20250628

Kebaktian Umum, Minggu 29 Juni 2025 Pdt. Handri Otniel Legontu

 

 

Salam damai sejahtera di dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus.

 

Wahyu 14:14-16

14:14 Dan aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya.

14:15 Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak." 

14:16 Dan Ia, yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumi pun dituailah.

 

Pada ayat 14 sampai 20 ada 2 macam penuaian di bumi:

1.      Ayat 14-16 Penuaian gandum.

Ini adalah buah dari percikan darah. Dalam terang Tabernakel, Wahyu pasal 14 ini terkena pada 7 percikan darah di depan Tabut Perjanjian, penyucian terakhir bagi gereja Tuhan, kita menjadi gandum yang dibawa masuk ke dalam lumbung kerajaan Sorga.

2.      Ayat 17-20 Penuaian anggur.

Ini adalah buah dari menolak percikan darah. Kalau gereja Tuhan tidak mau mengalami percikan darah, hanya mau yang enak-enak bagi daging, maka akan dikumpulkan dan dikilang di dalam kilangan murka Allah. Darah akan sampai setinggi kekang kuda dan mengalir sampai sejauh 200mil.

Tentu kita tidak ingin menjadi anggur yang masuk dalam kilangan murka Allah. Kita rindu menjadi gandum yang masuk dalam lumbung kerajaan Sorga.

 

Kita bahas poin pertama. Yang melakukan penuaian adalah seorang seperti Anak Manusia dengan memakai mahkota emas. Ini menunjuk pribadi Yesus sendiri. Yang dituai adalah gandum. Gandum adalah kehidupan Kristen yang memiliki bobot rohani, yaitu kehidupan yang setia mengikut Yesus sekalipun harus mengalami percikan darah, sengsara daging bersama dengan Yesus karena kebenaran.

 

Dari mana kita dapatkan bobot rohani? Kita dapatkan dari pertumbuhan rohani. Ada suatu proses. Ini yang harus kita perjuangkan, masuk dalam proses pertumbuhan rohani sampai kita menjadi gandum yang matang = kehidupan yang dewasa rohani, sempurna sebagai Mempelai Wanita Tuhan.

 

Yang menjadi penentu pertumbuhan rohani adalah:

1.      Benihnya harus baik, itulah benih Firman pengajaran yang benar.

2.      Tanah hati kita harus baik.

 

Kita pelajari proses pertumbuhan rohani lewat perumpamaan penaburan benih.

Markus 4:26-29

4:26 Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,

4:27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.

4:28 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.

4:29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."

 

Namanya benih itu kecil. Dan ini yang seringkali dilakukan oleh orang Kristen, oleh gereja Tuhan yaitu mengecilkan pemberitaan Firman. Tidak penting pemberitaan Firman, yang utama itu pujian penyembahannya. Memang kita harus memuji menyembah Tuhan tetapi jangan lupa, di kerongkongan ada pujian di tangan ada pedang. Pujian penyembahan harus ada, tetapi penyucian oleh pedang Firman pengajaran itu yang terutama. Jangan dikecilkan pemberitaan Firman pengajaran. Benih itu kecil, tetapi kalau ditabur di tanah yang baik bisa tumbuh menjadi besar. Inilah rumus kerajaan Sorga, dari kecil menjadi besar, dari tidak ada menjadi ada.

 

Hal kerajaan Sorga seumpama seorang menabur benih. Artinya Tuhan merindukan supaya kita sekalipun hidup di bumi ini, merasakan suasana kerajaan Sorga sampai kita bisa masuk dalam kerajaan Sorga, yaitu kita mau menerima penaburan benih Firman pengajaran yang benar. Saat kita datang beribadah, ada pemberitaan Firman pengajaran, itu bagaikan benih sedang ditabur, itulah suasana kerajaan Sorga. Biar kita bisa merasakan dan menikmati suasana kerajaan Sorga, menikmati saat-saat penaburan benih Firman pengajaran, jangan pernah mengecilkan dan mengentengkan. Kalau pemberitaan Firman bisa kita nikmati maka Firman itu bekerja menumbuhkan rohani kita sampai matang, untuk siap dituai masuk dalam lumbung kerajaan Sorga.

 

Ada 3 proses pertumbuhan rohani sampai matang, sampai dewasa atau sempurna.

1.      Ayat 26-27 bertunas.

2.      Ayat 28 berbuah.

3.      Ayat 29 penuaian.

 

Pagi ini kita pelajari proses pertumbuhan, bertunas. Ada 2 langkah untuk bertunas.

1.      Benih harus ditaburkan di tanah hati yang baik. Artinya kita harus memiliki hati nurani yang baik, hati yang lembut.

Yakobus 1:21

1:21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

 

Bagaimana proses melembutkan hati? Dalam Kejadian pasal 6 hati manusia cenderung jahat, hati manusia keras! Supaya hati itu lembut buang segala yang kotor di dalam hati kita. Apa yang kotor dalam hati? Banyak yang kotor dalam hati, tetapi dikelompokan menjadi 3:

a)      Keinginan jahat

b)      Keinginan najis

c)      Kepahitan hati

 

Buang semua ini maka hati menjadi lembut, Firman bisa ditaburkan di situ, bisa bertumbuh dan bertunas.

Markus 7:21-23

7:21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,

7:22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.

7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

 

Jahat dan najis, ditambah kepahitan hati, itu yang membuat sulit untuk menerima penaburan benih Firman. Apalagi kalau sudah pahit hati sama hamba Tuhan, sama gembala, tidak masuk Firman Tuhan. Padahal sebenarnya bukan seperti itu, tetapi karena di hati menuduh prasangka hati yang tidak baik, akhirnya tidak masuk Firman Tuhan.

 

Keinginan jahat itu cinta uang. Kalau ingin uang susah mau masuk Firman. Seperti Yudas Iskariot, ingin uang terus. Bertahun-tahun dia bersama Yesus tetapi Firman tidak pernah bertumbuh. Sampai saat terakhir, Perjamuan Paskah bersama murid-murid menjelang Yesus disalibkan, kesempatan terakhir bagi Yudas juga dia abaikan, Firman tidak masuk di dalam hatinya.

 

Keinginan najis mengarah pada dosa makan minum dan kawin mengawinkan. Itu juga membuat Firman sulit masuk. Biarpun Firman sudah keras dan tajam tidak bisa masuk karena ada dosa makan minum dan kawin mengawinkan, dosa percabulan dengan berbagai macam bentuknya.

 

Kepahitan hati mengarah pada benci tanpa alasan. Kalau sudah benci tidak bisa juga masuk Firman Tuhan.

 

Kalau semua yang kotor dibuang, sekeras apapun Firman bisa kita terima, tertanam di hati dan menjadi iman. Dalam terang Tabernakel iman itu ditunjukan oleh pintu gerbang. Kita mengikuti pertumbuhan rohani berdasarkan Tabernakel. Hal kerajaan Sorga seumpama seorang yang menabur dan benih itu bertumbuh, kerajaan Sorga itulah Tabernakel. Tabernakel adalah pertumbuhan rohani kita. Jadi kalau kita punya iman, rohani kita mulai bertumbuh, kita sudah merasakan suasana kerajaan sorga. Suasana Sorga bukan yang muluk-muluk yang senang-senang bagi daging. Kalau iman kuat, iman bertumbuh, itulah suasana kerajaan sorga.

 

Begitu mengeras hati, menolak Firman, imannya merosot sampai gugur = keluar dari pintu gerbang sorga, tidak lagi bersuasana kerajaan Sorga dan berakhir dalam kerajaan maut, kebinasaan. Ayo kita lembutkan hati, biar Firman ditaburkan kita bertumbuh dan menjadi iman dalam hati kita, kita masuk pintu gerbang kerajaan Sorga.

 

2.      Markus 4:27a

4:27a lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun,

 

Langkah kedua adalah tidur dan bangun. Tidur dan bangun artinya masuk pengalaman mati dan bangkit bersama Yesus, pengalaman salib bersama Yesus.

 

Tidur adalah pengalaman kematian bersama Yesus yaitu sengsara daging untuk berhenti berbuat dosa, untuk mati terhadap dosa untuk bertobat.

I Petrus 4:1-2

4:1 Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, — karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa —,

4:2 supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.

 

Roma 6:2

6:2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?

 

Dalam Tabernakel pertobatan ini sudah kena pada mezbah korban bakaran. Sudah meningkat bertumbuh rohaninya dari pintu gerbang pada mezbah korban bakaran. Dulu di atas mezbah ada hewan korban dibakar di situ sebagai korban penebus dosa, korban keselamatan, korban penghapus dosa, dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran. Dalam kita Ibrani, semua korban itu sudah digenapi oleh satu korban yaitu korban Kristus Yesus. Yesus mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita manusia berdosa. Kita tinggal memanfaatkan sarana dari Yesus yaitu salib Yesus untuk bertobat, mati terhadap dosa.

 

Setelah tidur kita bangun. Bangun adalah pengalaman kebangkitan bersama Yesus yaitu hidup untuk kebenaran. Segala yang kita lakukan semua untuk kebenaran.

I Petrus 2:24

2:24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

 

Mari kita berupaya hidup untuk kebenaran mulai dari perkara-perkara kecil. Pengalaman mati dan bangkit bersama Yesus jangan diukur dengan perkara jasmani. Kalau mati hanya diukur dengan perkara jasmani, misalnya dia dalam kesulitan ekonomi, dia dalam kesusahan secara jasmani, tetapi belum tentu itu mati. Susah tetapi mencuri, itu tidak mati! Kalau hamba Tuhan susah lalu berhutang, itu bukan mati! Atau kebangkitan diukur yang jasmani, sudah punya kendaraan, punya ini, punya itu, berarti sudah bangkit! Bangkit itu hidup untuk kebenaran. Dalam keadaan krisis tetapi dia hidup untuk kebenaran, itu kebangkitan. Diberkati, kaya, hidup untuk kebenaran, itu pengalaman kebangkitan. Jadi bukan diukur dengan yang jasmani.

 

Kalau hanya diukur oleh yang jasmani, nanti hanya menyembah antikristus. Antikristus itu mati dan bangkitnya palsu. Kepalanya luka yang membahayakan hidupnya tetapi sembuh, itu hanya pengalaman kematian dan kebangkitan yang palsu, hanya diukur yang jasmani.

 

Pengalaman mati dan bangkit bersama Yesus diwujudkan dengan masuk baptisan air yang benar, bejana pembasuhan. Rohani bertumbuh lagi sampai kepada bejana pembasuhan. Bapak ibu yang rindu untuk dibaptis, mati dulu terhadap dosa, bertobat baru nanti dikuburkan dalam baptisan air.

Roma 6:4

6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

 

Pengalaman mati dan bangkit atau pengalaman salig adalah hikmat Allah dan kuasa atau kekuatan Allah bagi kita. Jadi jangan coba-coba usik orang yang punya pengalaman mati dan bangkit bersama Yesus. Dia mati terhadap dosa, dia hidup untuk kebenaran, dalam dirinya ada hikmat Allah, ada kuasa Allah, ada kekuatan Allah. Kalau mati bangkit kita benar, orang mau usik, mau ganggu, mau fitnah, mau jatuhkan kita, kita tidak usah takut karena pada kita ada hikmat Allah, ada kuasa Allah, kekuatan Allah.

I Korintus 1:16,22-24

1:18 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.

1:22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,

1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

 

Tidak usah takut, apalagi kami hamba Tuhan. Kalau mati dan bangkitnya benar maka ada hikmat Allah, ada kekuatan Allah. Seperti benih, dia bisa bertumbuh bukan karena kuasa manusia. Biar itu benih yang baik, lalu diberikan pupuk yang terbaik, kalau Tuhan tidak tumbuhkan, mau apa! Yang menumbuhkan itu kuasa Allah, kekuatan Allah, semua itu dari Tuhan. Orang yang bertunas pada dirinya ada hikmat Allah, kuasa Allah ada kekuatan Allah.

 

Dengan kita mau melembutkan hati, mau mati dan bangkit bersama Yesus maka benih pasti bertunas. Bertunas artinya kita mengalami baptisan Roh Kudus. Melangkah lagi lebih jauh ke pintu kemah. Bertunas artinya ada tanda kehidupan, yang memberi hidup adalah Roh Kudus.

Yohanes 6:63

6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

 

Tunggal yang tidak mungkin bertunas, tetapi oleh Roh Kudus bisa bertunas.

Yesaya 11:1-3

11:1 Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.

11:2 Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;

11:3 ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.

 

Sebenarnya kita manusia berdosa hanya seperti tunggul, tidak berguna, hanya untuk dibakar. Sehebat apapun, kaya, punya kedudukan dan lain-lain, tetapi kalah hidup dalam dosa, pertahankan dosa, itu hannya seperti tunggul yang akan dibakar, tidak ada gunanya! Sebab itu masuklah dalam pertumbuhan rohani! Hati melembut, buang segala yang kotor di dalam hati, Firman masuk menjadi iman. Kemudian mati bangkit bersama Yesus, mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Maka Roh Kudus dicurahkan, kita menjadi kehidupan yang bertunas, yang rohaninya hidup.

 

Kita periksa diri kita, apakah benar kita kehidupan yang rohaninya bertunas, rohaninya bertumbuh, rohaninya hidup atau mati! Kepenuhan Roh Kudus salah satu tandanya adalah bahasa roh. Tetapi bisa terjadi masih berbahasa roh tetapi merpati sudah tidak ada, yang ada tinggal kotoran merpati! Alkitab mengatakan ujilah setiap roh. Kita bisa raba diri kita masing-masing, saya ini masih ada Roh Kudus atau sudah tidak ada, jangan-jangan tinggal tahi burung merpati!

 

Kita pelajari tanda-tanda bahwa diri kita masih ada Roh Kudus dari tanda-tanda bertunas.

1.      I Petrus 1:3-4

1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,

1:4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

 

Hidup penuh pengharapan. Pengharapan yang dimaksud ini bukan hanya yang jasmani. Sebab banyak orang Kristen bahkan hamba Tuhan pelayan Tuhan pengharapannya kepada Tuhan hanya kepada perkara-perkara yang jasmani. Orang yang seperti itu, yang berpengharapan kepada Tuhan hanya untuk perkara-perkara yang jasmani adalah orang yang paling malang! Tidak salah kita berpengharapan untuk yang jasmani, tetapi harus ditingkatkan pada yang rohani.

I Korintus 15:19

15:19 Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.

 

Isteri saya orang malang tetapi bukan orang yang paling malang nasibnya.

 

Pengharapan yang rohani untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, tidak dapat layu. Apa itu?

Ibrani 6:19-20

6:19 Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,

6:20 di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.

 

Pengharapan dilabuhkan sampai ke belakang Tabir. Di belakang Tabir itulah ruangan maha suci, ada Tabut Perjanjian di situ. Tabut itu gereja yang sempurna, mempelai wanita Tuhan. Jadi pengharapan kita untuk menjadi Mempelai Wanita Tuhan yang sempurna. Yang jasmani kita berpengharapan, nanti anak-anak bagaimana ke depan, masa depan masa tua bagaimana, itu baik. Tetapi yang rohani yang terutama, berpengharapan untuk menjadi mempelai wanita Tuhan, masuk ruangan suci, kerajaan sorga yang kekal, Yerusalem baru. Bukan hanya bersuasana kerajaan sorga di bumi, tetapi sungguh-sungguh masuk dalam kerajaan Sorga.

 

Pengharapan ini harus dibuktikan. Apa bukti hidup penuh pengharapan?

a)      Kita menerima bagian yang tidak dapat binasa, berarti kekal. Kasih itu kekal. Jadi bagian yang tidak dapat binasa itulah kasih.

I Korintus 13:13

13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

 

Persekutuan kita dengan kasih Tuhan adalah lewat ketekunan dalam ibadah doa penyembahan. Kita bersekutu dengan Allah Bapa di dalam kasihNya yang kekal.

 

b)      Menerima bagian yang tidak dapat cemar atau suci = tekun dalam ibadah pendalaman Alkitab dan Perjamuan suci. Kita bersekutu dengan Yesus Anak Allah di dalam Firman pengajaran yang menyucikan.

Yohanes 15:3; 17:17

15:3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

17:17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.

 

Mulai sekarang kita tekuni ibadah pendalaman Alkitab dan perjamuan suci. Betul-betul disucikan supaya nanti masuk dalam kerajaan Sorga, menerima bagian yang tidak dapat cemar. Kesucian ini harus dijaga sungguh-sungguh! Jaga kesucian, jaga keperawanan. Perawan sudah suci, disebut lagi perawan suci, berarti kesucian yang luar biasa. Termasuk keperawanan dalam hal yang jasmani, ayo dijaga. Kaum muda jaga supaya bisa masuk nikah yang kudus, dapat berkat nikah yang utuh dari Tuhan. Kalau terlanjut mengalami kejatuhan minta ampun, selesaikan secara tuntas kepada Tuhan, kepada orang gembala, kepada orang tua. Dan jangan diulangi lagi, biar diangkat dan dipulihkan.

 

c)      Mendapat bagian yang tidak dapat layu, tidak dapat mati, berarti hidup. Ini ketekunan dalam ibadah raya. Bersekutu dengan Allah Roh Kudus dalam karunia-karuniaNya dan urapan.

Roma 8:13

8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

 

Roh Kudus yang membuat kita berkobar-kobar, tidak layu. Dalam kita beribadah melayani Tuhan jangan pernah layu, jangan pernah kendor, Roh Kudus yang memberikan semangat kepada kita. Tidak dibatasi oleh usia, usia semakin layu, tetapi semangat menyala-nyala melayani Tuhan, tidak pernah kendor! Tetap setia berkobar.

 

Tidak layu, tidak dibatasi oleh uang. Juga tidak dibatasi oleh jarak, itu karena Roh Kudus. Kalau bukan Roh Kudus, siapa yang mau datang jauh-jauh! Tidak dibatasi oleh masalah-masalah. Tidak dibatasi oleh apapun tetap semangat melayani Tuhan. Maka Tuhan akan berikan mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu kepada kita.

I Petrus 5:4

5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.

 

Oleh sebab itu mulai sekarang ini jangan pernah layu, apalagi layu sebelum berkembang. Kaum muda yang masih kuat, jangan pernah layu. Semangat terus beribadah melayani Tuhan.

 

Itu praktek penuh pengharapan, tekun 3 macam ibadah pokok, tidak akan pernah layu sehingga Tuhan janjikan mahkota yang tidak dapat layu.

 

2.      I Petrus 1:6-7

1:6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.

1:7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

 

Tanda kita memiliki Roh Kudus kita memiliki iman yang teruji bagaikan emas murni. Sudah tergembala, jangan heran kalau ujian datang. Ujian datang supaya kita memiliki iman yang murni seperti emas murni. Contoh dalam Alkitab orang yang suci, saleh, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Ini sama dengan kehidupan yang tergembala, yang sudah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran, tergembala, tetapi diizinkan ujian datang untuk memurnikan imannya, itulah Ayub.

Ayub 1:1

1:1 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

 

Ini orang yang sudah bertobat, sudah hidup untuk kebenaran, lahir baru, dia sudah tergembala, diizinkan mengalami ujian habis-habisan. Tetapi dia mengaku ujian ini untuk memurnikan imannya.

Ayub 23:10

23:10 Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.

 

Kalau membaca ini saya masih jauh dari Ayub. Kadangkala menghadapi ujian biasa saja kita sudah mengeluh. Coba kita seperti Ayub, ini kehidupan yang memiliki iman yang murni. Saya malu kalau menghadapi ujian masih cengeng, belum kuat, sampai pernah berteriak saya ingin bahagia Tuhan. Maunya yang enak-enak. Tuhan izinkan ujian supaya kuat.

 

Apa bukti kita memiliki iman yang teruji, iman yang murni? Kita belajar dari Ayub:

Ayub 42:5

42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

 

Ujian yang datang kepada kita supaya kita punya pengalaman pribadi dengan Tuhan. Karena kadangkala kita hanya mendengar kata orang dari kesaksian, kita memuliakan Tuhan. Yang Tuhan mau kita memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan.

Ayub 42:6

42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

 

Ini bukti iman yang teguh. Di saat menghadapi ujian bukan untuk saling mempersalahkan, bukan untuk mempersalahkan Tuhan tetapi supaya kita bisa merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan. Seperti Ayub duduk di debu dan abu, itu tempat terendah. Ketika diuji lewat fitnahan, tuduhan dan lain-lain, kita mengaku saya ini hanya tanah liat, tanah liat itu kotor. Saya hanya tanah yang layak diinjak-injak. Bukan mengamuk-ngamuk salahkan Tuhan, salahkan orang, salahkan Firman. Mungkin tuduhan itu membuat kita dilengserkan, membuat kita dijatuhkan dari kedudukan kita, membuat kita dipermalukan, membuat nama baik kita cemar, karakter kita dibunuh, mengaku saja saya ini hanya tanah liat, debu tanah, pantas diinjak-injak. Bukan malah merasa hebat, saya kuat, ada yang backing saya, nanti saya panggil backing saya! Saya hamba Tuhan difitnah dituduh terima saja, saya hanya tanah liat. Kalau sempat salah berkata-kata, cabut perkataan, diselesaikan semuanya.

 

Kenapa Tuhan izinkan ujian datang?

a)      Supaya  kita tahan uji

b)      Supaya kita berharap sepenuh kepada Tuhan, mengaku tidak mampu, hanya tanah liat

c)      Untuk menyucikan kita dari tabiat dosa yang tersmbunyi. Ternyata setelah diuji, didapati dalam diri Ayub ada tabiat dosa. Kalau belajar dari Tabut Perjanjian, tabutnya dibuat dari kayu penaga. Kayu penaga itu ada getahnya. Getah itu keluar kalau digores, kalau tidak ada goresan, tidak ada ujian, tidak terlihat. Padahal sebenarnya dalam diri ada getah, ada tabiat yang tersembunyi. Apa itu?

Ayub 32:1-2

32:1 Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar.

32:2 Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,

 

Apalagi kalau kita sudah tergembala, sudah melayani, diberkati Tuhan, di situ kadang muncul tabiat dosa yang namanya kebenaran diri sendiri. Merasa sudah paling benar dari orang lain, saya lebih benar dari dia. Apalagi kalau hamba Tuhan, begitu sudah dipakai, mulai pandang enteng pada yang lain, kebenaran diri sendiri datang. Diizinkan ujian datang untuk menyucikan kita dari kebenaran diri sendiri. Biarlah yang ada pada kita adalah kebenaran Allah. Kita akui dosa kesalahan kita untuk dibenarkan dan disucikan, bukan membenarkan diri.

 

Saya punya pengalaman seperti itu, Tuhan izinkan ujian datang karena saya merasa lebih benar dari yang lain. Sampai saya salahkan Tuhan, tahbisan saya lebih baik dari dia Tuhan! Kenapa dia begitu saya tidak. Tuhan izinkan ujian supaya saya bisa merendahkan diri di kaki Tuhan, saya ini hanya tanah liat! Di situ ayam lewat buang kotoran, anjing lewat buang kotoran, orang injak kotoran gosok di tanah supaya hilang. Seperti itulah kita mengaku tanah liat, tidak mampu apa-apa sehingga kita hanya bergantung pada belas kasihan Tuhan.

 

Jadi ketika ujian datang berarti ada sesuatu yang belum beres di dalam kita. Kita kira semua sudah beres, nikahku aman, isteriku tunduk, saya mengasihi isteri, padahal mungkin tidak seperti itu, di dalam hati belum tentu seperti itu. Pelayananku baik-baik saja, padahal ada yang belum beres. Gembala kelihatan suci khotbah, berjas putih, pakai putih-putih, padahal ada yang belum beres di hatinya. Mungkin ada kesombongan, ada kebanggaan, ada sikap pesimis, minder dan lain-lain. Ada yang belum beres yang perlu dibereskan.

 

Kadang saya mendengar bahkan dari orang Kristen sendiri, kalau terjadi sesuatu itu sudah takdir, itu sudah garis tangan. Dalam kehidupan Kristen tidak ada takdir, tidak ada garis tangan! Itu sudah termasuk ramalan, jangan percaya yang begitu-begitu! Jangan percaya ramalan, itu kenajisan di hadapan Tuhan!

Imamat 19:31

19:31 Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu.

 

3.      I Petrus 1:8

1:8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan,

 

Belum melihat Dia di sini artinya belum melihat pertolongan Tuhan. Tetap mengasihi Tuhan sekalipun belum melihat pertolongan Tuhan. Mungkin sudah bertahun-tahun kiat berdoa tetapi belum ditolong, tetapi kita tetap berdoa karena kita mengaihi Tuhan. Bertahun-tahun kita melayani tetapi belum melihat pertolongan Tuhan, tetap melayani karena kita mengasihi Tuhan. Yesus berkata waktuKu belum tiba tetapi bagi kamu selalu ada waktu. Mungkin dalam menghadapi penyakit yang tak kunjung sembuh, belum melihat pertolongan Tuhan, tetap mengasihi Tuhan, tetap beribadah melayani Tuhan, berpengharapan kepada Tuhan.

 

Yohanes 7:6

7:6 Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.

 

Kalau belum ditolong Tuhan, itu ujian kasih, ujian kesetiaan, ujian kesabaran. Waktu awal divonis sakit, aku mengasihi Tuhan. Waktu tambah parah bagaimana? Tetap aku mengasihi Tuhan, terus mengasihi Tuhan. Saat belum ditolong sikap kita selalu ada waktu untuk menyembah. Percaya dan mempercayakan hidup sepenuh kepada Tuhan. Dengan sepatah kata mujizat Tuhan dinyatakan, Dia sanggup untuk melakukan segala yang terbaik bagi kita. Tidak usah ragu, jangan pernah ragukan kasih Tuhan. Kalau kita bertunas, kita hidup dari hikmat dan kuasa Tuhan, tidak usah takut!

 

Hasilnya:

a)      Yesaya 53:1-2

53:1 Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?

53:2 Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya.

 

Yesus tunas yang tumbuh di tanah yang kering. Kita hidup berpengharapan kepada Yesus, maka kita bagaikan tunas yang tumbuh di tanah kering. Tunas itu kecil, sangat lemah, tidak berdaya. Artinya sekalipun kita kecil tidak berdaya, mungkin di hadapan orang lain tidak dianggap, tetapi kita bisa hidup oleh hikmat dan kuasa Tuhan di dalam situasi kondisi apapun di dunia ini.

 

Kaum muda mungkin kemampuan terbatas, modal ekonomi terbatas, ijazah terbatas, hanya tunas kecil tidak berdaya, tidak dianggap calon mertua. Tetapi hidup penuh pengharapan, Tuhan pelihara.

 

b)      I Korintus 2:7-9

2:7 Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.

2:8 Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.

2:9 Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."

 

Kita tetap mengasihi Tuhan sekalipun tidak melihat pertolongan Tuhan. Tetap yakin bahwa hikmat dan kuasa Tuhan sanggup melakukan segala perkara bagi kita. Tuhan sanggup menyediakan segala yang kita perlukan. Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga, yang tidak pernah timbul dalam hati, itu Tuhan sediakan bagi kita. Tuhan sanggup menghapus segala kemustahilan. Sampai kemustahilan yang tertinggi, kita manusia yang seharusnya binasa disucikan dan diubahkan menjadi Mempelai Wanita Tuhan yang sempurna, duduk di takhta Sorga. Tuhan sanggup melakukan perkara-perkara besar di dalam hidup kita.

Tuhan Yesus memberkati.

20250627

Kebaktian Doa Penyembahan, Sabtu 28 Juni 2025 Pdt. Handri Otniel Legontu

 

 

Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

 

Yohanes 13:21-30

13:21 Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku."

13:22 Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya.

13:23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.

13:24 Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!"

13:25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?"

13:26 Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot.

13:27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."

13:28 Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.

13:29 Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.

13:30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.

 

Dulu Yesus dan murid-muridNya makan perjamuan Paskah. Untuk kita sekarang makan perjamuan Paskah itu adalah makan Firman pengajaran yang benar dan perjamuan suci. Di dalam Firman pengajaran yang benar dan perjamuan suci ada kuasa menyatakan dosa sampai yang tersembunyi di dalam hati dan pikiran. Yudas menyembunyikan dosanya, tetapi dalam perjamuan Paskah dibuka apa yang dia lakukan. Ini sama dengan kuasa penyucian dari segala dosa dan kuasa pembaharuan dari manusia daging menjadi manusia rohani seperti Yesus. Ini yang kita rindukan, sore ini kita datang, kita duduk makan bersama dengan Yesus untuk mengalami kuasa penyucian dan kuasa pembaharuan dari manusia daging menjadi manusia rohani seperti Yesus.

 

Ada 2 sikap saat makan Firman dan perjamuan suci.

1.      Sikap yang negatif, seperti Yudas mengelak dari Firman yang menyatakan dosanya. Firman terang-terangan dengan begitu keras dan tajam menunjuk dosanya tetapi dia tidak mau akui, dia mengelak.

Matius 26:23-25

26:23 Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku.

26:24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."

26:25 Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya."

 

Sudah jelas dia melakukan tetapi dia mengatakan bukan saya. Sehingga Yesus katakan adalah lebih baik bagi Yudas sekiranya dia tidak dilahirkan. Orang yang keras hati seperti Yudas, mempertahankan dosanya, dia tidak pernah mengalami pembaharuan. Tetap manusia darah daging dengan tabiat dagingnya. Ada 5 tabiatnya Yudas, 5P:

a)      Pura-pura. Melayani dengan kepura-puraan. Sepertinya dia dipercaya, murid-murid lain terkecoh, berpikir Yudas ini dipakai mempersiapkan segalanya, padahal tidak demikian. Ini melayani dengan kepura-puraan. Nomor 1 saya dikoreksi Tuhan, di depan jemaat kelihatan suci padahal pura-pura. Tetapi dalam nikah, dalam hidup sehari-hari bagaimana. Orang seperti ini kelihatan bertobat tetapi pura-pura.

 

Ini seperti kerajaan Yehuda yang digambarkan seperti perempuan yang tidak setia, pura-pura datang kepada Tuhan.

Yeremia 3:10

3:10 Juga dengan semuanya ini Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu, tidak kembali kepada-Ku dengan tulus hatinya, tetapi dengan pura-pura, demikianlah firman TUHAN."

 

Kelihatan seperti bertobat ‘ampun Tuhan, saya tidak melakukan lagi’. Lalu dipercaya lagi pelayanan, tetapi pura-pura. Orang seperti ini satu saat tidak akan dapat dipercaya di dalam pelayanan pembangunan Tubuh Kristus. Jangan pura-pura dalam pelayanan, pura-pura bertobat, pura-pura sungguh-sungguh. Gembala terkecoh, dipercaya pelayanan malah hancur!

 

b)      Pencuri, dia mencuri milik Tuhan dan mencuri milik sesama.

c)      Pendusta. Merasa diri tidak berdosa itu mendustai diri sendiri. Dirinya saja dia dustai, apalagi hanya orang lain.

d)      Penuduh. Kalau sudah berdusta pasti menuduh orang, mendakwa, menghakimi.

e)      Pengkhianat. Akhirnya menjadi pengkhianatan.

 

Sehebat apapun pelayanan kita tetapi kalau ada dosa Yudas ini semuanya sia-sia! Tidak ada faedahnya, hanya untuk dihukum dan dibinasakan.

 

Siapa yang dikhianati oleh Yudas?

a)      Yesus sebagai kepala, sebagai mempelai Pria Sorga. Prakteknya tidak menghargai persekutuan yang benar dengan Tuhan. Bagaimana persekutuan kita dengan Tuhan? Masih erat atau mulai kendor? Gejalanya mulai malas dalam perkara yang rohani. mulai malas beribadah, padahal tadinya kalau ada halangan rintangan dia berupaya beribadah. Akhirnya malas beribadah. Juga mulai malas mendengar Firman pengajaran, apalagi kalau Firmannya diulang-ulang, mulai bosan. Mulai malas dalam menyembah Tuhan, mulai kendor dalam penyembahan. Itu gejala pengkhianatan! Kalau sudah malas dalam perkara rohani, akhirnya mulai mencampur adukan ajaran, menganggap semua sama saja, sehingga meninggalkan pengajaran, sampai melawan Firman pengajaran. Persekutuan yang benar dengan Tuhan mulai diabaikan, mulai tidak dihargai.

 

b)      Sesama murid = tidak menghargai persekutuan dengan sesama anggota Tubuh Kristus. Dimulai dari tidak menghargai persekutuan nikah, mulai tidak setia, mulai tidak suci, mulai main api, mulai main air. Sekali dua kali tidak apa-apa, lama-lama sudah terbiasa. Itu nikahnya di ambang perpecahan! Jaga kesucian nikah, jaga kesatuan nikah. Kaum muda dari permulaan nikah jaga kesetiaannya, jaga kesuciannya.

 

Kalau sikap seperti Yudas, dosa yang tersembunyi dalam perut hati akan bertumpuk. Semakin bertumpuk lama-lama pecah. Yudas mati dengan perut pecah! Pecah di sini artinya dibuka oleh Tuhan, diketahui oleh banyak orang, tetapi tidak ada kesempatan lagi untuk bertobat. Yudas mati dengan perutnya pecah, isi perutnya terburai, tertumpah keluar, semua yang busuk dalam perut hatinya terbuka semua. Ditulis dalam Kisah Para Rasul, seluruh dunia baca, Yudas mengkhianati Yesus hanya untuk mendapatkan 30 keping perak. Dia dapat tetapi hanya untuk membeli tanah kuburan. Orang yang mengkhianati Yesus, mengkhianati pengajaran, mungkin dapat perkara jasmani tetapi hanya untuk binasa! Semua tidak bisa dinikmati, hanya mengarah pada kebinasaan.

 

Apa Yudas tidak diberikan kesempatan bertobat? Ada 3 kali kesempatan yang Tuhan berikan tetapi Yudas tidak bertobat.

a)      Matius 26:23

26:23  Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku.

 

Pemberitaan Firman yang keras yang menyucikan tepat sasaran, jelas, terang-terangan. Kalau kita datang beribadah lalu Firman datang tepat sasaran menunjuk dosa kita, itu kesempatan dari Tuhan supaya kita bertobat dan mengalami pemulihan. Jangan seperti Yudas, Firman sudah tepat sasaran menunjuk dosanya malah berkata bukan saya. Kadang dalam pemberitaan Firman, di situ muncul roh Yudas dalam diri kita. Mulai menghakimi orang lain, ini pas untuk dia, nanti saya mau catat baik-baik. Ini Firman untuk si A, si B tidak pernah untuk saya.

 

Ini Yudas, kesempatan pertama dia abaikan. Firman yang keras, tajam, menyucikan tepat sasaran ditepis oleh Yudas.

 

b)      Kesempatan kedua lewat perjamuan suci. Diberikan perjamuan Paskah kepada Yudas, sekarang kepada kita menunjuk perjamuan suci, itu kesempatan bagi kita bertobat. Manfaatkan perjamuan suci lewat mengoreksi diri, menguji diri. Sebelum makan perjamuan suci uji diri, periksa diri.

I Korintus 11:28

11:28 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.

 

Sebelum makan perjamuan suci periksa diri lewat Firman Tuhan. Kita dengar Firman, ini yang saya perbuat, ini salah. Kita selesaikan baru makan perjamuan suci. Makanya kenapa selesai ibadah pendalaman Alkitab bukannya berubah tetapi malah semakin jahat, semakin najis? Karena tidak menguji dirinya. Perjamuan suci sudah menjadi kebiasaan, dia makan perjamuan suci sementara dosanya tidak diselesaikan, akhirnya dosanya yang mendarah daging. Ini jangan terjadi dalam kehidupan kita sekalian.

 

c)      Matius 26:24

26:24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."

 

Istilah celakalah ini menunjuk hajaran. Jadi kesempatan ketiga lewat hajaran. Kalau kita masih dikasihi Tuhan, kita dihajar, dicambuk oleh Tuhan. Bentuk hajaran Tuhan macam-macam, bisa lewat kemerosotan ekonomi, bisa lewat sakit penyakit, bisa dalam bentuk kecelakaan dan lain sebagainya.

 

Wahyu 3:19

3:19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!

 

Kapan hajaran berhenti? Bila kita kembali pada kebenaran, kembali pada kesucian, hajaran itu berhenti.

Ibrani 12:10-11

12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

 

Hajaran ini supaya kita kembali pada kebenaran dan kekudusan. Kadangkala ketika semua mulus, mulai kendor. Makanya dihajar supaya kembali dalam kebenaran kesucian, kembali dalam kesetiaan dan berkobar-kobar. Tetapi kalau hajaran masih ditolak maka kehidupan itu dibiarkan oleh Tuhan. Seperti Yudas dibiarkan, buatlah apa yang hendak engkau perbuat. Akhirnya Yudas keluar dan ketika itu hari sudah malam. Yudas ditelan oleh kegelapan dosa, betul-betul dikuasai oleh kegelapan dosa.  

 

2.      Matius 26:22

26:22 Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?"

 

Yohanes 13:23-25

13:23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.

13:24 Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!"

13:25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?"

 

Yohanes 13:25 (Terjemahan Lama)

13:25 Oleh yang demikian, sedangkan murid itu bersandar di dada Yesus, lalu bertanya, "Ya Tuhan, siapakah dia itu?"

 

Sikap yang positif adalah hati sangat sedih dan bersandar di dada Yesus. Artinya hatinya mau menerima penyucian, mau ditusuk oleh Firman pengajaran yang benar. Bicara hati, di situ ada jantung, bicara kasih. Semakin disucikan, semakin dekat dengan Yesus, semakin mencintai Yesus dan dicintai oleh Yesus. Kalau mencintai Yesus dan dicintai Yesus pasti menghargai persekutuan dengan Tuhan dan dengan sesama. Karena persekutuan dengan Tuhan dan dengan sesama tidak bisa dipisah. Kalau bersekutu dengan Tuhan maka persekutuan dengan sesama pasti baik. Ada kasih kepada Tuhan pasti ada kasih dengan sesama. Semakin menghargai persekutuan dengan Tuhan, semakin menghargai persekutuan dengan sesama, terutama persekutuan nikahnya.

 

Praktek menghargai persekutuan dengan Tuhan dan sesama, kita pelajari dari perjamuan suci.

Matius 26:26-29

26:26 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."

26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.

26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

26:29 Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."

 

a)      Yesus berikan roti dan anggur lalu mengatakan ini tubuh dan darahnya untuk kepentingan orang banyak. Jadi Yesus berkorban nyawa tanpa memikirkan kepentingan diriNya, tetapi untuk kepentingan kita manusia, orang berdosa! darahNya rela ditumpahkan untuk pengampunan dosa banyak orang. Artinya tanggalkan kepentingan diri sendiri untuk aktif dalam pelayanan pembangunan Tubuh Kristus, untuk melayani. Mulai dalam nikah rumah tangga kita. Kalau semua mempertahankan egonya, suami pertahankan egonya, isteri mempertahankan egonya, orang tua dan anak mempertahankan egonya tidak akan bisa saling melayani. Saling menuntut bukannya menyatu tetapi nikah itu akan terpecah. Begitu juga dalam penggembalaan kalau semua mempertahankan kepentingannya sendiri, harus begini, harus begitu, tidak akan bisa melayani. Contohnya dalam tim musik, kalau semua pertahankan egonya, mau tampil sendiri, tunjukan keahliannya bukannya enak didengar. Harus berupaya meredam ego supaya bisa enak terdengar. Kita mau melayani, bukan melayani diri sendiri tetapi melayani Tuhan, mau menyenangkan Tuhan. Biarlah pelayanan kita menjadi berkat. Pelayanan apa saja, kalau ego dipertahankan tidak akan baik. Tanggalkan semua ego karena kita mau melayani Tuhan dan melayani sesama.

 

b)      Yesus mengambil cawan dan Dia mengucap syukur. Artinya kita bisa mengucap syukur dalam penderitaan bersama Yesus. Dalam persekutuan dengan Tuhan dan dengan sesama memang pasti ada sengsaranya! Dalam pembangunan Bait Allah, batu-batu diambil dari tempat penggalian, dipukuli, dibentuk sedemikian rupa sampai jadi bagus, dibawa ke Yerusalem disusun menjadi Bait Allah. Prosesnya sakit bagi daging. Memang diperhadapkan dengan sengsara, tetapi bisa mengucap syukur atau tidak. Kalau bisa mengucap syukur dalam pengalaman sengsara bersama Yesus, maka pasti bisa setia berkobar-kobar dalam ibadah pelayanan. Tidak melihat sengsaranya tetapi melihat kemuliaan di balik sengsara itu. Biar ada sengsara semangat terus. Setia berkobar-kobar dalam ibadah pelayanan karena kita mengasihi Tuhan, sampai bergemar dalam doa penyembahan karena kita mengasihi Tuhan.

 

Sengsara kita tidak akan pernah sebanding dengan sengsara Yesus. Kalau Yesus sengsara, Dia tidak berdosa. Yesus tanggung sengsara karena dosa yang seharusnya kita alami. Kalau kita sengsara, jelas karena kita manusia berdosa! Perhatian pada perkara sorga, menghadapi salib tetap perhatikan perkara sorga.

 

c)      Makan perjamuan suci berarti kita bersekutu dengan salibnya Yesus, bersekutu dengan sengsaranya Yesus.

Matius 26:28

26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

 

Yesus rela sengsara sampai mati di kayu salib untuk pengampunan dosa banyak orang. Jadi praktek menghargai persekutuan dengan Tuhan dan sesama adalah bisa mengampuni sesama sampai bisa mengasihi orang yang menyakiti kita. Yesus disakiti sampai di paku di kayu salib, tetapi Dia berdoa ‘Bapa ampunilah mereka, mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Kita belajar untuk mengampuni sesama yang menyakiti kita. Memang sengsara bagi daging, sakit bagi daging, itu suatu percikan darah. Apalagi kita sudah baik sama dia, sudah banyak menolong dia. Lalu dia berbalik melawan, dia menyakiti kita, dia memedihkan hati kita. Untuk kita bisa mengampuni memang sakit bagi daging, tetapi harus! Itu berarti menghargai persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Bukan malah mengancam!

I Petrus 2:23

2:23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

 

Kadangkala yang suka mengancam itu adalah kami hamba Tuhan yang suka mengancam sidang jemaat. Mungkin tidak secara langsung tetapi dalam hati ‘kalau nanti saya tidak doakan mau apa kamu!’. Apalagi kalau sudah disakiti ‘dia itu ditolong cuma hasil doa, kalau bukan gembala yang doakan mau apa dia’. Ini jangan terjadi, untuk saya nomor satu. Kalau saya gembala seperti itu, ketika disakiti saya tidak mau lagi doakan, semua tidak didoakan habislah jemaat, hancurlah penggembalaan.

 

Dalam nikah rumah tangga juga, kadang yang sulit mengampuni dari atas ke bawah. Contohnya orang tua kepada anak. Sesakit apapun kita diperlakukan, belajar untuk bisa mengasihi. Itu praktek menghargai persekutuan dengan Tuhan dan dengan sesama. Kita tidak rugi, begitu kita bisa mempraktekan semua ini, hati kita akan selalu damai. Menghadapi suami yang suka berulah tetapi kita bisa mengampuni dan melupakan dosanya, hati damai. Menghadapi isteri yang suka melawan dan suka menanduk tetapi bisa kita mengampuni dan bisa mengasihi, hati damai! Menghadapi anak yang bukan main menyakiti, tetapi kita bisa mengasihi, hati selalu damai. Menghadapi jemaat juga kalau bisa mengampuni, bisa mengasihi, bisa terus mendoakan, hati menjadi damai, sehingga semua menjadi enak dan ringan. Masalah apapun dalam rumah tangga, dalam penggembalaan, dalam pekerjaan, hatinya bisa mengampuni, hatinya bisa mengasihi, jadi damai, semua jadi enak dan ringan. Saya terbatas untuk menerangkan dengan kata-kata, biar menjadi pengalaman hidup.

 

Dulu awal kami menikah, mau menyatukan 2 pribadi, apalagi berbeda suku, beda budaya, dari latar belakang keluarga yang berbeda, untuk menyatukan banyak pergesekan. Tetapi begitu hati ini bisa mengasihi, apapun yang terjadi, hati jadi damai, semua menjadi enak dan ringan.

 

Hasilnya:

I Yohanes 3:21

3:21 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,

 

Hati tidak menuduh = hati damai.

 

I Yohanes 3:22-23

3:22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.

3:23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.

 

Hasilnya kita bisa mendekati Allah, menaikan doa yang dijawab oleh Tuhan. Apa saja yang kita minta kita memperoleh dari padaNya. Kita bisa mendekati Allah sampai nanti menyatu dengan Yesus Mempelai Pria Sorga. Biar kita praktekan menghargai persekutuan dengan Tuhan dan dengan sesama. Dikunci dengan bisa mengampuni, bisa mengasihi sesama yang menyakiti, terutama sesama dalam nikah. Maka hati damai, semua menjadi enak dan ringan, doa kita Tuhan dengar dan Tuhan jawab tepat pada waktunya.

 

GPT “Kristus Penebus”

Jl. Langgadopi No.4 Tentena

Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663

HP: 081334496911

Email: imamat_raja@yahoo.com

www.gptkp.blogspot.com

Tuhan Memberkati