Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Persekutuan antar penggembalaan itu kelimpahan dari
penggembalaan. Jadi kalau kita sudah melimpah dalam penggembalaan baru meluber
sehingga ada persekutuan antar penggembalaan. Ketika kita mengikuti ibadah
persekutuan di suatu tempat, seharusnya kita kembali dari ibadah persekutuan
itu semakin bergairah di dalam penggembalaan. Itu bukti kita sudah melimpah
dalam penggembalaan. Tetapi kalau kita kembali lalu tidak bergairah dalam
penggembalaan berarti kita kering. Kita mau ibadah persekutuan, biarlah ini
suatu bukti kelimpahan dari dalam penggembalaan. Sehingga begitu selesai ibadah
persekutuan digelar, tidak ada yang tersandung, tidak ada yang justru lemah
rohaninya, kita semakin bergairah melayani Tuhan, bergairah di dalam
penggembalaan, sehingga Tuhan terus mempercayakan persekutuan antar
penggembalaan kepada kita.
Kita akan menjadi tuan rumah menggelar ibadah
persekutuan pada tanggal 19 dan 20 Maret. Doakan supaya Tuhan membukakan
rahasia Firman. Semoga kita bisa memperhatikan ini, kita persiapkan juga apa
yang dibutuhkan secara jasmani. Terutama hati kita kuat teguh hati untuk menggelar
persekutuan Tubuh Kristus. Tantangannya pasti ada, menyeberang danau menuju ke
pelabuhan pasti ada gelombang, ada angin. Tetapi kita tidak melihat besarnya
gelombang dan kencangnya angin. Tetapi kita melihat Yesus Kepala kita yang
berjalan di atas gelombang, Dia pasti menolong kita.
Yohanes
11:47-53
11:47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi
memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang
harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat.
11:48 Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan
percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat
suci kita serta bangsa kita."
11:49 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas,
Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu
apa-apa,
11:50 dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna
bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita
ini binasa."
11:51 Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri,
tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati
untuk bangsa itu,
11:52 dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga
untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.
11:53 Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk
membunuh Dia.
Kita melihat di sini ada imam-imam kepala dan
orang-orang Farisi yang mengadakan persepakatan untuk membunuh Yesus. Imam-imam
kepala adalah orang-orang yang suka mencari hormat dari manusia. Orang-orang
Farisi adalah orang yang mengajarkan dan menyetujui nikah yang salah.
Matius 19:3-8
19:3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya
untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang
menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"
19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia
yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan
perempuan?
19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
itu menjadi satu daging.
19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan
satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian,
apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang
menceraikan isterinya?"
19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran
hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian.
Pengikutan kita kepada Tuhan adalah untuk menjadi
mempelai wanita Tuhan yang akan dipermuliakan bersama dengan Tuhan
selama-lamanya. Sehingga kita tidak perlu risau kalau tidak dihormati oleh
manusia, sebab kita akan dipermuliakan bersama dengan Tuhan selama-lamanya. Seperti
Yesus menghadapi imam-imam kepala dan orang-orang farisi, begitu juga kita di
akhir zaman ini akan menghadapi orang yang suka mencari hormat dari manusia,
menghadapi orang-orang yang mengajarkan dan menyetujui nikah yang salah.
Seperti Yesus direncanakan untuk dibunuh, kitapun menghadapi seperti itu. Yang
kita hadapi pembunuhan karakter dan sebagainya dari orang-orang yang suka
mencari hormat dari manusia, juga dari orang-orang yang mengajarkan nikah yang
salah.
Sebab itu kita harus perkuat dan perdalam pemahaman
kita terhadap nikah yang benar menurut Alkitab, menurut Firman pengajaran yang
benar. Sehingga ketika kita dikonfrontir kita tidak loyo, tidak mengikuti
maunya orang! Kalau ada yang salah diperbaiki lewat Firman, jangan mendukung
dan menyetujui nikah yang salah! Tetapi juga jangan benci orangnya. Lalu apa
yang kita lakukan? Tunjukan belas kasihan kepada orang-orang yang nikahnya
salah. Belas kasihan lewat apa?
1.
Doakan.
2.
Bawa untuk mendengar
Firman pengajaran yang benar supaya bisa mengerti mana nikah yang benar dan
mana nikah yang salah.
3.
Tegas dalam hal
kebenaran, harus sesuai Firman, pertahankan yang benar. Sekalipun memang
resikonya ada. Yang ketiga ini seringkali kita dilema, kalau kita lakukan maka
kita tidak dihormati, kalau kita lakukan Firman kita dibenci. Tetapi harus
dilakukan, ini bukti kita menunjukan belas kasihan kepada orang yang nikahnya
salah.
Firman itu memperbaiki kelakuan, memperbaiki yang
salah. Ada beberapa kesalahan di dalam nikah yang harus diperbaiki.
1.
Kesalahan pada permulaan
nikah:
a)
Sudah jatuh pada
masa pacaran atau masa tunangan. Kalau sudah terlanjur terjadi kejatuhan
bagaimana cara memperbaikinya? Segera minta ampun kepada Tuhan, kepada orang
tua, kepada gembala. Setelah diakui jangan diperbuat lagi! Gembala mendoakan
supaya Tuhan mengangkat nikah orang itu. Yang bersangkutan harus berjuang untuk
bangkit. Jangan berpikir saya sudah kadung basah, mandi sekalian, jangan!
Jangan diulang-ulang dosanya. Kenapa? Suatu saat bisa malu. 1 kali diulang masih
bisa mengaku. 2 kali, 3 kali sudah malu untuk mengakuinya. Setelah malu
mengaku, sudah malas untuk bertobat sampai sudah menikmati berbuat dosa, sudah
tidak rasa apa-apa lagi. Jangan kita lakukan!
Yang sudah jatuh
segera bangkit. Sebab suatu saat ketika Firman sudah tidak ada lagi maka orang
yang sudah jatuh tidak akan bangkit lagi. Sekarang masih ada Firman, dengar
Firman segera mengaku kalau salah. Minta ampun kepada Tuhan, mengaku kepada
orang tua, kepada gembala, setelah diampuni jangan berbuat dosa lagi.
b)
Menikah sesuai
selera daging atau pandangan daging. Dilihat cocok bagi dagingnya, tidak peduli
berlawanan dengan Firman yang penting sesuai selera dagingnya.
Kejadian 6:1-3
6:1 Ketika
manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka
lahir anak-anak perempuan,
6:2 maka
anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik,
lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja
yang disukai mereka.
6:3 Berfirmanlah
TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena
manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun
saja."
Kaum muda jangan
cuma karena lihat gantengnya, cantiknya, kayanya, mengikuti selera daging,
pandangan daging. Orang tua juga jangan cuma lihat kaya, ada kedudukannya
sehingga setuju anaknya menikah.
c)
Menikah diatur
oleh adat istiadat nenek moyang, bukan diatur oleh Firman. Akhirnya di dalam
nikah itu akan berisi roh durhaka, misalnya boleh cerai asal bayar denda.
Efesus 2:2
2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan
dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang
sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
Efesus 2:2 (Terjemahan
Lama)
2:2 yang dahulu
kamu lakukan menurut istiadat dunia ini, ialah menurut kuasa penguasa di
udara, yaitu roh yang lagi bekerja di dalam hati anak-anak durhaka.
Masuk roh
durhaka dalam nikah, suami durhaka, isteri durhaka. Kalau dulu pernah dilakukan,
sekarang kita sudah dengar Firman, jangan lagi lakukan itu. Biarlah kita turuti
Firman saja.
d)
Kawin campur
yaitu tidak satu iman, tidak satu keyakinan, tidak satu pengajaran. Kita mau
dibawa pada satu tubuh Kristus, menyatu dengan Yesus sebagai Kepala. Kepala
kita hanya satu itulah Yesus, Yesus itu logos, Yesus itu pengajaran, makanya
harus 1 pengajaran. Khusus hamba Tuhan tidak satu imam, harusnya Lewi dengan
Lewi.
Kalau kesalahan-kesalahan ini dibiarkan, tidak
diperbaiki maka akibatnya:
Kejadian 6:4
6:4 Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi,
dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak
perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka;
inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang
kenamaan.
Kalau dibiarkan maka nikah itu akan melahirkan
raksasa. Artinya nikah itu hanya berisi hawa nafsu daging yang besar yang tidak
terkontrol. Ini nikah hujatan, tidak akan pernah mencapai nikah yang rohani, tidak
menjadi Mempelai Wanita Tuhan untuk menyatu dengan Yesus.
Kalau belum terlanjur kawin campur jangan dilakukan! Kalau
sudah terlanjur kawin campur apa yang harus dilakukan?
a)
I
Korintus 7:12-13
7:12 Kepada
orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara
beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup
bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.
7:13 Dan kalau
ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau
hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.
Alkitab bilang
jangan bercerai, tetapi bertahan dan bergumul supaya pasangannya bisa selamat,
bisa percaya Yesus, bisa menerima Firman pengajaran yang benar. Memang ada
harga yang harus dibayar. Keluarga jangan malah mendorong untuk cerai, sebab
Alkitab bilang jangan cerai! Bertahan dan bergumul supaya pasangan bisa
menerima Yesus, bisa menerima pengajaran.
b)
I
Korintus 7:14
7:14 Karena
suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak
beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya
anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.
Pasangan yang
sudah dalam pengajaran berjuang untuk hidup kudus supaya pasangan yang beda
pengajaran, beda keyakinan itu dikuduskan. Dan anak-anak yang ada adalah anak-anak
kudus, bukan anak-anak cemar. Jadi itu bukan berzinah.
c)
I
Korintus 7:15
7:15 Tetapi
kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal
yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu
untuk hidup dalam damai sejahtera.
Kalau pasangan
yang beda keyakinan mau bercerai, dia sudah bebas, tidak terikat lagi. Tetapi
jangan salah mengerti, bebas di sini bukan bebas untuk menikah lagi dengan
orang yang satu pengajaran, satu keyakinan. Ini bebas yang dimaksud:
I Korintus 7:32-35
7:32 Aku ingin,
supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan
perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.
7:33 Orang yang
beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat
menyenangkan isterinya,
7:34 dan dengan
demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak
gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa
mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada
perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.
7:35 Semuanya
ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi
kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang
benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.
Jadi bebas yang
dimaksud melayani Tuhan dengan perhatian sepenuh tanpa gangguan apa-apa. Tidak
terbagi-bagi lagi untuk mengurus isteri atau mengurus suami. Apalagi kalau beda
keyakinan, beda pengajaran, lalu pasangannya menyerang terus. Kalau pasangan
yang beda keyakinan atau beda pengajaran itu ingin bercerai maka dia bebas
dalam arti melayani Tuhan dalam perhatian sepenuh tanpa gangguan lagi.
Kalau bebas
untuk kawin lagi berarti bisa saja coba-coba menikah dengan yang tidak satu
pengajaran, setelah itu cerai kemudian balik ulang ke pengajaran, atau coba
dulu yang kedua, coba yang ketiga, kalau sudah puas baru balik menikah dengan
yang satu pengajaran, jangan! Tidak boleh seperti itu!
Bebas yang dimaksud
di sini adalah melayani Tuhan dengan perhatian sepenuh. Ini hikmat Tuhan lewat
rasul Paulus, bukan hikmat manusia. Namun seringkali hamba Tuhan yang mau
menerapkan hikmat Tuhan malah dicap tidak berhikmat, tidak punya perasaan.
Kalau sudah tahu dia sudah salah menikah dengan yang diluar Yesus, lalu dia
juga jual Yesus, dia jual pengajaran, itu semua sudah salah. Kalau mau
memperbaiki kesalahannya hidup sendiri, layani Tuhan dengan perhatian sepenuh. bukan
mau kawin lagi! Itu salah! Beda lagi kalau pasangannya mau ikut.
Untuk kebenaran,
sekalipun kita ditinggal sendiri, jangan pakai perasaan daging. Tetapi yang
harus kita perhatikan adalah perasaan Tuhan. Kenapa kepada manusia kita
sungkan, kepada Tuhan bagaimana? Jangan takut kepada manusia tetapi takutnya
kepada Tuhan. Kalau kita dalam kebenaran, Tuhan pasti bela.
Firman Tuhan
digenapi, yang dulu “hosana, hosana, hosana” sekarang “salibkan, salibkan,
salibkan”. Dimana-mana terjadi seperti itu. Yang dulu dukung-dukung tetapi
kalau tidak sungguh-sungguh nanti berbalik salibkan dia. Perasaan Tuhan yang
kita lihat, hati Tuhan bagaimana, sekalipun kita dibenci yang penting demi
kebenaran. Biar dibilangi kita tidak berhikmat, tidak berperasaan yang penting kita
ikuti hikmat Tuhan, kita peduli perasaan Tuhan, takut kepada Tuhan bukan takut
kepada manusia.
2.
Kesalahan dalam
perjalanan nikah diisi dengan kekerasan.
Maleakhi 2:16
2:16 Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN,
Allah Israel — juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman
TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!
Apa kekerasan dalam nikah?
a)
Kedudukan nikah
tidak benar, nikah yang terbalik. Betul suami tidak pernah sakiti isteri karena
dia takut isteri, isteri yang komando. Itu nikah diisi dengan kekerasan, nikah
terbalik. Isteri dan anak menjadi kepala, suami tinggal iya, iya, iya. Tidak
berani papanya bertindak sesuai Firman. Coba paksa orang berjalan kepala di
bawah, tubuhnya di atas, itu kekerasan secara fisik.
I Korintus 11:3
11:3 Tetapi aku
mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki
ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus
ialah Allah.
Ini diatur oleh
Tuhan. Kalau suami sudah diperintah, anak jadi kepala, isteri jadi kepala, Yesus
tidak jadi kepala di situ, tidak ada Yesus di situ. Yang jadi kepala siapa?
Waktu Hawa memberi buah terlarang dan Adam ikut saja memakan, siapa yang jadi
kepala di situ? Ular! Ular yang jadi kepala dalam nikah seperti itu! Apa yang terjadi? Berkat jadi kutuk. Biar
isteri lebih pintar dari suami, tetap suami itu kepala. Mungkin anak lebih
pintar dari orang tua, tetap papa itu kepala. Jangan dibalik-balik!
Yesaya 3:12
3:12 Adapun
umat-Ku, penguasa mereka ialah anak-anak, dan perempuan-perempuan memerintah
atasnya. Hai umat-Ku, pemimpin-pemimpinmu adalah penyesat, dan jalan yang kamu
tempuh mereka kacaukan!
Akhirnya nikah
itu tidak mencapai nikah yang rohani, tidak mencapai sasaran nikah karena
isterinya jendril di situ.
b)
Kekerasan lewat
kata-kata, bahkan sampai kekerasan lewat perbuatan. Dalam nikah binatang yang
boleh disebut hanya merpati, di luar itu tidak boleh. Kenapa terjadi kekerasan?
Karena banyak menuntut hak, tidak melakukan kewajiban. Maunya dia dilayani
terus tetapi tidak pernah melayani.
I Korintus 7:3-4
7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap
isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.
7:4 Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi
suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi
isterinya.
Kewajiban suami
mengasihi isteri. Kewajiban isteri tunduk kepada suami dalam segala hal.
Lakukan dulu kewajiban baru terima haknya. Yang sekarang banyak terjadi
menuntut hak, kewajibannya tidak dilakukan, akhirnya muncul kekerasan lewat
kata-kata, lewat perbuatan. Lakukan dulu kewajiban sekalipun harus berkorban
segalanya.
c)
Kekerasan dalam
nikah itu mempertahankan kekerasan hati dalam wujud kebenaran diri sendiri, dia
salah tetapi menyalahkan orang sehingga memicu perselingkuhan dan memicu
perceraian.
Matius 19:8
19:8 Kata Yesus
kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan
isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.
d)
I
Korintus 7:5
7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan
bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa.
Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan
menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.
Boleh pisah
untuk sementara waktu supaya bisa berdoa dan berpuasa. Kekerasan yang sering
terjadi adalah biasa berpisah lama karena perkara jasmani, karena perkara
daging. Tidak boleh! Itu membuat celah iblis masuk. Apalagi nikah masih muda
biasa pisah lama, jangan!
Kalau sudah terlanjur bercerai apa yang harus
dilakukan?
Roma 7:2-3
7:2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada
suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati,
bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu.
7:3 Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah,
kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia
bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri
laki-laki lain.
Kalau sudah terlanjur bercerai harus bertahan untuk hidup
sendiri dan melayani Tuhan dengan perhatian penuh. Kalau pasangannya sudah
meninggal baru dia bebas untuk menikah lagi dengan yang satu pengajaran. Tetapi
jangan berdoa puasa supaya dia cepat meninggal.
Bertahan untuk hidup sendiri itu bertujuan untuk
memberi kesempatan pasangannya untuk bertobat dan rujuk kembali.
I Korintus 7:10-11
7:10 Kepada orang-orang yang telah kawin aku — tidak,
bukan aku, tetapi Tuhan — perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh
menceraikan suaminya.
7:11 Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup
tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh
menceraikan isterinya.
Teladannya adalah Tuhan. Tuhan menceraikan Israel
perempuan murtad, Yehuda perempuan yang tidak setia. Tetapi mereka diberikan
kesempatan untuk bertobat supaya rujuk kembali.
Yeremia 3:8,12-13
3:8 Dilihatnya, bahwa oleh karena zinahnya Aku telah
menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya surat cerai;
namun Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu tidak takut, melainkan
ia juga pun pergi bersundal.
3:12 Pergilah menyerukan perkataan-perkataan ini ke
utara, katakanlah: Kembalilah, hai Israel, perempuan murtad, demikianlah firman
TUHAN. Muka-Ku tidak akan muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah hati,
demikianlah firman TUHAN, tidak akan murka untuk selama-lamanya.
3:13 Hanya akuilah kesalahanmu, bahwa engkau telah
mendurhaka terhadap TUHAN, Allahmu, telah melampiaskan cinta berahimu kepada
orang-orang asing di bawah setiap pohon yang rimbun, dan tidak mendengarkan
suara-Ku, demikianlah firman TUHAN."
Tetapi ada pengecualian, kecuali pasangan yang
bercerai itu sudah menikah dengan orang lain, tidak boleh rujuk karena dia
sudah dicemari.
Ulangan 24:1-4
24:1 "Apabila seseorang mengambil seorang
perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi
perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis
surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh
dia pergi dari rumahnya,
24:2 dan jika perempuan itu keluar dari rumahnya dan
pergi dari sana, lalu menjadi isteri orang lain,
24:3 dan jika laki-laki yang kemudian ini tidak cinta
lagi kepadanya, lalu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan
itu serta menyuruh dia pergi dari rumahnya, atau jika laki-laki yang kemudian mengambil
dia menjadi isterinya itu mati,
24:4 maka suaminya yang pertama, yang telah menyuruh
dia pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi isterinya, setelah
perempuan itu dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di hadapan TUHAN.
Janganlah engkau mendatangkan dosa atas negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu menjadi milik pusakamu.
Inilah hukum tentang pernikahan, kita sudah harus
paham secara dalam dan kuat soal hal ini supaya kita tidak terjerumus dalam
kesalahan yang sama, atau kita menyetujui kesalahan di dalam nikah.
Bagaimana kalau sudah terlanjur menikah dalam nikah
yang salah lalu punya anak? Tetap aturan Firman, bertahan untuk hidup sendiri,
melayani Tuhan dengan perhatian sepenuh. Nasib anak bagaimana? Sama-sama
bertanggung jawab membesarkan namun bukan lagi sebagai suami isteri tetapi
sebagai kakak dan adik, dalam artian tidak boleh lagi lakukan hubungan suami
isteri.
Itulah pengaturan Tuhan soal nikah. Daging ini memang
sulit bahkan mustahil untuk menuruti Firman. Ketika saya sampaikan soal nikah
ini, ada seorang yang sudah dalam keadaan seperti ini nikahnya, dia datang
kepada saya dan minta didoakan supaya nikahnya bisa tertolong. Saya bilang kamu
harus bertahan hidup sendiri, besarkan anakmu dengan mamanya sebagai kakak adik
tetapi bukan sebagai suami isteri, tidak boleh lakukan hubungan suami isteri.
Dia menangis dan minta didoakan, tetapi isterinya tidak menerima! Dan akhirnya
mereka keluar dari penggembalan. Saya hamba Tuhan hanya menyampaikan Firman
untuk memperbaiki yang salah di dalam nikah, dalam hubungan nikah rumah tangga
kita supaya semua diperbaiki. Daging tidak mampu, sebab itu kita butuh Roh
Kudus, minta kepada Tuhan, Dia pasti berikan.
Biarlah kita jaga nikah kita supaya bisa mengarah pada
nikah yang rohani, pesta nikah Anak Domba Allah. Bagaimana cara menjaganya?
1.
Mendengar Firman
pengajaran dan dengar-dengaran pada Firman pengajaran yang benar.
2. Banyak menyembah,
kepala dan tubuh dihubungkan dengan leher. Itu suatu penyembahan. Hubungan
nikah kita tidak terputus, hubungan kita dengan Tuhan tidak terputus. Tuhan
yang menjaga nikah kita, Tuhan menjadi kepala atas nikah kita, Tuhan yang
memberi kekuatan kepada kita menghadapi masalah di dalam nikah. Dan Tuhan juga
yang akan menyelesaikan masalah di dalam nikah kita sampai nikah kita bisa
mencapai nikah yang rohani, nikah yang sempurna, menjadi Mempelai wanita Tuhan
yang sempurna.
Kita berdoa untuk nikah kita, kalau sempat tercerai,
ayo kita bergumul supaya Tuhan pulihkan. Kalau sempat rusak ayo berdoa supaya Tuhan
pulihkan. Yang salah jangan diteruskan, yang salah jangan disetujui.
Pertahankan apa yang benar sesuai Firman Tuhan sehingga arah kita jelas
mencapai nikah yang sempurna, pesta nikah Anak Domba Allah.
GPT “Kristus Penebus” Jl. Langgadopi No.4 Tentena Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso,
94663 HP: 081334496911 Email: imamat_raja@yahoo.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar