Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Keluaran
27:3
27:3 Juga harus
engkau membuat 1kuali-kualinya tempat menaruh abunya,
dan 2sodok-sodoknya dan 3bokor-bokor
penyiramannya, 4garpu-garpunya dan 5perbaraan-perbaraannya;
semua perkakasnya itu harus kaubuat dari tembaga.
Alat yang
ketiga pada mezbah korban bakaran adalah bokor penyiraman. Fungsinya untuk
menampung darah hewan kurban untuk disiramkan ke sekeliling mezbah, juga
dipercikan kepada alat-alat tabernakel dan kepada umat Tuhan serta untuk
pelayanan pendamaian. Jadi bokor ini merupakan sarana pembawa darah atau
penyalur darah hewan kurban. Dulu secara jasmani, sekarang untuk kita secara
rohani. Arti rohaninya kita harus menjadi penyalur darah Yesus, darah
pendamaian antara manusia dengan Allah.
II
Korintus 5:18-21
5:18 Dan
semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita
dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada
kami.
5:19 Sebab Allah
mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan
pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
5:20 Jadi kami
ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan
perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu
didamaikan dengan Allah.
5:21 Dia yang
tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia
kita dibenarkan oleh Allah.
Menjadi
penyalur darah Yesus = dipakai dalam pelayanan pendamaian. Manusia berdosa itu
sebenarnya bermusuhan dengan Allah. Tetapi oleh darah Yesus kita diperdamaikan
dengan Allah. Sesudah diperdamaikan, Tuhan percayakan lagi pelayanan pendamaian
kepada kita. Berarti berdamai itu sudah harus menjadi pengalaman hidup kita. Bagaimana
mau menjadi penyalur darah Yesus, darah pendamaian sementara kita sendiri tidak
merasakan kuasa darah pendamaian itu, tidak mengalami pendamaian. Berdamai
artinya saling mengaku dan saling mengampuni oleh dorongan Firman. Tidak mau
mengaku dosa = batu keras, hati yang keras. Kemudian kalau terus berbuat dosa =
menimbun batu menjadi bukit batu. Jadi bagaimana bisa dipakai kalau kita
sendiri tidak pernah berdamai dan tidak mau mengaku dosa kita malah menambah
berbuat dosa. Itu menimbun batu menjadi bukit batu. Seringkali menimbun batu
atau menimbun dosa itu lewat berdusta. Sudah ketahuan malah berkata “oh tidak
saya tidak berbuat” maka bertimbun dosanya. Seperti Yudas “bukan aku yang
Rabi”. Seperti Petrus “sekalipun mereka menyangkal Engkau, aku rela mati bagi
Engkau” padahal dia yang menyangkal.
Seringkali
menyembunyikan dosa itu lewat dusta.
Yeremia
9:6
9:6 Penindasan
ditimbuni penindasan, tipu ditimbuni tipu! Mereka enggan mengenal TUHAN.
Dusta
ini membuat dosa itu semakin bertimbun menjadi bukit batu. Kalau dosa sudah
bertimbun menjadi bukit batu akibatnya:
Yeremia
9:5
9:5 Yang seorang
menipu yang lain, dan tidak seorang pun berkata benar; mereka sudah membiasakan
lidahnya untuk berkata dusta; mereka melakukan kesalahan dan malas untuk
bertobat.
Begitu
juga soal mengampuni, tidak mau mengampuni itu sama dengan batu keras. Berulang-ulang
tidak mau mengampuni itu menimbun batu sampai menjadi bukit batu. Contohnya
waktu Yesus menghadapi orang banyak yang menangkap basah perempuan berzinah,
mereka mau melemparinya dengan batu.
Yohanes
8:3-5,10-11
8:3 Maka
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan
yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah
8:4 lalu berkata
kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang
berbuat zinah.
8:5 Musa dalam
hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang
demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:10 Lalu Yesus
bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka?
Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya:
"Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum
engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Tidak
mengampuni berarti tidak mengasihi sesama. Seperti orang banyak ini mau merajam
dengan batu, tidak punya kasih kepada sesama. Tidak mengasihi sesama itu = pendusta. Tidak mengaku dosa itu pendusta,
hukumannya sama, kebinasaan!.
I
Yohanes 4:20
4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi
Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena
barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi
Allah, yang tidak dilihatnya.
Dia
sama dengan pendusta, dia timbun dengan dusta, akhirnya malas untuk bertobat.
Dosanya orang dia tanggung. Tuhan tolong kita jangan terjadi. Betapa ngerinya
akibat dari dosa itu, jangan teledor berkata-kata!
Berbuat
dosa, tidak mau mengampuni dosa = menindas diri sendiri dan menindas orang
lain. Makanya dalam Yeremia 9:6 dikatakan penindasan ditimbuni dengan
penindasan. Orang berdosa itu sebenarnya menderita, tertindas. Berbuat dosa itu
bukan enak, sebenarnya tertindas. Tidur dengan isteri tetapi perasaan batinnya tertindas, padahal dia sudah tipu
isterinya sebab ada
selingkuhannya. Tidur dengan suami disampingnya sementara ada dosa dia lakukan,
sebenarnya itu beban bagi dirinya. Kalau orang datang mengaku dosa karena
dorongan Firman lalu kita tidak mengampuni orang itu, berarti kita menindas
orang itu. Itulah dosa ditimbuni dosa menjadi bukit batu.
Ingat,
Tuhan itu mengingat orang yang tertindas. Tuhan tidak melupakan teriakannya.
Mazmur
9:13
9:13 sebab Dia,
yang membalas penumpahan darah, ingat kepada orang yang tertindas; teriak
mereka tidaklah dilupakan-Nya.
Ingat
bangsa Israel, mereka tertindas di Mesir, kemudian mereka berteriak kepada
Tuhan maka Tuhan lepaskan mereka dari Mesir. Sekarang kita ini orang berdosa,
tertindas oleh dosa, kita berteriak kepada Tuhan, mohon kemurahan Tuhan maka
Tuhan melepaskan kita dari dosa. Sebab itu ampuni orang yang salah kepada kita,
dia berteriak minta pengampunan kita ampuni, kalau tidak nanti orang itu
berhadapan dengan Tuhan.
Sesi 3
ini kita mau menghancurkan bukit batu. Dosa apa yang kita lakukan, dosa siapa
yang tidak kita ampuni, biar kita hancurkan semuanya. Untuk menghancurkan bukit
batu perlu palu.
Yeremia
23:29
23:29 Bukankah
firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang
menghancurkan bukit batu?
Palu
itu Firman yang keras. Sejak sesi 1 tadi kita mendengar Firman yang keras
supaya dihancurkan bukit batunya. Yang tidak mau mengaku dosa biarlah kena palu
Firman sehingga kekerasan hatinya hancur, bisa mengaku dosa kepada Tuhan dan
sesama. Yang menyimpan dosa sesama, ayo terima palu Firman, kekerasan hati
dihancurkan, lepaskan pengampunan kepada sesama, jangan timbun bukit batu. Apalagi
hamba Tuhan mau membenci hamba Tuhan yang lain, jangan! Sesama pelayan Tuhan
saling membenci, janganlah! Sesama dalam nikah saling membenci, jangan! Biar
dihancurkan bukit batu itu.
Namanya
menghancurkan bukit batu bukan sekali pukul tetapi berkali-kali. Firman datang
dengan keras berkali-kali sampai hancur. 1 kali belum hancur, 2 kali tambah
keras, 3 kali semakin keras sampai hancur bukit batunya. Puji nama Tuhan, dosa
dihancurkan, tidak ada lagi beban, tidak ada lagi yang mengganjal di hati.
Kalau
membaca Markus pasal 4, perjalanan hidup kita bagaikan naik perahu bertolak ke
seberang. Berbuat dosa dan tidak mengampuni dosa itu bagaikan ambil batu taruh
dalam perahu. Kemudian ulangi dosa, tambah batunya masukan dalam perahu.
Berulang kali tidak mengampuni dosa orang lain, memasukan batu ke dalam perahu.
Lama-lama batunya jadi bukit. Perahunya bagaimana, sampai ke seberang? Tidak! Perahunya
pasti tenggelam! Perahu menunjuk pribadi kita, perahu menunjuk nikah kita, perahu
juga menunjukan pelayanan kita. Kalau seperti itu maka pelan dan pasti akan
merosot, akan tenggelam sampai ke lautan api dan belerang.
Kalau
kita diizinkan Tuhan mengalami suatu kemerosotan, dalam pekerjaan merosot,
dalam pelayanan merosot, hubungan dalam rumah tangga sedang tidak baik,
merosot, hubungan pribadi dengan Tuhan merosot, ibadahnya merosot, penyembahan
mulai merosot, bukan salahkan siapa-siapa tetapi periksa diri. Jangan-jangan
ada dosa yang belum diakui atau dosa sesama yang belum diampuni. Tuhan sudah
berikan sarana untuk menyelesaikan dosa, untuk berdamai, itulah palu Firman
pengajaran dan darah Yesus, Korban Kristus. Mezbah korban bakaran itu salib
Kristus, manfaatkan untuk berdamai, selesaikan dosa, hukum dosa itu.
Mezbah
korban bakaran disebut juga mezbah tembaga. Tembaga itu artinya penghukuman. Ayo
hukum dosa kita. Dulu Yesus sudah rela mati dihukum karena dosa kita. Sekarang
kita mau menghukum dosa kita, akui kepada Tuhan, akui kepada sesama, ampuni
dosa sesama, lupakan dosa sesama. Hati sudah damai, hidup suci, bisa melihat
Tuhan, bisa melayani Tuhan, bisa menjadi imam dan raja, hamba Tuhan pelayan
Tuhan yang dipakai dalam pelayanan pembangunan Tubuh Kristus yang sempurna.
Di mana
posisi imam dan pelayan Tuhan?
Imamat
21:12
21:12 Janganlah
ia keluar dari tempat kudus, supaya jangan dilanggarnya kekudusan tempat kudus
Allahnya, karena minyak urapan Allahnya, yang menandakan bahwa ia telah
dikhususkan, ada di atas kepalanya; Akulah TUHAN.
Posisi
imam adalah di tempat kudus. Itulah ruangan suci, sekarang menunjukan kandang
penggembalaan. Kadang penggembalaan secara jasmani berbeda-beda, ada organisasi
A, B, C. Secara rohani kandang penggembalaan kita hanya 1 yaitu di ruangan suci
dengan 3 macam alat yang menunjuk ketekunan dalam 3 macam ibadah pokok.
1. Meja
roti sajian itu ibadah pendalaman Alkitab dan Perjamuan suci.
2. Pelita
emas itu ibadah raya.
3. Mezbah
dupa emas itu ibadah doa penyembahan.
Pada 3
alat itu ada apinya yang berasal dari mezbah korban bakaran. Untuk membakar
kemenyan di atas roti sajian, untuk menyalakan pelita emas, untuk membakar dupa
di atas mezbah dupa emas, apinya itu dari mezbah korban bakaran. Sesudah
berdamai harus tergembala, dipakai dalam pelayanan pembangunan Tubuh Kristus,
kita harus tergembala supaya api Tuhan tetap ada pada kita, api Tuhan tidak
padam, artinya:
1. Tetap
semangat berkobar-kobar melayani Tuhan. Keselamatan itu dikerjakan
masing-masing. Jangan karena dosa orang lain kita yang loyo, sudah tidak
semangat berkobar-kobar melayani Tuhan lagi, rugi! Kita boleh menasihati dan
mendoakan, tetapi masing-masing menyelesaikan dosanya, masing-masing menghakimi
diri sendiri, tidak ada diwakilkan. Jangan karena dosa orang lain menjadi loyo,
tidak melayani Tuhan. Karena dosa suami, tidak mau mengampuni suami jadi malas
melayani. Lihat isteri tidak mengakui dosanya, tidak menyelesaikan dosa jadi
malas melayani. Karena dosa anak, orang tua sudah loyo tidak melayani, itu
rugi! Jangan kita seperti itu. Biarlah kita kerjakan keselamatan kita
masing-masing. Jaga api Tuhan jangan padam.
Imamat
6:12-13
6:12
Api yang di atas mezbah itu harus dijaga supaya terus menyala, jangan dibiarkan
padam. Tiap-tiap pagi imam harus menaruh kayu di atas mezbah, mengatur korban
bakaran di atasnya dan membakar segala lemak korban keselamatan di sana.
6:13
Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan
padam."
Itu
api dari sorga yang membakar hewan korban. Semua kita banyak persoalan, banyak
pergumulan dihadapi. Tetapi jangan sampai karena dosa sesama kita jadi loyo dan
tidak semangat lagi untuk melayani Tuhan. Orang tua sudah mendidik anak, sudah mengingatkan
dan menasihati anak, sudah keras kepada anak, tetapi tetap anak itu tidak mau
lepas dari dosa, orang tua jangan loyo dalam melayani Tuhan. Tetap jaga api
jangan padam. Anak sudah berdoa supaya orang tua bertobat tetapi orang tua
belum bertobat, anak jangan loyo melayani Tuhan. Isteri sudah berdoa,
mengingatkan dan menegur suami atau sebaliknya, tetapi tidak bertobat juga,
jangan loyo, tetapi melayani Tuhan, jangan padam apinya, api kasih Tuhan jangan
dibiarkan padam.
2. Api itu
menghasilkan terang. Kalau ada terang maka yang gelap sirna. Jadi yang kedua
tetap suci dalam melayani Tuhan. Jangan mengulang dosa!
3. Api menghasilkan
energi, artinya tetap kuat melayani Tuhan. Usia mungkin bertambah, kesehatan
semakin merosot, tetapi kekuatan dan keteguhan dalam melayani Tuhan tidak
kendor. Tetap kuat teguh hati dalam melayani Tuhan.
I
Korintus 15:58
15:58
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan
giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan
dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Kaum
muda, lihat orang tua yang secara fisik terbatas tetapi tetap semangat melayani
Tuhan dalam kesucian. Yang muda harus lebih dari mereka yang sudah tua. Harus
semangat, api jangan dibiarkan padam.
Ketika kesucian mulai kendor, semangat mulai kendor,
mulai tidak teguh, mulai goyah dalam melayani Tuhan, ini akibatnya:
Imamat 10:1-2
10:1
Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil
perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu.
Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang
tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.
10:2
Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga
mati di hadapan TUHAN.
Akibatnya pasti membawa api asing dalam melayani
Tuhan, sehingga mengakibatkan mati rohaninya. Api asing itu mulai terbakar
dengan api dunia, mulai terbakar oleh api hawa nafsu daging. Seringkali praktek
terbakar oleh api hawa nafsu daging adalah dia mulai mendengar suara orang yang
tidak bertobat dari pada suara gembalanya. Suara Firman sudah hilang dari telinga,
pikiran dan hatinya. Atau orang tua lebih dengar suara anaknya yang tidak
bertobat dari pada suara Firman penggembalaan. Apalagi kalau dia mulai putar
kata, ternyata gembala begini begitu, karena sudah loyo melihat anaknya berulah,
dengar suara anaknya, tambah loyo lagi. Ini sudah kena api asing! Sekali lagi
keselamatan itu dikerjakan masing-masing, jangan karena dosa orang lain kita
tidak selamat, rugi kita! Kecuali kalau kita diamkan. Kita sudah berupaya
menasihati dan menegur, kita sudah berdoa dan berpuasa, urusannya Tuhan. Kita
sudah lakukan apa yang harus kita lakukan, selebihnya biar Tuhan yang kerjakan.
Jangan ngotot “saya sudah puasa ini tahan tidak
makan, tidak minum, kepanasan, pokoknya hari ini juga jamah kakak saya, jamah
adik saya, kalau tidak sudah tidak mau ke gereja!”. Jangan seperti itu! Sekali
lagi api kasih Tuhan itu jangan dibiarkan padam. Harus tetap menyala.
Saya melihat bagaimana keteguhan orang tua kami
dalam pelayanan. Kami anak-anaknya banyak berulah. Kalau orang tua kami melihat
anak-anaknya pasti sudah berhenti melayani, tetapi papa mama tetap melayani
dengan setia. Bukan berarti mereka tidak peduli dengan kami. Kami dididik
dengan keras, tetap diingatkan, ditegur, kalau perlu dihajar, selebihnya urusan
Tuhan. Syukur kalau saya bisa dijamah dan ditolong oleh Tuhan.
Pertahankan api Tuhan jangan padam, tetap menyala
sampai Tuhan Yesus datang kembali, kita menjadi terang dunia. Sekujur tubuh
kita ada api, di kepala ada terang bintang, di badan ada matahari, di kaki ada
bulan. Kita tampil menjadi Mempelai Wanita Tuhan yang sempurna. Kita kembai ke
rumah masing-masing bawa api Tuhan, jangan padam api Tuhan. Api Tuhan tidak
boleh padam, terus menyala-nyala.
Wahyu 12:1
12:1
Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari,
dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas
kepalanya.
Kita tampil sebagai terang dunia yang menyala-nyala,
kita bisa melayani Tuhan sampai selaman-lamanya. Mempelai wanita Tuhan tampil
bagaikan permata yaspis, permata yaspis artinya kerinduan yang menyala-menyala,
melayani Tuhan sampai garis akhir. Api Tuhan tidak boleh padam, roh kita
menyala-nyala, tidak kendor sampai garis akhir.
GPT “Kristus Penebus” Jl. Langgadopi No.4 Tentena Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso,
94663 HP: 081334496911 Email: imamat_raja@yahoo.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar