Salam sejahtera di dalam Kasih Tuhan
Yesus Kristus.
Imamat 19:5-10,23-25
19:5 Apabila kamu mempersembahkan korban keselamatan
kepada TUHAN, kamu harus mempersembahkannya sedemikian, hingga TUHAN berkenan
akan kamu.
19:6 Dan haruslah itu dimakan pada hari
mempersembahkannya atau boleh juga pada keesokan harinya, tetapi apa yang
tinggal sampai hari yang ketiga haruslah dibakar habis.
19:7 Jikalau dimakan juga pada hari yang ketiga, maka
itu menjadi sesuatu yang jijik dan TUHAN tidak berkenan akan orang itu.
19:8 Siapa yang memakannya, akan menanggung
kesalahannya sendiri, karena ia telah melanggar kekudusan persembahan kudus
yang kepada TUHAN. Nyawa orang itu haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang
sebangsanya.
19:9 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah
kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa
yang ketinggalan dari penuaianmu.
19:10 Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik
untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah
kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi
orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.
19:23 Apabila kamu sudah masuk ke negeri itu dan
menanam bermacam-macam pohon buah-buahan, janganlah kamu memetik buahnya selama
tiga tahun dan jangan memakannya.
19:24 Tetapi pada tahun yang keempat haruslah segala
buahnya menjadi persembahan kudus sebagai puji-pujian bagi TUHAN.
19:25 Barulah pada tahun yang kelima kamu boleh
memakan buahnya, supaya hasilnya ditambah bagimu; Akulah TUHAN, Allahmu.
1.
Hubungan
anak dan orang tua, ditambah sabat
Hubungan anak dengan
orang tua itu horisontal dan
sabat menunjuk hubungan vertikal dengan Tuhan. Jadi pembagian yang pertama
benar-benar kita diarahkan untuk menyalibkan daging, baik untuk orang tua
maupun untuk anak. Itu adalah dasar untuk masuk pada poin-poin berikut. Jadi
ayat 1-3 dan 30, warnanya adalah warna salib. Semua harus terlibat dalam
penyangkalan diri. Baik hubungan antara anak dan orang tua atau hubungan sesama
maupun hubungan dengan Tuhan.
Kalau kita sadari kita
hadir di dunia ini lewat pintu yang namanya nikah orang tua, lalu kita dikaitkan dengan persoalan
Sabat, karena Tuhan tidak mengkhendaki
kehadiran kita di dunia ini tidak menikmati perhentian. Itu sebabnya ada ajakan
dari Tuhan Yesus.
Matius 11:28-29 (Terjemahan Lama)
11:28
Marilah kepada-Ku, hai kamu sekalian yang berlelah dan yang menanggung berat.
Aku ini akan memberi sentosa kepadamu.
11:29 Tanggunglah kuk Aku, dan belajarlah kepada-Ku;
karena Aku lembut dan rendah hati; maka kamu akan mendapat sentosa bagi jiwamu.
Itu bukti bahwa Tuhan
sesembahan kita menginginkan umatNya yang ada di muka bumi ini yang masuk lewat
pintu nikah, berada dalam perhentian, sentosa dan sebagainya.
Itulah nilai isi hati
Tuhan kepada kita. Kalau ini bisa kita hayati dan kita nikmati maka Tuhan
mengarahkan kita pada ayat 5 sampai 8 agar kita bisa menaikan persembahan
syukuran atau keselamatan. Orang yang bisa mempersembahkan korban syukuran
adalah orang paham nilai salib yang menghadirkan sentosa itu.
Matius 11:28-29
11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi
kelegaan kepadamu.
11:29
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
2.
Korban
Keselamatan
Kalau hidup itu benar
mengalami dan menghayati poin pertama maka tidak ada alasan baginya untuk tidak
mempersembahkan korban keselamatan atau korban syukuran. Korban keselamatan ini
dipersembahkan di depan pintu kemah. Tuhan ingin menyaksikan orang yang
mempersembahkan korban syukuran ini di depan pintu kemah berarti Tuhan menjadi saksi.
Imamat 3:2,8,13
3:2 Lalu
ia harus meletakkan tangannya di atas kepala persembahannya itu, dan
menyembelihnya di depan pintu Kemah Pertemuan, lalu anak-anak Harun,
imam-imam itu haruslah menyiramkan darahnya pada mezbah sekelilingnya.
3:8 Lalu
ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala persembahannya itu dan
menyembelihnya di depan Kemah Pertemuan, lalu anak-anak Harun harus
menyiramkan darahnya pada mezbah sekelilingnya.
3:13
Lalu ia harus meletakkan tangannya di atas kepala kambing itu dan
menyembelihnya di depan Kemah Pertemuan, lalu anak-anak Harun harus
menyiramkan darahnya pada mezbah sekelilingnya.
Tuhan ingin menyaksikan
anak Tuhan yang paham persis poin yang pertama yang ada pada Imamat 19:1-3,30.
Apakah anak itu paham bahwa dia ada di dunia lewat pintu nikah dan dia
dikaitkan dengan Tuhan. Tuhan ingin melihat buktinya yaitudia mempersembahkan
syukur dengan serius. Kalau dia paham maka dia tidak akan mempersembahkan
korban syukur itu dengan asal-asal, apalagi Tuhan sendiri memantau sebab Dia
ada di pintu gerbang. Tuhan saksi
yang setia. Ini yang Tuhan dambakan dari kita.
Ibadah dan pelayananku
sebagai hamba Tuhan tidak boleh asal, tidak boleh mengikuti selera mereka karena dipantau, ada di hadapan
Tuhan dan Tuhan menjadi saksi. Bagaimana kita bisa mengelak karena Tuhan
pantau, Tuhan melihat persembahan saudara, korban keselamatan (korban syukuran) saudara.
Dalam Imamat pasal 19 persyaratan lain dari korban keselamatan harus dimakan hari itu atau besok,
tetapi tidak boleh dimakan pada hari ketiga. Jadi korban keselamatan ini
dikaitkan dengan persoalan waktu. Hanya dua hari waktu yang diberikan kepada
kita. Tidak boleh sampai pada hari yang ketiga.
Kalau dimakan pada hari
yang ketiga berarti sudah telat maka dia akan menanggung kesalahannya sendiri
karena dia melanggar kekudusan persembahan kudus bagi Tuhan dan akan dibakar pada hari ketiga
segala isinya.
Jadi korban syukuran
yaitu ibadah pelayanan kita diatur oleh Tuhan dalam bentuk waktu. Kalau sudah
lewat hari kedua korban syukur
itu tidak boleh dimakan dan harus dibakar. Berarti yang makan juga ikut dibakar
karena dia melakukan kesalahan. Jadi dari ayat 5 sampai 8 Tuhan menginginkan
kita memberikan penghargaan terhadap waktu yang diberikan Tuhan kepada kita.
Kalau ibadah pelayanan
kita dikatakan jam 9 yah kita harus datang jam 9. Penggunaan waktu itu harus
pas, tidak boleh diabaikan. Jangan kita mempersembahkan ibadah syukuran namun
tidak menghargai waktu. Setiap kita datang beribadah, itu terkait dalam
persoalan itu. Jadi sebelum datang beribadah kita sudah harus ada persiapan
supaya tepat waktu. Dalam nama Tuhan Yesus kita harus memperhatikan hal ini!
Korban yang sisa itu
harus dibakar habis. Artinya ibadah syukuran kita itu harus utuh, harus tuntas,
jangan setengah-setengah. Jangan hadir sudah terlambat hanya setengah-setengah.
Ada ancaman Tuhan dalam persoalan ini, jangan sampai kita melanggar persoalan
kekudusan persembahan kudus bagi Tuhan itu sehingga akhirnya orang itu dibakar.
Doaku kepada Tuhan supaya
umat yang dipercayakan oleh Tuhan dalam penggembalaan, jangan sampai menanggung
kesalahannya sendiri karena melanggar kekudusan persembahan kudus bagi Tuhan
sehingga akhirnya nasibnya dibakar.
Hanya 2 hari diberikan
kesempatan untuk makan korban keselamatan. Zaman Bapa ada dua hari, zaman Anak
ada dua hari, zaman Roh Kudus juga dua hari. Artinya sekarang kepada kita
diberikan kesempatan 2000 tahun di zaman Roh Kudus ini. Tidak ada lagi hari ketiga
untuk kita mengerjakan korban keselamatan. Sebab hari ketiga setelah zaman Roh
Kudus adalah kerajaan 1000 tahun damai. Orang yang tadinya membuang-buang waktu
akan menanggung akibatnya sendiri. Karena dia melanggar kekudusan persembahan
kudus Tuhan, akhirnya dia dibakar di luar sana.
Setiap kali kita datang
beribadah, Dia ada di pintu kemah menjadi saksi. Biarlah kita mengatakan “Yesus
belahan jiwaku”. Kalau mengatakan Yesus adalah belahan jiwa kita maka kita
pasti akan ada kerinduan hati untuk jumpa dengan Tuhan Yesus lewat ibadah.
Bahkan sebelum Tuhan Yesus hadir kita
sudah ada di situ karena rindu bertemu dengan belahan jiwa saudara dan saya.
Gembala adalah suami
bayangan dari sidang jemaat, untuk membawa sidang jemaat pada Suami yang
sesungguhnya itulah Tuhan Yesus. Kadang saya sebagai suami bayangan pilu hati
melihat isteri bayangan tidak menghargai waktu untuk berjumpa dengan Suami yang
sebenarnya di dalam ibadah. Lebih parah lagi ketika orang lain sedang bersorak
untuk masuk dalam kerajaan 1000 tahun damai dan saudara berada dalam
penderitaan.
Elok bila belahan jiwa
kita datang Dia melihat kita sudah siap menanti lebih dahulu. Jangan sampai membuat Suami kita yaitu Tuhan
Yesus sudah menanti-nanti kita datang beribadah tetapi kita tidak datang. Atau
datang namun sudah terlambat, sudah terlanjur galau hati Tuhan Yesus menunggu
baru kita muncul. Gunakanlah waktu yang Tuhan beri kepada kita.
Korban itu harus habis
pada hari pertama, kalau tidak bisa selesaikan pada hari kedua. Kalau masih ada
sisa maka tidak boleh dimakan pada hari ketiga. Barang siapa memakannya berarti
dia menanggung salahnya sendiri karena mengabaikan waktu, melanggar kekudusan
Tuhan dan nasibnya dibakar.
Semoga saudara mengerti
Firman Tuhan. Itu adalah pengharapan seorang gembala agar sidang jemaat
mengerti Firman Tuhan. Buktinya kalau jemaat mengerti Firman Tuhan adalah dia
mempraktekkan Firman Tuhan.
Imamat 19:17
19:17
Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus
berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa
kepada dirimu karena dia.
Menegor seseorang itu
paling berat. Syukur kalau dia menerima, kalau tidak menerima nantinya yang
menegur itu malah kena bogem.
Mempersembahkan korban
syukur ini memang dalam segala hal. Itu sebabnya hati Tuhan berbunga-bunga, belahan jiwa kita akan mekar hatiNya kalau kita
bisa mempersembahkan korban syukur atau korban keselamatan walaupun dalam suasana kesulitan. Ini
terpergantung dari mutu rohani seseorang. Dan itu terpergantung pada
penghayatannya terhadap Imamat 19;1-3,30. Kalau dia menghayati bahwa dia hadir
di dunia lewat pintu nikah dan ada peluang untuk masuk ke Sorga karena menikmati Sabat, itulah hubungan dengan Tuhan. Kehadiran kita di dunia ini
sebenarnya bukan untuk menikmati dunia tetapi mau dibawa oleh Tuhan untuk
menikmati Sorga.
Biarlah dalam ibadah
pelayanan kita, kita mempersembahkan segala-galanya utuh kepada Tuhan. Tuhan
menginginkan yang utuh, bukan yang setengah-setengah.
Imamat 19:6,8
19:6 Dan
haruslah itu dimakan pada hari mempersembahkannya atau boleh juga pada keesokan
harinya, tetapi apa yang tinggal sampai hari yang ketiga haruslah dibakar
habis.
19:8
Siapa yang memakannya, akan menanggung kesalahannya sendiri, karena ia telah
melanggar kekudusan persembahan kudus yang kepada TUHAN. Nyawa orang itu
haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya.
Orang itu berarti tidak
diperkenankan masuk dalam pembentukan Tubuh Kristus dan dia lenyap binasa.
Ternyata apa yang kita persembahkan itu Tuhan sendiri sudah menjamin bahwa itu
adalah persembahan kudus kepada Tuhan. Kalau kita tahu bahwa kehadiran kita
dalam ibadah keselamatan/ibadah syukuran itu sesuatu yang kudus bagi Tuhan,
maka bagaimana seharusnya sikap saudara dan saya menghadap Tuhan. Tuhan akan menerima
asalkan kita memenuhi persyaratan yaitu kita mempersembahkan secara utuh
termasuk waktu juga secara utuh.
Kalau seperti itu maka
saudara tidak akan menanggung kesalahan dan tidak akan dilenyapkan dari orang-orang
sebangsanya. Dengan kata lain masuk dalam pembentukan Tubuh Kristus menjadi Mempelai Wanita untuk
Tuhan Yesus Kristus Mempelai Pria Sorga.
Kalau sekarang ini kita
meyakini bahwa Tuhan Yesus adalah belahan jiwa kita maka saudara pasti akan
merasakan kekudusan dan apa yang
saudara persembahkan itu karena saudara berhadapan dengan Kekasihmu.
3.
Hasil
usaha
Tuhan langsung mengatakan
bahwa kita tidak akan gagal karena kita akan menuai hasil tanahmu. Kalau dalam
segala hal kita bisa mengucap syukur, kita bisa melihat nikah orang tua yang
menjadi pintu kita masuk ke dunia ini, maka ketika kita bekerja maka pasti ada
hasil. Di dalam hasil inilah ada tuntutan Tuhan.
Imamat 19:9,23
19:9 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah
kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut
apa yang ketinggalan dari penuaianmu.
19:23
Apabila kamu sudah masuk ke negeri itu dan menanam bermacam-macam pohon
buah-buahan, janganlah kamu memetik buahnya selama tiga tahun dan jangan
memakannya.
Belum menanam tetapi
Tuhan sudah menjamin keberhasilan pelayanan kita. Dikatakan yang di tepi tidak
boleh kita sabit berarti yang kita sabit adalah yang di tengah. Berarti
keberhasilan kita yang akan kita tuai adalah kita terkait dengan sentral
pelayanan kita. Kalau benar kita melakukan ini berarti kita ada di pusat kegiatan Sorga. Ini membuktikan keberhasilan
saya dan saudara.
Keberhasilan kita ada di
pusat perhatian Tuhan terhadap ladangnya Tuhan, asalkan saudara paham persoalan
hubungan horizontal (hubungan dengan orang tua) dan vertikal (hubungan dengan
Tuhan). Kemudian kita mempersembahkan korban keselamatan kepada Tuhan dengan
utuh. Tuhan membuka jalan bagi kita lewat pengorbananNya. Dia sudah
mempersembahkan diriNya dengan merobek dagingNya sehingga dibuka jalan untuk
kita sehingga kita datang beribadah dengan tulus dan ikhlas maka kita
benar-benar ada di sentral aktivitas Sorga, itulah keberhasilan kita.
Ada tiga hal di sini:
1)
Jangan
di sabit hingga ke tepinya
Ini
dilakukan dengan sengaja. Ini adalah ketulusan kita untuk memberi pada orang
lain. Yang tertinggal itu untuk orang miskin, untuk orang asing.
2)
Jangan
dipungut buah yang jatuh
3)
Buah
anggur jangan dipetik dua kali
Poin kedua
dan ketiga ini tidak sengaja dilakukan dan itu juga untuk orang miskin dan
orang asing.
Kita harus ada di sentral
aktifitas sorga. Bukan berarti yang ada di tepi yang tertinggal itu tidak punya
nilai, itu untuk orang miskin. Kalau yang di tengah ini tidak waspada maka
orang yang memetik yang di pinggir ini itulah Rut bisa berhasil menjadi
Mempelai dan yang di tengah ini justru gagal! Jangan sampai kita ini gagal,
apalagi kita ini hanya bangsa kafir. Bagian kita hanya yang dipinggir, bagian
kita hanya yang tercecer.
Aktivitas kita harus ada
di sentral kegiatan Allah, harus ada di situ. Kalau kembali pada latar belakang
kehidupan kita, kita ini adalah bangsa kafir contoh Rut. Rut ini memungut yang tercecer dan memetik yang dipinggir. Jadi
kalau kita memperhatikan, bahwa kita ini bangsa kafir, nilai kita hanya pinggiran, hanya di tepi. Kita
hanya senilai barang tercecer di ladang, apa yang mau kita sombongkan. Tuhan
mendorong kita bangsa kafir untuk melihat apa sebenarnya yang mau kita lakukan. Kalau kita diarahkan oleh Tuhan
untuk beraktivitas dalam pelayanan di ladang dan berhasil maka apa yang harus
kita lakukan bersyukur kepadaNya.
Kita ada di pusat
aktivitas sorga, tetapi kita harus kenal diri kita sebagai orang kafir. Kita
memang hanya barang yang tercecer, tetapi kalau kita mau tekuni seperti Rut,
maka kita bisa menjadi Mempelai. Apakah Rut hanya memungut yang di pinggir-pinggir?
Tidak. Dia mengikuti penyabit berarti dia melihat ladang itu secara utuh dan
memungut semuanya.
Nilai kita hanya seperti
gandum yang tercecer tetapi biarlah kita seperti perempuan Siro-Fenisia yang
melihat pada remah-remah yang jatuh pada meja tuannya, itu yang dia makan.
Bagaimana dengan kita? Kita ini bangsa kafir, bangsa asing. Kita hanya
diperkenankan untuk memungut yang tercecer dan yang ada di pinggir.
Imamat 19:10
19:10
Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah
yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu
harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN,
Allahmu.
Dalam pasal 19 ini
“Akulah Tuhan” ada 16 kali disebutkan. 16 adalah angka Tabernakel. Berarti
orang yang melakukan hal-hal ini dia tergolong dalam Tabernakel berarti menjadi
Tubuh Kristus.
Aktifitas kita harus ada
di sentral aktifitas Sorga. Tetapi kita harus paham bahwa kita ini hanya bangsa
kafir, bangsa yang miskin, bangsa yang tidak punya Firman, tidak punya hak sebagai
anak kerajaan. Tetapi Tuhan Yesus rela datang. Dia kaya menjadi miskin supaya kita
yang miskin menjadi kaya.
II Korintus 8:9
8:9
Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia,
yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi
kaya oleh karena kemiskinan-Nya.
Jangan kita ukur dengan
kaya jasmani tetapi kaya rohani. Kalau kita masuk dalam pembentukan Tubuh
Kristus yang sempurna itu adalah kaya rohani.
II Korintus 6:10
6:10
sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin,
namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami
memiliki segala sesuatu.
Inilah penerus pelayanan
Tuhan Yesus. Dia miskin untuk memperkaya umat Tuhan. Artinya pengorbanan hamba
Tuhan untuk melayani umat Tuhan
supaya kaya rohani berarti menjadi Tubuh Kristus, tidaklah tanggung-tanggung.
Olehnya wajarlah sebelum ini terjadi sudah didahului dengan syukuran.
Keberhasilan itu jangan
disabit hingga ke tepinya. Berarti ada perhatian kita kepada orang lain. Itu
dilakukan dengan sengaja. Tetapi yang tertinggal itu tidak sengaja. Ini yang
dirindukan oleh Tuhan yaitu pelayanan dengan dasar ketulusan hati yang bisa
dinikmati utamanya dalam nikah. Pelayanan isteri bisa dinikmati oleh suami dan
pelayanan suami bisa dinikmati oleh isteri. Pelayanan yang tidak disengaja ini
berarti insidentil atau sewaktu-waktu. Tidak kita pikirkan tetapi itu terjadi.
Ini yang Tuhan dambakan
dari kehidupanku dan kehidupan saudara, yaitu ada pelayanan yang tulus. Kita
harus ada di sentral pelayanan Sorga. Tuhan izinkan kita ada di sentral
aktivitas sorga, tetapi kita harus paham bahwa kita ini hanya bangsa kafir,
bangsa yang miskin.
Ibrani 10:19-22
10:19
Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat
masuk ke dalam tempat kudus,
10:20
karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir,
yaitu diri-Nya sendiri,
10:21
dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
10:22
Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan
keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati
nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
Tulus itu disengaja dan
ikhlas itu tidak disengaja. Biarkan diambil orang yang tertinggal, berarti diikhlaskan.
Selalu ingat bagaimana
kita menyampaikan syukur. Dia belahan jiwa kita dan kerinduan hatiNya agar kita ada di sentral aktivitas Sorga.
Tetapi Dia ingin kita ada pengenalan diri bahwa kita ini tadinya bangsa kafir.
Tujuannya supaya jangan ada yang bangga diri, sombong, angkuh dan tinggi hati
sebab kita hanya senilai barang tercecer dan tuaian di pinggir.
Biarlah kita tekun
memungut barang yang tercecer. Rut ini ada ketekunan, ada ketaatan memungut
walaupun cuma yang sisa. Dia sebagai bangsa kafir tidak merasa susah ketika
direndahkan, dia menerima ketika direndahkan. Hasilnya dia menjadi istri Boas. Dia bangsa kafir yang tadinya
hanya dipinggir dan hanya memungut yang tertinggal. Persekutuannya awalnya
hanya sebatas itu tetapi puji Tuhan akhirnya dia bertemu dengan Boas yang
adalah bayangan
Tuhan Yesus Kristus.
Kita semua adalah orang
yang tadinya miskin rohani, tidak punya apa-apa.
Efesus 2:11-13
2:11
Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi
menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang
menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh
tangan manusia, --
2:12
bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak
mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan
dan tanpa Allah di dalam dunia.
2:13
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh",
sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.
Kita ini bukan warga
kerajaan, tidak punya hak apa-apa, kita betul-betul miskin. Tetapi karena taat
tekun memungut seperti Rut sehingga akhirnya dia bertemu dengan Boas.
Yohanes 4:22,9
4:22
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal,
sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
4:9 Maka
kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi,
minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul
dengan orang Samaria.)
Yesus adalah orang
Yahudi, Dialah Boas kita. Rut orang kafir, bertemu dengan Boas orang Yahudi.
Kita ini orang kafir, bangsa yang miskin, akhirnya bertemu dengan Yesus orang
Yahudi. Kalau kita memperhatikan diri kita masing-masing, bagaimana sebenarnya harga
kita, tetapi Tuhan sangat mendambakan kita.
Kita harus ada di sentral
aktivitas Sorga. Jangan kita kelihatan melayani tetapi ada di luar rencana
Allah. Sebagai bangsa kafir kita harus menyadari bahwa kita ini hanya kemurahan
Tuhan, sebab itu layanilah Tuhan dengan tulus dan ikhlas. Persembahkanlah
segala sesuatu dengan tulus dan ikhlas, baik persoalan tenaga, waktu dan harta.
Katalahkan Tuhan Yesus
belahan jiwamu. Tidak akan berat kalau saudara melayani pekerjaan Kekasih
saudara. Saudara akan mempersembahkan semuanya dengan utuh, tulus dan ikhlas
karena Tuhan Yesus sudah berkorban semuanya untuk saudara.
Imamat 19:10
19:10
Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah
yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu
harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN,
Allahmu.
Ada dua hal yang Tuhan
tekankan di sini:
1)
Jangan
petik dua kali artinya jangan kasihmu bercabang. Sekali petik berarti kasihku
hanya satu. Buah anggur itu adalah buah kasih Mempelai, jangan bercabang. Kalau
saudara sudah menerima Kabar Mempelai ini tidak usah lagi melirik yang lain.
2)
Karena
kita ini bangsa kafir maka kita hanya mendapatkan petikan yang kedua dan
mendapatkan yang jatuh. Artinya kita hanya mendapatkan kemurahan Tuhan secara
double porsi.
Kalau
kita tahu kita hadir di sini, kita mendengar Kabar yang besar ini dan
digembalakan oleh Tuhan itu hanya karena kemurahan Tuhan maka mari kita
mengagungkan dan memuliakan Dia serta kita agungkan ajaran Tuhan. Persoalan
tulus dikaitkan dengan memuliakan ajaran Tuhan.
Titus 2:1-3,10
2:1
Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat:
2:2
Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam
iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.
2:3
Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai
orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi
cakap mengajarkan hal-hal yang baik
2:10
jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian
mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.
Mari kita muliakan ajaran
Tuhan dengan praktek hidup kita. Kita ini orang miskin, kita ini orang kafir,
kita hanya mendapatkan kemurahan Tuhan. Yang kita petik hanya satu, berarti
kasih kita tidak boleh bercabang.
Kalau kita menangisi
Firman Tuhan di kaki Tuhan maka tidak usah banyak kata yang kita dengar, dengan
satu kata saja itu sudah menjadi kunci dari Tuhan untuk membuka bagian-bagian lain
dari rahasia Firman Tuhan. Karena Tuhan cinta sidang jemaat yang adalah
mempelai wanitanya Kristus maka Dia membukakan rahasia Firman. Saya hanya
sebagai suami bayangan yang akan membawa saudara pada suami yang sesungguhnya.
Itulah maksud dari perkataan “mempertunangkan” dalam II Korintus 11:2.
Tidak menyabit yang di
pinggir berarti menyabit yang di tengah artinya tenggelam dalam pusat rencana
Allah dan harus tulus ikhlas untuk melayani orang lain. Layani Tuhan dengan
Tuhan baik dengan harta, tenaga dan harta kita. Melayani orang sama dengan
melayani Tuhan, melayani Tuhan juga melayani sesama. Tuhan Yesus mengatakan
“sebagaimana kamu lakukan kepada orang yang kecil ini, sama dengan kamu lakukan
untuk Aku”.
Kalau kita melayani
belahan jiwa kita, tidak ada kamus untuk bermalas-malasan. Kita akan melepaskan
semuanya karena kita mau datang beribadah dan melayani, mencurahkan isi hati
kita kepadaNya dan kita mau mendengar curahan isi hatiNya sebagai belahan jiwa
kita.
Semoga kita yang hadir di
sini benar-benar terketuk hati kita untuk menghadap Tuhan, sebelum Tuhan ada
kita sudah ada. Artinya sebelum Tuhan hadir dalam pelayanan, kita
sudah hadir di sana untuk menanti.
Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar