Salam
sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Yohanes 1:13-14
1:13 orang-orang
yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani
oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
1:14 Firman itu
telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Yohanes 1:14 (Terjemahan Lama)
1:14 Maka Firman
itu telah menjadi manusia serta tinggal di antara kita (dan kami sudah
memandang kemuliaan-Nya, seperti kemuliaan Anak yang tunggal yang daripada
Bapa), penuh dengan anugerah dan kebenaran.
Anugerah
sama dengan kasih karunia. Arti dari kata kasih karunia adalah kasih Allah di
dalam aksi untuk menolong dan menyelamatkan manusia dari ancaman dosa. Biarpun
ada kasih tetapi tanpa aksi itu tidak ada arti apa-apa. Kita bisa mengatakan
“saya mengasihi si A” tetapi tanpa aksi tidak ada manfaatnya apa-apa. Kasih itu
harus diwujudkan dalam bentuk aksi. Aksi Allah di sini adalah lewat ayat 14 di
mana Firman Tuhan telah menjadi manusia dan diam di antara kita.
Kalau
kita mengaku sudah dilahirkan kembali bukan melalui proses daging atau kemauan
laki-laki, maka harus ada aksi. Harus ada sikap-sikap kita menanggapi atau
memberi imbalan. Bukan berarti kita mampu untuk membalas tetapi imbalan itu
paling tidak harus ada dalam kehidupan kita. Oleh sebab
itu harus ada aksi sebagaimana Tuhan juga telah beraksi menolong kita manusia.
Bukan cuma menolong tetapi dikatakan menyelamatkan manusia dari ancaman dosa.
I Yohanes 3:16
3:16 Demikianlah
kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk
kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
Ini
aksi yang harus ada pada diri kita untuk mengimbangi kasih Tuhan yang telah
menyelamatkan saya dan saudara. Memang ayat ini berbicara menyerahkan nyawa,
tetapi prakteknya adalah dalam aksi kita menolong orang lain, artinya kita tidak mementingkan diri
sendiri. Itulah yang dikatakan juga oleh rasul Paulus.
Roma 15:2
15:2 Setiap
orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya
untuk membangunnya.
Jangan
dulu bicara yang di luar sana, tetapi mulai dari antara kita. Apakah saya
berpikir untuk mencari kesenangan untuk orang di luar sana sementara isteri
saya menderita karena ulah saya. Apakah bapak ibu berpikir untuk mengasihi
orang lain sementara suami menderita karena ulah isteri. Kalau seperti itu
berarti orang itu belum memahami kasih karunia, belum memahami anugerah Tuhan,
belum memahami kasih Allah dalam aksi.
Dengan
kata lain suami tidak bisa menuntut kepada isteri dan isteri juga tidak bisa
menuntut kepada suami. Masing-masing harus mempraktekkan Firman. Kalau menuntut
berarti “saya akan berbuat kalau dia sudah lebih duluan berbuat”. Kalau saling
menuntut itu sama seperti jual beli. Ini yang Tuhan tidak suka yaitu persoalan
jual beli. Kadang kala kita tidak sadar hanya menuntut dan diri sendiri tidak
melakukan tugasnya.
Suami
ada tuntutannya, isteripun ada tuntutannya, demikian juga anak-anak ada
tuntutannya. Buktikan bahwa anugerah yang saudara terima ada aksinya, saudara
beraksi. Bukan beraksi dengan tampil berdandan, tetapi kasih dalam aksi untuk
menolong dan menyelamatkan manusia dari ancaman dosa. Itu adalah kasih Allah
yang beraksi.
Tadi
dikatakan setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama. Sesama
yang paling dekat dari suami adalah isteri, sesama yang paling dekat dari
isteri adalah suami.
I Petrus 3:1
3:1 Demikian
juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di
antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan
dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
Ini
bukan tuntutan suami terhadap isteri, tetapi tuntutan dari Tuhan yang telah
memberikan kita anugerah yaitu kasihNya dengan aksi. Ini terlebih lagi
ditujukan kepada isteri yang belum menyatu dengan suami. Harus lebih dahulu
melayani suami dengan kasih, berikan service yang menyenangkan suami supaya dia
bertobat. Ketika dia tidur anda harus berlutut berdoa dan tumpangkan tangan.
I Petrus 3:2-3
3:2 jika mereka
melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
3:3 Perhiasanmu
janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai
perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
Ini
adalah contoh hiasan-hiasan yang memang sering dipakai. Tetapi kadang yang dipakai
oleh kaum hawa adalah hiasan
yang tidak kelihatan. Pada anting-antingnya ditaruh jin-jin sebagai pengikat
supaya suaminya tidak berselingkuh. Atau roh jahatnya ditaruh di cincin. Di
akhir zaman ini banyak hal seperti itu. Ini disampaikan bukan supaya saudara
mencari hal-hal yang seperti itu! Ini diingatkan supaya jangan saudara lakukan.
Saudara jangan memakai ilmu pemikat!
I Petrus 3:4
3:4 tetapi
perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak
binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat
berharga di mata Allah.
Kalau
memakai perhiasan ilmu pemikat itu hiasan yang dapat binasa dan membinasakan
orang yang memakainya. Jangan juga memakai perhiasan jasmani yang berlebihan,
jangan seperti toko emas yang berjalan. Yang harus
ada adalah perhiasan batinia, itu adalah kekuatan isteri untuk memikat suami.
I Petrus 3:4 (Terjemahan Lama)
3:4 melainkan
sifat yang baik pada hatinya, itulah perhiasan yang tiada akan binasa, yaitu
perangai yang lemah lembut dan pendiam, yang besar harganya di hadirat Allah.
Lemah
lembut artinya bisa melepaskan pengampunan dan pendiam.
I Petrus 3:5
3:5 Sebab
demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu
perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk
kepada suaminya,
Apakah
Sara, Ribka dan Rahel memakai emas? Mereka memakai perhiasan emas. Ketika
Eliezer berjumpa dengan Ribka di tepi sumur dia langsung memberikan perhiasan
emas. Tetapi yang Tuhan inginkan kepada kita, bukan persoalan ini yang harus
kita tonjolkan.
Perempuan
yang menaruh pengharapan kepada Allahnya prakteknya dia tunduk kepada suaminya.
Isteri harus berbicara yang sopan dan lemah lembut kepada suaminya. Isteri
jangan membentak suami.
I Petrus 3:6
3:6 sama seperti
Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya,
jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
Bukan
suami merendahkan isteri, tetapi isteri di sini yang menghambakan dirinya.
Bukan karena keinginan suami tetapi isteri itu mau menyenangkan suaminya.
I Petrus 3:7
3:7 Demikian
juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia,
yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Suami-suami
ini harus duduk bersama dengan isterinya. Doa suami bisa terhalang kalau tidak
hidup bijaksana dan duduk bersama dengan isteri sebagai kaum yang lemah. Tetapi
sekarang ini dapat dikatakan banyak wanita yang tidak lemah, ada yang isteri
pemain karate dan kalau suaminya salah dia pukul.
Mari
kita perhatikan contoh di dalam Alkitab orang yang mendapat kasih karunia yaitu
Nuh. Apakah Nuh setelah mendapatkan kasih Allah yang di dalam aksinya kemudian
Nuh sendiri tidak beraksi? Ada aksi yang harus dilakukan oleh Nuh.
Kejadian 6:8
6:8 Tetapi Nuh
mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
Dari
sekian banyak manusia yang melakukan kejahatan dan kekerasan yang membuat bumi
rusak, Nuh mendapat kasih karunia. Waktu itu Tuhan sampai menyatakan
penyesalanNya kenapa sampai Dia menciptakan manusia.
Kejadian 6:5-6
6:5 Ketika
dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
6:6 maka
menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu
memilukan hati-Nya.
Dosa-dosa
di zaman Nuh terulang di akhir zaman. Orang yang melakukan dosa seperti di
zaman Nuh ini membuat Tuhan menyesal menciptakan orang itu dan membuat hati
Tuhan pilu. Tetapi di tengah-tengah kehidupan yang begitu banyak memilukan hati
Tuhan dan membuat Tuhan menyesal menciptakan mereka, maka ada ada empat keluarga
yang membuat hati Tuhan terhibur yaitu Nuh suami isteri, Sem suami isteri,
Yafet suami isteri dan Ham suami isteri.
Saat
Nuh mendapatkan kasih karunia ini, bersamaan dengan itu datang ancaman Tuhan
mau menghukum dunia. Ini yang kita harus sikapi di hari-hari terakhir ini,
apakah kita ini mendapatkan kasih karunia, lalu apa aksi kita? Tanggapan kita yang
mendapat kasih karunia bukanlah aksi yang kita lakukan sesuai selera kita
tetapi Tuhan memberikan apa yang harus kita kerjakan. Untuk menanggapi kasih
Tuhan kita harus beribadah. Memang semua manusia bisa beribadah, tetapi ibadah
itu bukan asal, ada polanya.
Ketika
Nuh mendapat kasih karunia dari Tuhan karena aksi Tuhan kepadanya untuk
menyelamatkannya dari ancaman dosa di saat manusia lain sudah dalam keadaan
tidak ada lagi kendali, ada arahan dari Tuhan terhadap Nuh untuk melakukan apa.
Dia tidak berbuat dengan asal. Itulah orang yang mendapatkan kasih karunia
bukan hanya pada tempo itu saja tetapi berkesinambungan. Kasih dari Tuhan itu
harus berkesinambungan, dalam artian ada hal-hal yang ditunjuk oleh Tuhan untuk
Nuh lakukan.
Kejadian 6:9-10
6:9 Inilah
riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara
orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
6:10 Nuh
memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet.
Susunan ini sampai 5 kali disebutkan dan Ham selalu pada urutan kedua tetapi
sebenarnya Ham adalah anak bungsu. Kenapa? Karena anak nomor dua inilah yang
seringkali berhasil meraih hak sulung. Antara Manasye dan Efraim yang sulung
adalah Manasye tetapi Efraim yang menerima kesulungan. Esau dan Yakub yang
menjadi anak sulung adalah Esau tetapi Yakub yang mendapatkan kesulungan. Sekalipun Ham ada pada urutan kedua, ia tidak dapat
hak sulung sebab mencela bapanya.
Kejadian 6:11-12
6:11 Adapun bumi
itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.
6:12 Allah
menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan
hidup yang rusak di bumi.
Manusia
sudah rusak dan orang yang sudah rusak ini merusakkan lagi bumi ini.
Kejadian 6:13-14
6:13
Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri
hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi
Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.
6:14 Buatlah
bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak
dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.
Pada
ayat 14 ini Tuhan tekankan adalah mutu yaitu
dari kayu gofir. Setelah itu baru
Tuhan menunjukkan modelnya. Jadi Tuhan tidak memulai dengan model, tetapi Tuhan
memulai dengan mutu. Inilah orang yang mendapatkan kasih karunia dari Tuhan.
Jadi kalau hanya memperlihatkan persoalan model, itu berarti belum mendapat
kasih karunia.
Gereja
sekarang ini, model yang dipertontonkan, bukan mutu. Jadi di dalam
ibadah itu mutu yang harus diutamakan. Pakai lampu kerlap-kerlip itu hanya
model, pakai tarian kerincing-kerincing itu hanya model, tetapi di mana mutunya! Harus ada mutu
sesuai selera Tuhan supaya kita jangan kena murka.
Coba
baca dalam Amos pasal 6:1-7,
apa yang kurang dari ibadah bangsa Israel. Tetapi Tuhan suruh menghentikan
semuanya dan juga
pada Amos 5:21-23.
Jangan saudara marah dan kurang hati kalau dari belakang mimbar ini selalu
ditekankan persoalan mutu rohani.
Kalau
benar kita mendapatkan kasih karunia maka Tuhan lebih dahulu minta mutunya. Mutu
ini diikuti dengan membuat petak-petak. Maksudnya supaya ada kamar untuk Sem
dengan isterinya, ada kamar Yafet dengan isterinya, ada kamar Ham dengan
isterinya dan ada kamar Nuh dengan isterinya. Itu mutu yang Tuhan inginkan di
dalam nikah kita. Nikah itu persekutuan kecil, harus
bermutu.
Kalau
dalam nikah kita tidak terasa mutunya maka tidak akan ada petak-petaknya. Jangan
sampai Sem masuk di kamar Ham padahal ada isterinya Ham di situ. Jadi mutu
dalam nikah adalah terasa penghargaan terhadap nikah. Kadang anak-anak juga
tidak memahami, anak-anak masuk kamar orang tua sembarang saja. Seharusnya
permisi dulu sebelum masuk kamar orang tua.
Ibrani 13:4
13:4 Hendaklah
kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan
tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.
Anak
menghormati nikah papa dan mama. Orang tua juga menghormati nikah anak-anaknya.
Penuh
hormat ini bahasa gerika yaitu Pinion yang
artinya:
1.
Nikah itu memiliki nilai yang tinggi.
Itu sebabnya nikah harus
dihormati. Tuhan menciptakan nikah dan diakhiri dengan nikah Kristus dengan
gereja yang begitu tinggi nilainya.
2.
Nikah harus dikasihi.
3.
Nikah itu enak atau indah dipandang.
Itu
sebabnya Tuhan menciptakan nikah dan diakhiri dengan nikah Kristus dan gereja
yang nilainya begitu tinggi. Kalau kita tidak melihat bahwa nikah kita nilainya
tinggi, tidak kita kasihi dan tidak elok dipandang, kapan kita mau mencapai
nikah Kristus dengan gerejaNya. Hal yang sangat sial kalau kami hamba Tuhan
tidak mau belajar menghormati nikah. Hidup nikah kita tidak boleh begitu-begitu
saja tetapi harus ada keubahan.
Tuhan
Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar