Yohanes 5:1-4
5:1 Sesudah itu
ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem.
5:2 Di Yerusalem
dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut
Betesda; ada lima serambinya
5:3 dan
di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta,
orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam
itu.
5:4 Sebab
sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu;
barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi
sembuh, apa pun juga penyakitnya.
Keajaiban jika air dalam kolam Betesda itu
digoncang oleh malaikat Tuhan yang datang sewaktu-waktu. Jadi tidak tahu kapan
waktu kolam itu bergoncang. Kesimpulannya semua yang sakit yang ada di serambi,
mata mereka tetap fokus kepada kolam. Jika mata mereka berpaling kepada yang
lain lalu malaikat itu datang mengoncangkan kolam, sudah dapat dipastikan
mereka terlambat. Olehnya mata semua yang ada di serambi itu fokus kepada
kolam. Apa yang mereka nantikan dari kolam itu? Jika kolam itu digoncang oleh
malaikat Tuhan.
Kehadiran
kita di dalam setiap ibadah, kita membutuhkan mata yang terpusat, tertuju di
mana malaikat Tuhan hadir, di mana air Firman Tuhan itu digoncang. Dulu hanya
sewaktu-waktu. Bagi kita sekarang tidak dapat digunakan lagi istilah
sewaktu-waktu, karena setiap saat terjadi
kegerakan air Firman Allah.
Kehadiran
mereka di sana karena didorong oleh kebutuhan. Kebutuhan yang mereka harapkan
adalah kesembuhan, lepas dari segala sakit penyakit. Demikian juga kehadiran
kita di sini adalah suatu kebutuhan. Jadi kehadiran anak Tuhan dalam setiap
ibadah, jangan didorong oleh dorongan yang lain. Tetapi yang memotivasi kehadiran
kita di dalam satu kegerakan Firman adalah karena ada kebutuhan, kebutuhan
terhadap Firman yang bisa memulihkan kehidupan kita yang penuh cacat cela dan
kerut ini. Jadi kebutuhan ketika kita hadir dalam satu ibadah adalah kebutuhan
supaya kita dibebaskan dari cacat cela dan kerut. Kalau bukan itu yang menjadi
tujuan kita berarti kita salah arah, kita salah kaprah.
Jadi
dorongan kehadiran kita dalam setiap even, dalam setiap kegerakan Firman, dalam
setiap ibadah, motivasinya adalah ingin dilepaskan. Dulu dilepaskan dari sakit
jasmani, sekarang untuk kita dilepaskan dari cacat cela dan kerut. Ini yang
harus menjadi kebutuhan yang mendorong kita untuk hadir dalam ibadah.
Kalau
dulu hanya sewaktu-waktu, sekarang tidak bisa dikatakan sewaktu-waktu. Betesda
artinya rumah belas kasihan. Sekarang ini yang mempunyai belas kasihan hadir
setiap saat, tidak hanya sewaktu-waktu. Siapa yang memiliki belas kasihan itu?
Itulah Yesus Imam Besar.
Ibrani 4:14-15
4:14 Karena kita
sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu
Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam
Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya
tidak berbuat dosa.
Jadi
bukan lagi kita datang untuk disembuhkan dari cacat cela dan kerut hanya
sewaktu-waktu, jika kita butuh. Tetapi seharusnya bukan hanya ketika kita butuh
dan memang kita sangat membutuhkan agar dilepaskan dari segala cacat cela.
Buta
itu bukan cuma pada jemaat, ternyata yang buta
itu adalah gembala-gembala. Lumpuh tidak hanya dikenakan kepada jemaat,
ternyata gembala juga lumpuh. Timpang tidak hanya dikenakan kepada jemaat
tetapi gembala juga timpang.
Gembala
yang buta:
Yesaya 56:10-11; 42:19-20
56:10 Sebab
pengawal-pengawal umat-Ku adalah orang-orang buta, mereka semua tidak tahu
apa-apa; mereka semua adalah anjing-anjing bisu, tidak tahu menyalak; mereka
berbaring melamun dan suka tidur saja;
56:11
anjing-anjing pelahap, yang tidak tahu kenyang. Dan orang-orang itulah
gembala-gembala, yang tidak dapat mengerti! Mereka semua mengambil jalannya
sendiri, masing-masing mengejar laba, tiada yang terkecuali.
42:19 Siapakah
yang buta selain dari hamba-Ku, dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh?
Siapakah yang buta seperti suruhan-Ku dan yang tuli seperti hamba TUHAN?
42:20 Engkau
melihat banyak, tetapi tidak memperhatikan, engkau memasang telinga, tetapi
tidak mendengar.
Yang
timpang bukan hanya jemaat tetapi juga hamba Tuhan, imam, nabi-nabi.
I Raja-raja 18:21
18:21 Lalu Elia
mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku
timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau
Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun.
Kalau
kita hanya datang sewaktu-waktu sementara Yang memiliki belas kasihan setiap
saat ada, maka kapan kita bisa dibersihkan, kapan kita mengalami pemulihan. Olehnya
bukan sewaktu-waktu tetapi setiap saat sebab Imam Besar senantiasa hadir.
Berarti hubungannya dengan ibadah.
Ibrani 4:14-16
4:14 Karena kita
sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu
Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam
Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya
tidak berbuat dosa.
4:16 Sebab itu
marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya
kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan
kita pada waktunya.
Jika
membaca keseluruhan kitab Ibrani ini mulai dari pasal 1 sampai pasal 10, maka
kita menemukan bahwa Imam Besar yang kita punyai adalah Imam Besar yang
berbelas kasihan. Dan wilayah kerjaNya berada
di dalam ibadah. Sebab Dia kepalai ibadah.
Kalau
dulu mereka sewaktu-waktu karena kebutuhan untuk dilepaskan dari sakit
penyakit, kita sekarang setiap saat ada kesempatan untuk dibebaskan. Di mana?
Di dalam ibadah, ada Imam Besar yang memberikan pelayanan kepada kita. Jika
Imam Besar hadir maka pekerjaanNya adalah membersihkan, menghapuskan,
menyucikan segala cacat, cela dan kerut kita.
Olehnya
kiranya kita umat Tuhan, mulai dari kami hamba Tuhan, agar kita tidak hanya membutuhkan
Tuhan sewaktu-waktu. Lebih parah lagi kalau kebutuhan itu hanya untuk
kesembuhan jasmani, setelah disembuhkan malah hilang tidak tahu ke mana. Mana
rasa syukurnya kepada Tuhan setelah dia menikmati apa arti pelayanan Imam
Besar. Kalau kita hanya disembuhkan secara jasmani maka kita masih bisa putus
dengan Yesus yang disebut Tabib yang Ajaib. Tetapi kalau kita digarap oleh
Firman, disucikan dan dijadikan sempurna maka kita tidak akan bisa pisah lagi
dengan dia karena Dia Mempelai Laki-laki Sorga dan kita Mempelai WanitaNya.
Belas
kasihan dapat dikatakan kasih karunia. Seseorang yang
mendapat belas kasihan, itu berarti menerima pemberian Tuhan yang sangat
berharga yang justru diberikan pada orang yang sebenarnya tidak layak, itulah
belas kasihan, itu kasih karunia. Sama kita ini, kita sebenarnya dihadapan
Tuhan tidak layak. Tetapi kita diberi Tuhan kasih karunia, diberikan belas
kasihan. Karena kita sudah menerima belas kasihan dan kasih karunia yang
seharusnya tidak pantas diberikan kepada kita, lalu bagaimana tanggapan kita.
Bagaimana sikap kita seharusnya sebagai umat Tuhan. Karena itu
berkesinambungan, tidak hanya satu dua kali lalu selesai. Itu berkesinambungan
sampai kehidupan yang tadinya tidak layak itu menjadi layak dan sempurna di
hadapan Tuhan.
II Korintus 6:1
6:1 Sebagai
teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi
sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.
Siapa
yang dinasihati? Teman-teman sekerja. Jika 5 orang ada di situ lalu salah
seorang berbicara di situ, apakah yang 4 orang akan berkata “sok engkau
menasihati kami!”. Bukan demikian yang seharusnya. Jemaat itu teman sekerja,
hamba Tuhan lebih-lebih lagi teman sekerja. Ada yang dipakai Tuhan untuk
menasihati. Apa tujuannya? Supaya jangan engkau membuat sia-sia kasih karunia
yang sudah diterima. Di sini kadang kala kita salah menerima. Diingatkan,
saling menasihati, tetapi tidak bisa menerima.
II Korintus 6:2
6:2 Sebab Allah
berfirman: "Pada waktu Aku berkenan,
Aku akan mendengarkan engkau, dan pada
hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu
perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.
Jadi
Tuhan bicara dulu “pada waktu Aku berkenan” kemudian Tuhan berkata “waktu ini
adalah waktu perkenanan itu”. Jadi bukan lagi sewaktu-waktu, bukan kapan tetapi
hari ini. Itulah hari perkenanan Tuhan dan jangan disia-siakan.
Puji
syukur orang-orang yang sakit itu sadar akan penyakitnya dan butuh kesembuhan,
pada waktu itu mereka membutuhkan kesembuhan jasmani. Kita ini tidak hanya mencari
kesembuhan jasmani yang seringkali memang kita butuh. Tetapi kalau mencari
kesembuhan jasmani, setelah sembuh dia tidak tahu berterima kasih lagi kepada
Yang menyembuhkan. Bagaimana caranya mengucap syukur? Dengan beribadah melayani
Tuhan, jangan lupa diri kita sudah ditolong Tuhan! Ini yang diingatkan oleh
rasul Paulus. Jangan sampai kasih karunia, belas kasihan itu disia-siakan.
Karena banyak terjadi di mana-mana, hanya butuh kesembuhan jasmani. Begitu
sembuh tidak ada lagi penghargaannya terhadap Tuhan lewat ibadah pelayanan. Dia
sia-siakan ibadah, itu berarti menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan.
II Korintus 6:3
6:3 Dalam hal
apa pun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan
sampai dicela.
Jadi
kalau kita punya pelayanan, sudah mendapat kasih karunia, sudah mendapat belas
kasihan, sebenarnya tidak layak tetapi sudah diberi oleh Tuhan, tujuannya
supaya mencapai kesempurnaan. Untuk menjaga supaya pelayanan kita jangan
bercela, jangan menyandung orang lain maka kita harus aktif dalam ibadah
pelayanan. Itu cara menjaga kasih karunia Tuhan/ belas
kasihan.
Puji
Tuhan kalau kita hidup pada akhir zaman ini bisa menjadi kehidupan yang
mendapat belas kasihan. Kita sadar kita tidak layak sebenarnya, tetapi kita
mendapat belas kasihan, mendapat kasih karunia. Coba bagaimana perasaanmu,
tidak layak tetapi kenapa diberi. Kita akan mewujudkan rasa terima kasih terus
menerus. Coba kalau kita layak lalu menerima, beda dengan yang tidak layak
tetapi dia mendapat.
Itu
sebabnya jangan saudara menjadi umat Tuhan memberi sebab orang tersandung.
Jangan menjadi orang yang tersandung maupun yang mudah terjadi. Berarti jangan
menjadi sandungan. Jangan mudah tersandung, mudah tersinggung, cepat kecewa,
cepat putus asa. Orang seperti ini tidak menghargai kasih karunia, tidak
menghargai belas kasihan Tuhan. Orang seperti ini repot. Makanya ini harus kita
jaga:
Mazmur 119:165
119:165 Besarlah
ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu
sandungan bagi mereka.
Tidak
gampang tersandung juga tidak
mudah tersinggung, tidak mudah
kecewa, tidak cepat putus asa. Apa yang membuat orang tidak bisa menghargai
kasih karunia atau belas kasihan? Karena pikirannya pikiran dunia, pikirannya
pikiran daging. Jangankan manusia, Yesus saja coba disandung oleh orang dengan
pikiran seperti ini. Rencana Tuhan mau disandung oleh orang seperti ini.
Matius 16:21
16:21 Sejak
waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke
Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Ini
pikiran sorga, pekerjaan penyelamatan, ini kasih karunia, ini belas kasihan.
Dia yang tidak bersalah kenapa mau mendaki bukit Golgota dan di salib di sana.
Kita ini tinggal menerima, sebenarnya kita tidak layak tetapi kita menerima.
Matius 16:22-23
16:22 Tetapi
Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
16:23 Maka Yesus
berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan
apa yang dipikirkan manusia."
Coba
lihat di sini, pikiran daging, pikiran
yang tidak mau sengsara salib. Pikiran yang mau
beribadah tetapi tidak mau sengsara, mau melayani tidak ada sengsara, itu
pikiran daging! Itu sandungan bagi Yesus. Kalau sampai Yesus tersandung berarti
Firman tersandung. Artinya pekerjaan Firman tidak akan sampai pada orang itu.
Sakit tetapi sakit, lumpuh tetap lumpuh, timpang tetap timpang karena pikiran
ini.
Ini
pikiran daging kalau memikirkan ibadah dan melayani itu dia cari yang enak.
Bahkan menomorsatukan yang daging, yang dunia. Dia berpikir “sudahlah Firman,
yang penting daging saya peroleh, saya bisa raih yang dunia”. Ini sandungan
bagi Tuhan, alias orang itu tidak bisa masuk sorga, karena sorga tersandung
dengan dia. Ini jangan terjadi pada saya dan saudara.
Kita
ini menerima belas kasihan dan kasih karunia. Sebenarnya kita tidak layak dan
tidak pantas, tetapi kita terima. Sudah siap algojo untuk sembelih kita,
tiba-tiba dibatalkan sebab ada yang rela disembelih ganti kita. Coba kita
renungkan itu baik-baik. Sebabnya mari kita lihat Yohanes pasal 5 ini.
Dalam
II Korintus 6:1 dikatakan sewaktu-waktu, kemudian kalimat selanjutnya
mengatakan sekaranglah waktu perkenanan Tuhan. Sebab Imam Besar sudah hadir.
Benar-benar Dia hadir dan terus menangani kita, itulah Yesus. Oleh Korban
Kristus kita bisa melayani Dia dan beribadah. Kemudian Dia naik ke sorga untuk
kepentingan kita.
Ibrani 9:24
9:24 Sebab
Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya
merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri
untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.
Aduh,
kenapa kita seperti
orang besar saja mau dilayani oleh Tuhan padahal sesungguhnya saya tidak layak.
Kenapa Tuhan itu rela, di dunia Dia tersalib, di sorga Dia naik untuk
kepentingan kita. Kenapa kita menyia-nyiakan belas kasihan Tuhan,
menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan dan menjadi sandungan lagi bagi Yesus.
Semoga ini jangan terjadi pada diri kita.
Semua
kita yang hadir di sini, renungkanlah hidup kita ini. Dikatakan kita tidak
layak, tetapi Dia rela mati untuk kita. Kemudian Dia naik ke Sorga untuk
kepentingan kita yang tidak layak ini. Apalagi yang mau kita lakukan!
Sebenarnya biar kita sembayang semalam suntuk, tidak akan bisa membalas kasih
karunia Tuhan. Apalagi sudah ada kesempatan lalu kita tidak mau, itu membuat
sia-sia kasih karunia Tuhan dalam diri kita. Ini jangan terjadi dalam kehidupan
kita.
II Korintus 6:1
6:1 Sebagai
teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi
sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.
Ini
Paulus dan tidak berhenti pada Paulus namun kepada siapa saja yang dipakai Tuhan
memberikan nasihat. Dan lebih tandas lagi dalam Filipi pasal 3, Paulus menasihati
sampai dengan derai air mata. Kenapa? Karena melihat mereka melayani dengan
pikiran daging, pikiran duniawi.
Filipi 3:17
3:17
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama
seperti kami yang menjadi teladanmu.
Bukan
berarti Paulus sombong rohani. Kalau Paulus bicara seperti ini bukan berarti
dia mengangkat-angkat diri, salah kita kalau berpikir begitu. Di sini dia
memperlihatkan teladan, memperlihatkan “begini seharusnya kita hidup”. Coba
kalau saya bicara seperti itu, bisa saja orang berkata “sombong itu Bernard
Legontu”. Tetapi itu haknya orang. Namun wajib bagi Paulus menunjuk dirinya
menjadi teladan, itu menjadi kendali bagi dirinya dan bagi teman-temannya. Dia
tidak takut menghadapi kritikan.
Filipi 3:18
3:18 Karena,
seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula
sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
Banyak
orang menjadi seteru salib, beribadah tidak butuh salib, melayani tanpa salib.
Dan itu yang sekarang ini lagi menggelegar di dalam gereja. Contohnya: yang
disuarakan oleh banyak pelayan Tuhan “kasihan itu jemaat Tuhan sudah susah di
sawah, di toko, di kantor lalu datang di gereja diberitakan lagi tentang
sengsara”. Itu logis, tetapi itu yang ditegur oleh rasul Paulus, justru mereka
menjadi seteru salib. Tetapi banyak orang suka, berita seperti itu diminati
sekali, berjubel-jubel orang ke sana. Tetapi coba beritakan tentang sengsara salib
“ibadah harus memikul salib, harus begini, harus begitu” orang mudah meninggalkan.
Kalau
ini tidak bisa kita hayati dan tidak bisa terima, maka ini yang membuat rasul
Paulus menangis.
Filipi 3:19
3:19 Kesudahan
mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka
ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
Kalau
sudah mengecilkan ibadah dan mengutamakan yang duniawi dan soal daging maka
jurusannya kebinasaan. Ini yang diingatkan oleh Tuhan melalui rasul Paulus jangan
terjadi, apa gunanya sudah susah-susah melayani kemudian ujung-ujungnya binasa.
Kami
hamba Tuhan lebih dahulu. Jangan sampai ada di rumah belas kasihan kemudian
hanya sewaktu-waktu air digoncang. Ketika Yesus hadir maka tidak butuh
sewaktu-waktu, sekarang ada Yesus Imam Besar setiap saat, setiap hari. “hari
ini hari perkenanan Tuhan” itu kata Tuhan. Jadi tidak menunggu nanti pendeta
dari mana datang membuat KKR baru ada kegoncangan, tidak. Setiap saat, yang
penting ada minat dan kerinduan hati kita “saya butuh segala cacat cela dan
kerut dibersihkan dari hidupku”. Sehingga kemuliaan kita tidak seperti
kemuliaan mereka, sebab dikatakan “kemuliaan mereka adalah aib mereka”. Jangan
sampai aib dianggap kemuliaan, itu gawat. Jangan sampai ini terjadi dalam
kehidupan kita sekalian.
Itulah
yang dilakukan Petrus dalam Matius pasal 16 tadi. Kemudian satu saat terjadi
perubahan yang drastis dari Petrus, dia berkata “aku pergi menangkap ikan” lalu
yang lain berseru “kami pergi juga dengan engkau”.
Yohanes 21:3
21:3 Kata Simon
Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka
kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu
naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.
Kalau
yang menukik itu serempak, langsung ramai, langsung bareng, langsung bersama.
Kalau arahnya untuk kebutuhan jasmani langsung ramai, serempak. Tetapi kalau
yang rohani belum tentu serempak, belum tentu ramai-ramai. Tetapi kalau namanya
untuk kembali kepada yang berseberangan dengan rencana Allah, itu serempak,
langsung topang menopang, langsung dukung mendukung. Tetapi bila yang rohani
disuarakan mereka berkata “tunggu dulu! Maaf dulu!”. Malah perlawanan yang
diterima jika menyuarakan yang rohani. Tetapi kalau menyuarakan yang jasmani, ramai-ramai
topang menopang, dukung mendukung. Lihat saja kalau di dalam gereja dikumandangkan
yang jasmani semuanya ramai topang-menopang, dukung mendukung. Tetapi jika seseorang yang menyuarakan kebenaran di mana-mana dia dihantam!
Kita
sekarang mendukung yang mana. Mendukung Petrus yang kembali pada profesi yang
lama, kembali pada persoalan yang duniawi. Atau mendukung yang mengajak untuk
rohani kita meroket untuk menjadi Mempelai Wanita Tuhan.
Belas
kasihan Tuhan jangan kita sia-siakan. Jangan kita menjadi batu sandungan
terhadap Firman. Bayangkan Petrus menjadi sandungan dari Firman, tetapi syukur
dia berubah ketika bertemu Yesus di tepi pantai Tiberias ketika fajar
menyingsing. Dia menangis untuk kesekian kalinya. Dia menangis ketika
bertatapan mata dengan Yesus. Ketika Yesus ada dalam pengadilan Pilatus, lalu ketiga
kali Petrus menyangkal, Yesus menengok dia. Tatapan mata Yesus beradu dengan
Petrus sehingga menghancurkan hati Petrus dan dia menangis. Kali ini juga
Petrus berdukacita untuk melejit masuk dalam
pelayanan.
Yohanes 21:17
21:17 Kata Yesus
kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga
kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya:
"Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Sedih
di sini berarti menangis. Kesedihan hati Petrus, hatinya hancur. Itulah
penyesalan Petrus.
Lampau
kita hanya membutuhkan Yesus sewaktu-waktu. Artinya kalau kita butuh Yesus kita
cari, kalau tidak butuh sudahlah. Tetapi Yesus hadir, Dia siap menunggu siapa
yang membutuhkan Dia. Dia Imam Besar yang berbelas kasihan, Dia siap hadir
untuk menolong kita.
Sore
menjelang malam ini Dia ada di antara kita. Datanglah kepada Tuhan “Tuhan saya
butuh Engkau. Ini hari perkenananMu” sampai kita disempurnakan oleh Tuhan.
Jangan buat Yesus tersandung dengan kelakuan kita.
Tuhan
Memberkati.
GPT “Kristus
Penebus”
Jl.
Langgadopi No.4 Tentena
Kec. Pamona
Puselemba, Kab. Poso, 94663
HP:
085241270477
Email: imamat_raja@yahoo.com
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar