untuk berdamai yaitu Firman pengajaran yang keras yang diulang-ulang = Firman pengajaran yang benar dan Korban Kristus. Sudah diberikan 2 sarana, kalau kita masih juga kena penghukuman Tuhan bersama dengan dunia itu bukan salahnya Tuhan tetapi salah sendiri karena tidak memanfaatkan sarana dari Tuhan. Firman pengajaran itu menyatakan dosa untuk kita sadari, kita sesali, kita akui. Korban Kristus darah Yesus menghapus segala dosa kita sampai tidak berbekas, seakan-akan kita tidak pernah berbuat dosa lagi. Demikian juga Firman pengajaran menyatakan dosa orang untuk dia akui kepada kita dan darah Yesus, Korban Kristus mengobati sakit hati kita sehingga kita bisa mengampuni. Coba isteri selingkuh, suami mana yang tidak tersakiti hatinya, tetapi bisa mengampuni. Darah Yesus yang membebat hati yang terluka itu. Semakin kita berdamai, saling mengaku, saling mengampuni, semakin damai semakin suci, maka kita pasti dipakai Tuhan di dalam pelayanan pembangunan Tubuh Kristus, dipakai dalam pelayanan pendamaian.
II Korintus 5:18
5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Tuhan yang percayakan jadi tanggung jawabnya kepada Tuhan.
II Korintus 5:19-21
5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Pelayanan pembangunan Tubuh Kristus disebut pelayanan pendamaian. Artinya tidak kena mengena dengan dosa, jangan melayani dalam tanda berdosa, ayo berdamai, selesaikan semuanya. Saya khotbah, ini pelayanan pendamaian. Tetapi kalau ada dosa yang saya pertahankan berarti tidak dipercaya Tuhan, tidak dipakai, hanya merasa dipakai! Main musik itu juga pelayanan pendamaian. Selesaikan dosa, jangan main musik dalam keadaan berdosa, berdamai! Semua pelayanan, termasuk paduan suara, membersihkan gereja, pelayanan apa saja, itu semua pelayanan pendamaian, jangan ada dosa, selesaikan semuanya, perdamaikan semuanya dengan Tuhan dan sesama. Coba main drum atau main musik apa saja, menyanyi sambil pikul beban dosa, tidak akan dipakai! Pelayanan kita tidak berkenan kepada Tuhan dan juga kepada sesama. Malah dicibir orang “oh dia itu khotbah, kemarin dia habis pukul orang!” atau “dia main musik padahal dia kemarin menipu dan merokok” itu tidak jadi kesaksian! Di sini bukan skill yang diutamakan tetapi hati yang suci, itu yang mau dipakai oleh Tuhan. Kalau di dunia memang keahlian, tetapi di ladang Tuhan, hati yang Tuhan lihat. Ingat waktu para rasul mencari orang untuk menggantikan Yudas, mereka berdoa “Tuhan Engkau yang melihat hati setiap orang”.
Dalam Tabernakel berdamai atau menyelesaikan dosa, bertobat, itu ditunjukan dengan mezbah korban bakaran. Mezbah itu ada apinya dan api ini yang dibawa untuk menyalakan pelita di ruangan suci, membakar ukupan di atas meja roti sajian, untuk membakar dupa di atas mezbah dupa emas. Kalau kita sudah berdamai, kita disucikan, kita menjadi Imam dan Raja, posisi kita di ruangan suci. Pelayan Tuhan, hamba Tuhan harus ada di ruangan suci. Di situ ada 3 macam alat, menunjukan 3 macam ibadah pokok. Hamba Tuhan dan pelayan Tuhan harus tergembala, itu membuktikan bahwa dia sudah berdamai dan dia mau disucikan.
Meja roti sajian itu ketekunan dalam ibadah pendalaman Alkitab dan Perjamuan suci, kita bersekutu dengan Yesus Anak Allah di dalam Firman pengajaran dan Kurban Kristus. Melayani harus makan, kalau tidak akan loyo.
Pelita emas itu ketekunan dalam ibadah raya, kita bersekutu dengan Allah Roh Kudus dalam urapan dan karunia-karunia Roh Kudus. Ini yang membedakan pelayanan dalam gereja dengan di dunia. Di sini kita diberi minum sehingga segar.
Mezbah dupa emas, ketekunan di dalam ibadah doa penyembahan. Kita bersekutu dengan Allah Bapa di dalam kasihNya, ada siklus udara yang baik, kita bernafas dengan baik sehingga bisa kuat melayani Tuhan.
Imamat 21:12
21:12 Janganlah ia keluar dari tempat kudus, supaya jangan dilanggarnya kekudusan tempat kudus Allahnya, karena minyak urapan Allahnya, yang menandakan bahwa ia telah dikhususkan, ada di atas kepalanya; Akulah TUHAN.
Pelayan Tuhan, hamba Tuhan harus tergembala. Kita yang sudah berdamai, mau disucikan, dipercaya pelayanan, harus tergembala, jangan di luar penggembalaan. Harus bertekun dalam 3 macam ibadah pokok. Mengapa harus tergembala?
1. Imamat 9:24; 6:12-13
9:24 Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah.
6:12 Api yang di atas mezbah itu harus dijaga supaya terus menyala, jangan dibiarkan padam. Tiap-tiap pagi imam harus menaruh kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar segala lemak korban keselamatan di sana.
6:13 Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam."
Api di mezbah korban bakaran itu api dari Tuhan, bukan dibuat oleh manusia tetapi turun langsung dari sorga. Api ini jugalah yang dibawa ke ruangan suci untuk menyalakan pelita emas, untuk membakar ukupan di atas roti sajian, juga untuk membakar ukupan di atas mezbah dupa emas. Jadi mengapa harus tergembala? Jawabannya supaya api Tuhan tetap ada pada kita, tidak padam! Ketika kita berdamai, mengaku dosa, mengampuni dosa orang lain dan melupakan, maka api Tuhan ada di dalam kita. Tergembala itu menjaga api ini supaya jangan sampai padam. Bagaimana praktek orang tergembala = praktek api Tuhan itu tidak padam:
a) Tetap semangat menyala-nyala melayani Tuhan. Usia boleh semakin tua, tetapi semangat tetap menyala-nyala melayani Tuhan. Bisa diraba, jarak tidak menjadi alasan, bisa menyala-nyala melayani Tuhan, sakitpun tidak menjadi halangan untuk menyala-nyala melayani Tuhan. Mungkin ibadah online, tidak bisa tatap muka dengan gembala, tetapi menyala-nyala melayani Tuhan. Ayo raba, api Tuhan masih menyala atau mulai padam. Mulai redup, mulai bosan, mulai malas melayani Tuhan, malas menyembah, timbul tenggelam, itu api Tuhan mulai padam. Jangan sampai padam, tetaplah menyala-nyala melayani Tuhan.
b) Api menghasilkan terang, kalau ada terang tidak ada kegelapan. Jadi praktek kedua tetap hidup suci di dalam melayani Tuhan. Kadangkala kita suci kalau dilihat orang. Tetapi kalau tidak dilihat orang tidak suci! Ayo tetap hidup suci, dilihat orang ataupun tidak dilihat orang, ada mata Tuhan melihat kita!
c) Api menghasilkan energi, tenaga. Praktek ketiga tetap kuat dalam melayani Tuhan sekalipun diperhadapkan dengan banyak tantangan.
I Korintus 15:58
15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Dalam ibadah pemberkatan nikah di Wawondula, Pdt. Widjaja mengatakan ingatlah dulu bagaimana waktu diterima masuk Lempinel. Saya akui saya bukan orang baik-baik. Saya tinggal di pastori Malang juga banyak pelanggaran. Tetapi kalau bisa diterima itu hanya karena kemurahan Tuhan, setelah lulus bisa bertahan itu hanya karena kemurahan Tuhan. Tetap kuat dalam melayani Tuhan! Apalagi kalau sudah menyanyi mengapa Kau memilihku, rasanya air mata tidak bisa dibendung sudah keluar. Tuhan memanggil dan memilih kita itu kunci kerajaan sorga. Tetap kuat melayani Tuhan sampai garis akhir, apapun yang kita hadapi jangan goyah. Jaga jangan gampang tersandung, teguh dalam panggilan, teguh dalam tahbisan, teguh dalam kesucian, tetap melayani dalam pembangunan Tubuh Kristus.
Melayani tanpa berdamai, tidak mau mengaku dan tidak mau mengampuni = celaka!
Yesaya 6:1
6:1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
Yesaya ini sudah dipakai dari pasal 1, 5 pasal dia dipakai Tuhan tetapi tidak berdamai.
Yesaya 6:2-8
6:2 Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.
6:3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
6:4 Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itu pun penuhlah dengan asap.
6:5 Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."
6:6 Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.
6:7 Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."
6:8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"
Melayani tanpa berdamai itu celaka. Tetapi bukan berarti pelayanan kita lepas! Dosanya yang dilepaskan, pelayanannya tetap. Yesaya membuang dosanya. Lewat api dari mezbah korban bakaran dia mengalami penyucian dosa dan dia tetap melayani. Buang dosa sehingga kita dengan mantap berseru “ini aku Tuhan, utuslah aku!”. Kalau tidak melayani tidak punya tempat di dalam Tubuh Kristus. Jadi kalau lepaskan pelayanan kita lepaskan tempat dalam Tubuh Kristus.
2. Supaya tidak membawa api asing dalam melayani Tuhan seperti Nadab dan Abihu sehingga mereka harus mati.
Imamat 10:1-2
10:1 Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.
10:2 Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN.
Apa itu api asing?
a) Api dunia. Kalau tidak tergembala api dunia yang dibawa masuk dalam gereja. Gembala yang tidak tergembala membawa masuk api dunia dalam gereja.
b) Api dosa.
c) Api hawa nafsu daging. Cari dipuji, hormat, pujian dari manusia.
Kalau melayani dengan api asing hanya masuk pada kematian rohani, mengarah ada kematian kekal di neraka, api neraka!
Matius 25:41
25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
Jika kita melayani dengan api Tuhan, tergembala, maka arah kita jelas ke ruangan maha suci. Di situ ada api kemulian Tuhan, Shekina Glori. Arah kita jelas, kita mau dibawa masuk di dalam kemuliaan Tuhan yang kekal, menjadi Mempelai Wanita Tuhan yang sempurna. Memang banyak tantangan dan pergumulan, tetapi kalau ada api Tuhan kita tetap semangat melayani Tuhan, tetap hidup suci, tetap kuat teguh hati, tidak goyah menghadapi pencobaan dan tantangan apapun. Buang dosanya, pelayanan dipertahankan. Terus melayani sampai mencapai Yerusalem Baru, kita masuk dalam kemuliaan Tuhan yang kekal.
Mulai sekarang kita rasakan api Roh Kudus menguasai kehidupan kita, semakin menyala-nyala melayani Tuhan sampai garis akhir. Tuhan tidak pernah menipu, seorang imam, hamba Tuhan, anak Tuhan yang tergembala, semua kebutuhan kita sudah tercakup di dalam penggembalaan.
Ibrani 10:36
10:36 Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
Ini yang kita butuhkan, ketekunan dalam 3 macam ibadah. Di dalam penggembalaan sudah terkandung segala yang telah Tuhan janjikan. Tuhan sudah siapkan semuanya bagi kita. Jangan kita ragukan, jangan takut dan jangan kita mundur dari pelayanan. Terus tergembala sampai garis akhir kehidupan kita. Tuhan sudah memanggil memilih kita, kita mau melayani menuruti teladan Tuhan, kehendak Tuhan, Firman Tuhan, sampai garis akhir hidup kita.
Tuhan Memberkati
GPT “Kristus Penebus”
Jl. Langgadopi No.4 Tentena
Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663
HP: 081334496911
Email: imamat_raja@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar