Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Keluaran
30:20-21
30:20
Apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan, haruslah mereka membasuh tangan
dan kaki dengan air, supaya mereka jangan mati. Demikian juga apabila mereka
datang ke mezbah itu untuk menyelenggarakan kebaktian dan untuk membakar korban
api-apian bagi TUHAN,
30:21
haruslah mereka membasuh tangan dan kaki mereka, supaya mereka jangan mati.
Itulah yang harus menjadi ketetapan bagi mereka untuk selama-lamanya, bagi dia
dan bagi keturunannya turun-temurun."
Untuk
melayani di dalam kemah pertemuan, Imam besar Harun dan imam-imam harus
membasuh tangan dan kaki di bejana pembasuhan. Bejana pembasuhan pengertian
rohaninya adalah baptisan air yang benar. Jadi sebelum memangku jabatan
pelayanan dan karunia Roh Kudus kita harus masuk dalam baptisan air yang benar,
menghasilkan hidup yang baru, hidup dalam urapan Roh Kudus. Waktu Yesus
dibaptis, setelah keluar dari air, turun Roh Kudus serupa burung merpati di
atasNya.
Lukas
3:21-23
3:21 Ketika
seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan
sedang berdoa, terbukalah langit
3:22 dan
turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah
suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku
berkenan."
3:23 Ketika
Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut
anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli,
Jadi
Yesus dibaptis dulu baru Dia memulai pelayananNya. Sesudah dibaptis Roh Kudus
turun atasNya. Yesus lahir dari Roh Kudus tetapi masih harus dipenuhkan oleh
Roh Kudus, memberi teladan bagi kita. Kita yang lahir dari daging sangat mutlak
dipenuhkan oleh Roh Kudus. Dipenuhkan Roh Kudus = hidup seperti merpati.
1. Punya
hati merpati, hati damai, hati tulus ikhlas.
2. Punya
sayap merpati, berarti mau disucikan, taat dan jujur.
3. Punya
suara merpati, ada suara penyembahan, suara mempelai.
4. Punya
mata atau pandangan merpati
Pandangan
merpati itu jauh ke depan dan satu arah. Ini yang disebut pandangan rohani.
Kehidupan yang dikuasai Roh Kudus dia punya pandangan rohani.
Ibrani
12:1-2
12:1 Karena kita
mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita
menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba
dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
12:2 Marilah
kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita
dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi
Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Prakteknya
pandangan kita hanya tertuju kepada Yesus Imam Besar yang duduk di sebelah
kanan takhta Allah Bapa. Jadi pandangan kita hanya tertuju pada takhta Sorga.
Pengertian
memandang Yesus Imam Besar yang di sebelah kanan Allah Bapa:
1. Meneladani
Yesus Imam Besar yang suci dan sempurna.
Ibrani
7:26
7:26
Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa
salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari
pada tingkat-tingkat sorga,
Berarti
hidup kita juga mau disucikan. Bagaimana caranya untuk bisa suci dan sempurna?
Yesus tampil sebagai Imam Besar, di mulutNya ada pedang tajam bermata 2.
Wahyu
1:16
1:16
Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar
sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan
matahari yang terik.
Mau
suci dan sempurna, pandang mulut Yesus yang ada pedang tajam bermata 2. Artinya
perhatikan Firman pengajaran yang benar, Firman yang lebih tajam dari pedang
bermata 2, sehingga kita terus disucikan dan dibaharui dari hari ke hari sampai
sempurna. Firman menyucikan sampai ke dalam hati dan pikiran yang adalah
gudangnya dosa. Kalau ini sudah disucikan maka seluruh hidup pasti bisa
disucikan. Hati dan pikiran itu satu, itu yang mengontrol hidup kita. Kalau
hati dan pikiran suci maka kita bisa mengontrol perkataan sesuai Firman, kita
bisa mengontrol perbuatan kita yang menjadi berkat bagi sesama, yang memuliakan
Tuhan, tidak menjadi sandungan, tidak merugikan sesama. Sampai kita tidak salah
lagi dalam perkataan, bisa sempurna seperti Yesus sempurna.
2. Ibrani
2:17
2:17
Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya,
supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada
Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
Meneladani
Yesus Imam Besar yang berbelas kasihan dan yang setia kepada Allah. Ini sama
dengan kita memandang hatinya Yesus, belajar menjadi kehidupan yang berbelas
kasihan dan yang setia kepada Tuhan.
Mulai
dari berbelas kasihan. Bukti belas kasihan Yesus, Dia tidak langsung menghukum
manusia berdosa, tetapi memberi kesempatan untuk manusia berdosa itu berdamai
dengan Tuhan dan dengan sesama. Dan Yesus berikan nyawaNya, darahNya sebagai
sarana pendamaian. Ini yang harus kita teladani, memandang orang berdosa dengan
belas kasihan. Bukan kita hakimi, usir, pecat. Bukan menyetujui dosanya, tetapi
minimal kita doakan dia, siapa tahu bisa berubah. Ajak datang kepada Tuhan
untuk beribadah mendengar Firman, supaya dia bisa sadar akan dosanya dan dia
dibenarkan oleh darah Yesus. Tanda manusia baru salah satunya berbelas kasihan.
Kolose
3:12
3:12
Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya,
kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan
dan kesabaran.
Seringkali
pada diri kita sendiri saja kita tidak berbelas kasihan, bagaimana mau berbelas
kasihan pada orang lain. Buktinya dia simpan dosanya, dia tidak selesaikan
dosanya. Dosa itu yang membawa pada maut kebinasaan, tetapi tidak diselesaikan.
Begitu lihat salah orang lain langsung dituding, dicerita sana sini,
dijelek-jelekan, dihakimi, dijatuhkan hukuman. Kita berbelas kasihan pada diri
kita sendiri dulu, selesaikan dosa, kita hidup dalam kebenaran dan berbelas
kasihan pada sesama. Kalau ada sesama yang jatuh dalam dosa, hidup dalam dosa
didoakan, dinasihati, ditegur. Kalau dia mau terima puji Tuhan. Bawa datang beribadah
supaya dia dengar Firman, kalau dia terima maka dia ditolong oleh Tuhan.
Kemudian
teladani Yesus yang setia. Yesus setia sampai mati di kayu salib. Kitapun
begitu, setia berkobar-kobar beribadah melayani Tuhan sampai garis akhir. Garis
akhir manusia ada 2:
a) Meninggal
dunia.
b) Hidup
sampai Yesus datang.
Kisah Para Rasul 20:24
20:24 Tetapi aku tidak menghiraukan
nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan
pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian
tentang Injil kasih karunia Allah.
Setia melayani sampai garis
akhir, tidak menuntut hak. Nyawa adalah hak asasi manusia yang tertinggi. Paulus
tidak menuntut hak, apalagi hanya omongan orang. Terserah orang mau ngomong
apa. Periksa diri, kalau apa yang dikatakan orang itu benar, minta ampun. Kalau
yang dikatakan orang itu tidak benar yah terus saja melayani Tuhan sampai garis
akhir hidup kita. Selesaikan pertandingan iman sampai dapat mahkota.
Ibrani 12:1
12:1 Karena kita mempunyai banyak saksi,
bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan
dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan
yang diwajibkan bagi kita.
Kita wajib masuk dalam
pertandingan rohani. Kita terus melayani sampai garis akhir.
II Timotius 4:7-8
4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan
yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
4:8 Sekarang telah tersedia bagiku
mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil,
pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang
yang merindukan kedatangan-Nya.
Kita telah melihat
pendahulu-pendahulu kita yang telah mendahului kita, terutama pemimpin-pemimpin
rohani kita. Teladani iman mereka, bagaimana menyelesaikan pertandingan iman
sampai garis akhir, tidak mundur dari pelayanan. Malah di akhir-akhir hidup,
pelayanan semakin meningkat. Begitu juga kita, setia sampai garis akhir.
Terserah Tuhan mau garis akhir meninggal dunia itu urusannya Tuhan. Kita hanya
berdoa minta kepada Tuhan kalau boleh hidup sampai Yesus datang. Tetapi kalaupun harus dipanggil Tuhan,
meninggal di dalam Tuhan itu indah. Yang penting menyelesaikan pertandingan
iman sampai garis akhir, setia berkobar melayani Tuhan sampai garis akhir.
3. Ibrani
12:3-4
12:3
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu
terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi
lemah dan putus asa.
12:4
Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.
Meneladani
Yesus Imam Besar yang tabah, tekun menanggung sengsara daging tanpa dosa =
memandang tangan Yesus Imam Besar yang membawa darah dan dupa. Setahun sekali
Imam Besar masuk ruangan maha suci membawa darah dan dupa untuk mengadakan pendamaian
secara tuntas bagi dosanya, dosa keluarganya dan bagi dosa seluruh umat. Sesudah
itu terjadi Shekina Glory, sinar kemuliaan. Darah itu dipercikan 7 kali di atas
tutup pendamaian dan 7 kali di depan Tabut Perjanjian. Sekarang Imam Besar kita
Yesus, Dia membawa darah untuk dipercikan dan Yesus juga membawa dupa.
Praktek
memandang tangan Yesus yang membawa darah dan dupa.
a) Rela
sengsara daging tanpa dosa karena Yesus dan tekun menghadapinya. Jangan
cepat-cepat keluar, nikmati. Kalau belum ditolong oleh Tuhan, nikmati dan
tekun. Mungkin masuk dalam pengalaman kematian dan kesusahan, tekuni, jangan
cepat-cepat keluar.
Kata rela ini yang kadangkala belum bisa. Sudah
mengalami sengsara daging tanpa dosa, tetapi kadang belum rela. Masih ada
sungut-sungutnya, masih ada omelannya. Tuhan mau sampai kita rela.
Ibrani 9:7,12
9:7
tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali
setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan
karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak
sadar.
9:12
dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus
bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan
membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang
kekal.
Apa sengsara yang kita alami untuk beribadah. Mungkin
untuk beribadah harus menempuh jarak yang jauh, harus tergembala secara virtual
karena keadaan dan lain sebagainya. Kami hamba Tuhan dalam pelayanan ditekan
dari berbagai sisi. Pertanyaannya rela atau tidak, atau masih ada suara daging.
Harus rela sengsara daging. Saya masih belajar juga sampai bisa rela
menerimanya.
b) Tekun
menyembah. Untuk bisa rela menghadapi sengsara daging kita harus tekun
menyembah. Maka terjadi Shekina Glori dalam wujud Roh Kudus mengurapi, memenuhi
sampai meluap-luap di dalam kita. Roh Allah dicurahkan dengan limpahnya kepada
kita.
I Petrus 4:14
4:14
Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan,
yaitu Roh Allah ada padamu.
Kegunaan Roh kemuliaan, Roh Kudus:
1) Memberikan
kebahagiaan Sorga di tengah penderitaan. Kalau ada Roh Kudus kita bahagia.
Orang lain melihat kita ‘kasihan setengah mati hidupnya’ tetapi kita yang
mengalami pengalaman itu berbahagia.
2) Memberi
kemuliaan = mengubahkan dari manusia daging menjadi manusia rohani. Apa tanda
manusia rohani?
II
Korintus 4:16-17
4:16
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin
merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
4:17
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan
kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan
kami.
Tanda
manusia rohani tidak kecewa, tidak putus asa saat menghadapi penderitaan. Tetapi
hanya percaya dan mempercayakan hidup sepenuh kepada Tuhan, biar kehendak Tuhan
saja yang jadi. Keubahan hidup itu suatu mujizat rohani, kita bisa kuat teguh
hati itu mujizat rohani. Maka mujizat jasmani juga pasti terjadi.
Kemustahilan-kemustahilan apa yang kita hadapi, Tuhan mampu menghapus semuanya.
Tadinya gampang panas, gampang emosi, temperamen, Tuhan izinkan itu dalam 1 proses
pengalaman
sengsara sampai mengalami keubahan hidup. Kuat teguh hati dan mujizat jasmani
juga pasti terjadi, Tuhan mampu menghapus segala kemustahilan.
Jadi
saat menghadapi pengalaman salib jangan lupa bawa dupa, naikan doa penyembahan.
Bagaikan kita mengulurkan tangan kepada Tuhan dan Tuhan mengulurkan tangan
kepada kita. Mujizat rohani terjadi, mujizat jasmani juga pasti terjadi.
Tuhan Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar