20211117

Kebaktian PA Imamat, Rabu 17 November 2021 Pdt. Handri Legontu

Salam damai sejahtera di dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus.

Imamat 25:13-17

25:13 Dalam tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.

25:14 Apabila kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari padanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain.

25:15 Apabila engkau membeli dari sesamamu haruslah menurut jumlah tahun sesudah tahun Yobel, dan apabila ia menjual kepadamu haruslah menurut jumlah tahun panen.

25:16 Makin besar jumlah tahun itu, makin besarlah pembeliannya, dan makin kecil jumlah tahun itu, makin kecillah pembeliannya, karena jumlah panenlah yang dijualnya kepadamu.

25:17 Janganlah kamu merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.

 

Ini adalah aturan Tuhan tentang harga jual tanah. Tanah yang terjual harus dikembalikan lagi kepada pemiliknya pada tahun Yobel. Namun sebelum tahun Yobel tanah itu bisa ditebus oleh kerabatnya atau oleh pemilik tanah itu sendiri jika dia sudah mampu. Ini menunjukan keadaan kita manusia yang terjual oleh dosa dan hanya bisa ditebus oleh Yesus dengan darahNya.

Roma 7:14

7:14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.

 

Yesaya 50:1

50:1 Beginilah firman TUHAN: "Di manakah gerangan surat cerai ibumu tanda Aku telah mengusir dia? Atau kepada siapakah di antara penagih hutang-Ku Aku pernah menjual engkau? Sesungguhnya, oleh karena kesalahanmu sendiri kamu terjual dan oleh karena pelanggaranmu sendiri ibumu diusir.

 

Harga jual ditentukan dengan makin besar tahunnya, makin besar harga jualnya. Makin kecil jumlah tahun, makin kecil juga harga jualnya. Ini menunjukan kepada kita tentang lamanya manusia terjual oleh dosa. Contoh-contoh harga jual paling besar dalam Alkitab:

1.      Orang lumpuh lebih dari 40 tahun di pintu gerbang Bait Allah.

2.      Perempuan bungkuk 18 tahun dalam Bait Allah.

3.      Perempuan pendarahan 12 tahun. Ini yang akan kita pelajari.

 

Markus 5:25-29

5:25 Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.

5:26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.

5:27 Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.

5:28 Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."

5:29 Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.

 

Jubah Yesus menunjukan Kabar Mempelai, Firman pengajaran yang benar dalam urapan Roh Kudus. Untuk menjamah jubah Yesus yaitu untuk mempraktekan Firman butuh perjuangan, seperti perempuan pendarahan ini harus mendekati Yesus dan menjamah jubahNya. Kalau dalam Injil yang lain dikatakan menjamah ujung jubah, itu benar-benar suatu perjuangan. Di tengah-tengah orang banyak, dalam kelemahan, harus membungkuk menjamah ujung jubah, resikonya bisa terbanting, terinjak-injak dan mati. Tetapi demi dia mengalami pemulihan, maka dia berjuang mau mempraktekan Firman. Ini pelajaran untuk kita, memang untuk praktek Firman itu harus berjuang dan rela menanggung resikonya, tetapi Tuhan pasti membela kita, ada pemulihan.

 

Pendarahan 12 tahun adalah persekutuan yang terpecah atau tercerai, mulai dari nikah, kemudian dalam penggembalaan dan antara penggembalaan. Tentu ada penyebabnya terjadi perpecahan dalam persekutuan.

Markus 10:4-5

10:4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."

10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.

 

Jadi penyebabnya adalah ketegaran hati atau kekerasan hati. Wujudnya adalah memakai kebenaran diri sendiri. Kalau sudah merasa saya benar, yang lain juga merasa benar, benar tetapi mempersalahkan orang, ini pasti terjadi perpecahan bukan penyatuan.

 

Arti kebenaran diri sendiri:

1.      Menyalahkan orang lain untuk membenarkan diri sendiri yang salah. Masing-masing merasa paling benar, inilah yang memicu terjadi perceraian. Perceraian dengan sesama berarti putus hubungan dengan sesama. Baik dalam nikah putus hubungan, dalam penggembalaan putus hubungan dengan sesama, antara pelayanan yang satu dengan yang lain, gembala dengan jemaat. Kalau sama-sama merasa saya benar kamu salah, dia juga bilang saya benar kamu salah maka terjadi perpecahan sehingga tidak sehati lagi, ada kepahitan hati yang disimpan sehingga tidak bisa menyatu.

 

Mungkin dalam nikah masih satu rumah tetapi hatinya tidak satu lagi, sudah ada kepahitan, sudah terpecah. Dalam penggembalaan mungkin masih sama-sama tetapi hati sudah tercerai, ada kepahitan disimpan, begitu juga antar penggembalaan maka tidak akan pernah mencapai Israel dan kafir menyatu dalam satu Tubuh Kristus yang sempurna dan tidak bisa menyatu dengan Yesus sebagai Kepala.

 

2.      Menyalahkan Tuhan untuk membenarkan diri sendiri yang salah. Prakteknya:

a)      Menganggap Tuhan tidak adil karena merasa berjasa sudah melayani Tuhan. Dia belum ditolong Tuhan sedangkan orang lain ditolong, akhirnya menyalahkan Tuhan. Mengapa belum ditolong? Sebab ada dosa yang disembunyikan. Jadi kalau belum ditolong periksa diri dulu, jangan langsung salahkan Tuhan “orang lain ditolong, mengapa saya tidak, wah Tuhan tidak adil” jangan begitu.

b)      Menganggap Tuhan kejam, kenapa begini yah, ikut Tuhan koq sengsara, wah Tuhan itu kejam, tidak punya kasih. Ada yang pernah bilang sama saya katanya Allah itu kasih, mengapa di zaman Nuh manusia dihukum, mengapa Adam dan Hawa diusir dari taman Eden. Ini sudah salah, dirinya salah tetapi menganggap Tuhan yang kejam.

c)      Menolak Firman pengajaran yang benar.

 

Jadi orang yang merasa benar sendiri pasti akan menolak kebenaran Tuhan, kebenaran Firman karena dia tetap mempertahankan dosanya. Akibatnya putus hubungan dengan Tuhan, sehingga sekalipun berdoa, Tuhan tidak mau dengar.

Zakharia 7:12

7:12 Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN.

 

Ini mengeraskan hati, dia yang salah tetapi pengajaran dia tolak karena tidak mau menerima penyucian.

 

Zakharia 7:13

7:13 "Seperti mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil, demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman TUHAN semesta alam.

 

Kapan kita dipanggil oleh Tuhan? Waktu Firman pengajaran menunjuk dosa dan kesalahan kita. Kalau waktu Tuhan panggil lalu kita berkeras hati, kita tidak mau menerima penyucian Firman, maka Tuhanpun tidak mau mendengar dan menjawab panggilan kita. Bahkan dalam kitab Amsal dikatakan Tuhan akan menertawakan dan mengolok-olok ketika malapetaka datang menimpa kita, ini akibatnya kalau sudah putus hubungan dengan Tuhan.

 

Hikmat itu menunjuk pembukaan rahasia Firman yang menyatakan dosa, memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam kebenaran.

Amsal 1:24-28

1:24 Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku,

1:25 bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,

1:26 maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu,

1:27 apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu.

1:28 Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku.

 

Ini ditolak oleh Tuhan, tidak didengar doanya, malah ditertawakan dan diolok-olok Tuhan ketika malapetaka menimpa atasnya. Dalam kitab Wahyu dikatakan orang yang benar sendiri itu ketika sudah masuk pada penghukuman Tuhan tidak pernah bertobat. Begitu dihukum malah semakin menghujat. Itulah orang yang membenarkan diri sendiri, terpisah dengan Tuhan.

 

Putus hubungan dengan sesama itu garis horisontal, putus hubungan dengan Tuhan itu garis vertikal. Kalau dihubungkan dengan garis membentuk salib. Jadi kalau ada kebenaran diri sendiri kita putus hubungan dengan sesama, putus hubungan dengan Tuhan sama dengan tidak mengalami kuasa salib sehingga tidak pernah mengalami kelepasan dari dosa.

 

Dalam Perjanjian Lama tidak mengalami kuasa salib digambarkan seperti melepaskan tongkat. Akibatnya:

1.      Keluaran 4:2-3

4:2 TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat."

4:3 Firman TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya.

 

Persekutuan terkecil yang terpecah adalah nikah. Jadi akibatnya nikah menjadi sarang ular, artinya menjadi tempat berkembang biaknya dosa, tidak ada kejujuran di dalamnya. Hati-hati, mulai dari dalam nikah suami isteri saling mempersalahkan, tercerai diam-diam, sudah terpisah, tidak pernah didamaikan dan diselesaikan maka menjadi tempat ular di situ.

 

2.      Keluaran 15:23-25

15:23 Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.

15:24 Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"

15:25 Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,

 

Pada awalnya itu pahit, begitu sepotong kayu dilempar pada air itu maka menjadi manis. Berarti kalau tidak ada sepotong kayu, tidak ada salib, air itu tetap. Jadi akibat kedua nikah itu pahit getir. Kalau dalam nikah saling mempersalahkan, tidak pernah mengaku “saya yang salah” maka tengkar terus, pahit, tidak pernah manis. Tetapi kalau ada salib bukannya saling mempersalahkan, tetapi saling mengaku dan mengampuni maka nikah menjadi manis, semakin rukun. Dalam penggembalaan juga, kalau gembala selalu merasa dia yang benar, tidak pernah koreksi diri, ada apa-apa selalu jemaat yang salah, tidak pernah pukul diri. Jadi dari mimbar dia hantam tembak terus, hantam terus,  jemaat datang gereja pahit rasanya, jadi tidak nyaman dalam penggembalaan. Tetapi kalau bisa saling mengaku dan saling mengampuni maka terjadi kemanisan.

 

Jangan sampai nikah kita menjadi sarang ular, penggembalaan juga menjadi tempatnya ular, menjadi pahit. Kalau ada ular kemudian ada kepahitan masakan orang betah? Pasti terjadi perceraian. Secara jasmani saja, sementara kita duduk-duduk di rumah lalu masuk ular, pasti langsung buyar. Jangankan ular, kelabang atau lipan saja lewat sudah lari. Mari jangan dipertahankan semua itu dan dianggap biasa kebenaran diri sendiri, itu menceraikan kita dengan sesama dan dengan Tuhan.

 

Nikah itu persekutuan Tubuh Kristus yang terkecil, kalau sudah tercerai bagaimana bisa masuk dalam persekutuan yang lebih besar, tidak akan bisa. Hubungan dalam nikah tercerai maka hubungan dalam penggembalaan tercerai, hubungan antar penggembalaan juga tercerai. Jadi kalau disimpulkan, kebenaran diri sendiri mengakibatkan kita keluar dari persekutuan Tubuh Kristus. Keluar dari persekutuan Tubuh Kristus itu bukan enak, ini merupakan penderitaan yang hebat. Contoh gampang dan kecil, kalau cacat tanpa tangan, untuk makan dan minumkan sulit.

 

Contoh orang yang mempertahankan kebenaran diri sendiri sehingga putus hubungan dengan sesama dan putus hubungan dengan Tuhan adalah Ayub.

Ayub 10:1-3

10:1 "Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.

10:2 Aku akan berkata kepada Allah: Jangan mempersalahkan aku; beritahukanlah aku, mengapa Engkau beperkara dengan aku.

10:3 Apakah untungnya bagi-Mu mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tangan-Mu, sedangkan Engkau mendukung rancangan orang fasik?

 

Tuhan dia salahkan! Dia tuduh Tuhan mendukung rancangan orang fasik. Kita lihat bagaimana Ayub merasa dia benar sampai Tuhan dia salahkan.

Ayub 13:4-8

13:4 Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian.

13:5 Sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari padamu.

13:6 Dengarkanlah pembelaanku, dan perhatikanlah bantahan bibirku.

13:7 Sudikah kamu berbohong untuk Allah, sudikah kamu mengucapkan dusta untuk Dia?

13:8 Apakah kamu mau memihak Allah, berbantah untuk membela Dia?

 

Teman-temannya menasihati malah dia marah teman-temannya. Kalau pakai bahasa saya “kamu ini bela-bela Tuhan, Tuhan itu kejam, kenapa kamu bela-bela Tuhan!”. Dia salahkan Tuhan, salahkan sesama. Terus berlanjut kebenaran diri sendiri.

Ayub 32:1-2

32:1 Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar.

32:2 Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,

 

Ini perkataan Tuhan sendiri.

Ayub 40:3

40:3 Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?

 

Ayub pada dirinya ada kebenaran diri sendiri sehingga membuat hubungan dengan Tuhan putus, hubungan dengan sesama juga putus. Orang yang mempertahankan diri sendiri jangankan ditegur, dinasihati saja sulit. Bahkan cenderung dia menyerang orang yang memberi nasihat, dia serang balik, tidak bisa masuk! Apalagi kalau ditegur, bukan cuma dia marah, bisa-bisa dia pukul. Sama seperti Ayub, ketika sahabat-sahabatnya menasihati malah dia katakan “penghibur sialan”.

Ayub 16:2

16:2 "Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!

 

Coba gembala sedang menasihat jemaat, lalu jemaat bilang “pak gembala penghibur sialan!”. Itu susah tidak bisa masuk. Dari kisah Ayub ini, kita ambil 2 pelajaran:

1.      Orang yang mempertahankan kebenaran diri sendiri sukar untuk dinasihat, apalagi mau ditegur.

2.      Orang yang mau memberi nasihat harus punya pengalaman dengan Tuhan, dengan Firman. Coba gembala mau menasihati jemaat lalu jemaat bilang “coba om di posisi saya, om pasti tidak akan mampu”. Dia memang belum pernah mengalami seperti itu bisa berkata “iya juga yah, betul juga yang kamu bilang”. Jadi kita yang memberi nasihat harus punya pengalaman dengan Tuhan.

 

Ayub 16:3-4

16:3 Belum habiskah omong kosong itu? Apa yang merangsang engkau untuk menyanggah?

16:4 Aku pun dapat berbicara seperti kamu, sekiranya kamu pada tempatku; aku akan menggubah kata-kata indah terhadap kamu, dan menggeleng-gelengkan kepala atas kamu.

 

Mau menasihat orang dalam pengalaman sengsara, kalau kita tidak punya pengalaman seperti itu dengan Firman, maunya hanya yang enak-enak dengan daging, bagaimana bisa menasihati. Begitu juga kami hamba Tuhan, sudah harus punya praktek Firman. Begitu sampaikan Firman berisi nasihat, ada cap darah Yesus, ada tanda darah, ada kuasa. Kalau dia belum praktek lalu sampaikan, tidak ada kuasanya! Hanya memancing emosi jemaat, tidak ada pertolongan.

 

Kita lihat bagaimana Ayub terpisah dengan Tuhan dan dengan sesama karena ada kebenaran diri sendiri.

Ayub 19:7-12

19:7 Sesungguhnya, aku berteriak: Kelaliman!, tetapi tidak ada yang menjawab. Aku berseru minta tolong, tetapi tidak ada keadilan.

19:8 Jalanku ditutup-Nya dengan tembok, sehingga aku tidak dapat melewatinya, dan jalan-jalanku itu dibuat-Nya gelap.

19:9 Ia telah menanggalkan kemuliaanku dan merampas mahkota di kepalaku.

19:10 Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.

19:11 Murka-Nya menyala terhadap aku, dan menganggap aku sebagai lawan-Nya.

19:12 Pasukan-Nya maju serentak, mereka merintangi jalan melawan aku, lalu mengepung kemahku.

 

“Jalanku ditutup-Nya dengan tembok” ini artinya tidak ada jalan keluar, doa tidak dijawab oleh Tuhan, bahkan Tuhan bangkit melawan Ayub, ini ngeri! Kalau Tuhan melawan kita siapa yang bisa menolong. Kalau iblis menjadi lawan kita Tuhan bangkit menolong kita. Jadi ngeri kalau ada kebenaran diri sendiri, jangan dianggap biasa.

 

Ini Ayub terpisah dari sesama bahkan sampai terpisah dengan isteri.

Ayub 19:13-19

19:13 Saudara-saudaraku dijauhkan-Nya dari padaku, dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku.

19:14 Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku melupakan aku.

19:15 Anak semang dan budak perempuanku menganggap aku orang yang tidak dikenal, aku dipandang mereka orang asing.

19:16 Kalau aku memanggil budakku, ia tidak menyahut; aku harus membujuknya dengan kata-kata manis.

19:17 Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku.

19:18 Bahkan kanak-kanak pun menghina aku, kalau aku mau berdiri, mereka mengejek aku.

19:19 Semua teman karibku merasa muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku.

 

Ayub terpisah dengan sesama, bayangkan sampai isterinya jijik kepadanya, ini putus hubungan dengan sesama dalam nikah. Sampai segitunya kalau ada kebenaran diri sendiri, isteri lihat suami sampai jijik, sudah tidak mau dekat-dekat lagi. Suami datang mendekat isteri menghindar. Coba kalau dalam rumah sudah jijik, yah tinggalkan semua, terpisah.

 

Jadi betapa menderitanya kalau putus hubungan dengan Tuhan dan sesama. Hal ini sudah Yesus peragakan di kayu salib. Seruan “Eloi, Eloi, Lamasabatani” sebenarnya seruan orang yang terpisah dengan Tuhan dan sesama. Yesus disalib menggantikan kita. Kita manusia berdosa yang seharusnya disalibkan tetapi Yesus gantikan, jadi suara Yesus di kayu salib sebenarnya adalah suara kita. Dia berseru “AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku” itu menunjukan betapa menderitanya putus hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama.

 

Ayo kaum muda, kadang anak muda ini sulit ditegur dan dinasihati. Kalau terpisah dengan Tuhan itu penderitaan. Mungkin kalian berpikir sudah mapan hidup saya, biar orang tua tidak membiayai hidup saya, saya mampu. Terpisah dengan orang tua itu penderitaan, begitu juga terpisah dengan Tuhan. Kadangkala yang sulit diterima itu nasihat soal ibadah dan soal jodoh. Kalau sudah dinasihati soal itu sudah tidak bisa terima “pokoknya ini pasangan paling aku cintai dan paling mencintaiku”. Ayo terima nasihat orang tua dan juga dari gembala. Kalau sudah menjalin hubungan dengan orang di luar pengajaran, apalagi di luar keyakinan, lalu ditegur dan dinasihati, dengarlah. Jangan malah berkata “ah bukan papa mama dan gembala yang layani, saya kok yang menjalani!” nanti menderita! Kalau memang suka dengan orang itu, bawa dulu dia menengar Fiman pengajaran baru nanti diteruskan dengan hubungan yang lebih serius.

 

Siapa menyangka, orang saleh, taat beribadah, takut akan Tuhan, menjauhi kejahatan seperti Ayub, pada dirinya ada dosa kebenaran diri sendiri. Mungkin kita lihat orang itu sungguh-sungguh beribadah, sungguh-sungguh melayani Tuhan, belum tentu hatinya sudah murni, suci. Masih ada dosa kebenaran diri sendiri yang kadang disembunyikan.

Ayub 1:1

1:1 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

 

Saleh itu taat beribadah. Kemudian dikatakan jujur, takut akan Allah, menjauhi kejahatan, ternyata masih bisa disusupi dengan dosa kebenaran diri sendiri. Apalagi kalau tidak taat beribadah, tidak takut Tuhan. Sudah jelas dosa kebenaran diri sendiri pasti ada. Kita sering mendengar, dosa kebenaran diri sendiri itu seperti kusta, putih tetapi kusta. Kalau disoroti dengan cahaya Firman, memang tidak kelihatan. Apalagi kalau orang itu seperti Ayub, saleh, jujur, menjauhi kejahatan, kalau disoroti dengan cahaya Firman tidak kelihatan, putih dengan putih tidak kelihatan. Bagaimana supaya kelihatan bahwa itu dosa? Beri darah supaya kelihatan ada dosa kebenaran diri sendiri. Makanya Ayub Tuhan izinkan mengalami ujian habis-habisan, maka kelihatanlah dosa putih tetapi kusta. Diizinkan mengalami ujian habis-habisan bahkan sampai diancam maut.

Ayub 19:20

19:20 Tulangku melekat pada kulit dan dagingku, dan hanya gusiku yang tinggal padaku.

 

Mengapa Tuhan izinkan Ayub mengalaminya? Supaya Ayub bisa merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan. Sama perempuan pendarahan 12 tahun itu, diberikan ujian habis-habisan supaya dia bisa membungkuk menjamah ujung jubah Tuhan. Coba kalau perempuan itu tidak pernah pendarahan, tidak akan pernah dia menjamah ujung jubah Yesus.

 

Mulai dari sekarang, kita harus belajar merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan. Jangan tunggu sudah mengalami ujian habis-habisan. Selagi kita masih sehat, masih ada waktu dan kesempatan beribadah, mari belajar merendahkan diri serendah-rendahnya. Jangan tunggu sudah diuji habis-habisan baru merendahkan diri, iya kalau mampu. Ada 2 kemungkinan, pertama seperti Ayub dan seperti perempuan pendarahan 12 tahun yang bisa merendahkan diri sehingga ditolong oleh Tuhan. Kemungkinan kedua tidak tahan sehingga menghujat Tuhan dan meninggalkan Tuhan. Jadi jangan tunggu dihajar dulu, tidak enak kalau dihajar.

 

Saya mengalami dihajar Tuhan, itu tidak enak. Waktu itu saya jatuh dari kendaraan sampai bengkok bahu saya. Siapa mau sangka kalau ternyata ada kebenaran diri sendiri yang disembunyikan. Waktu itu pergi melayani walaupun hujan-hujan, kelihatan benar, kelihatan suci. Karena waktu sudah mepet jam ibadah maka bawa motor kecepatan tinggi, pas mobil di depan juga kecepatan tinggi, sama-sama ngebut. Ada truk parkir agak makan jalan di sebelah kiri. Mobil pick up ini mau melewati truk tadi, tiba-tiba dari depan ada mobil rental juga dalam kecepatan tinggi. Sama-sama rem mendadak, kalau saya ke kiri saya tabrak truk, kalau ke kanan saya di tabrak mobil rental. Akhirnya injak rem, ovor gigi rendah tetapi tetap motor meluncur sampai tabrak pantat pick up. Saya terlempar dan bahu tabrak stir sampai bengkok. Yang saya bonceng almarhum gembala Kelei, kalau tidak pakai helm kepalanya pecah karena terbang tabrak pantat truk. Saya langsung terkapar di situ, bahu bengkok.

 

Baru saya renungkan, itu karena tidak tanggung jawab melayani. Saya melayani tetapi masih terikat dengan game PS. Saya minta ampun sama Tuhan. Tidak enak kalau sudah dihajar oleh Tuhan, jangan tunggu dihajar Tuhan habis-habisan.

 

Nanti setelah diuji habis-habisan baru Ayub bisa merendahkan diri di kaki Tuhan.

Ayub 42:5-6

42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

 

Akhirnya setelah diuji habis-habisan Ayub bisa duduk di debu dan abu, Ayub mengaku ternyata hanya dari kata orang dia mengenal tentang Tuhan. Ini juga pelajaran bagi kita, banyak kali kita tidak punya pengalaman secara pribadi dengan Tuhan. Hanya mendengar kesaksian orang lain tentang Tuhan, tetapi diri sendiri tidak punya kesaksian. Sehingga ketika hidup kita sudah diberkati, merasa biasa-biasa saja. Ibadah hanya dirasa suatu kebiasaan, hanya pengisi waktu, itu karena tidak punya pengalaman pribadi dengan Tuhan. Sebab itu Ayub diizinkan mengalami ujian habis-habisan supaya punya pengalaman pribadi dengan Tuhan.

 

Apa pengalaman secara pribadi yang terutama dengan Tuhan? Mengalami pekerjaan Firman untuk menyucikan kehidupan kita. Sejak sekarang ini sudah harus ada pengalaman pribadi dengan Tuhan sehingga ada kesaksian dulu saya begini, sekarang lewat Firman disucikan dan dibaharui.

 

Memang kalau kita mau praktek Firman itu sangat sakit bagi daging dan berat. Tadi saya menghadapi seseorang curhat bicara tentang kebenaran Firman, saya katakan untuk praktek Firman memang berat dan sakit bagi daging, tetapi ada kemuliaan Tuhan tersedia bagi kita. Dihina orang, dicibir orang, diolok-olok dan tetapi kita mau melakukan. Kalau orang tanya kenapa kamu begitu kita jawab saya mau melakukan Firman. Itu membawa kemuliaan Tuhan. Kita mempermuliakan Tuhan, Tuhan juga mempermuliakan hidup kita. Kita tidak dipermalukan kalau melakukan Firman. Sekarang duduk di debu dan tanah, nanti Tuhan angkat duduk di takhta Tuhan. Dari pada sekarang seperti dalam kitab Amos dikatakan duduk dengan kaki berjuntai di ranjang yang terbuat dari gading dan memanja-manjakan diri. Nanti bukan cuma duduk di tanah, tetapi merayap dalam aniaya antikristus, diinjak-injak. Pilih mana? Lebih baik sekarang kita duduk di tanah, nanti duduk di takhta Tuhan. Dari pada kita mau benar sendiri, orang lain kita injak-injak karena merasa diri paling benar, nanti kita diinjak-injak oleh Tuhan lewat aniaya antikristus, algojo yang diizinkan Tuhan.

Wahyu 11:1-2

11:1 Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

11:2 Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."

 

Betapa menderitanya 3,5 tahun diinjak-injak, dipermalukan dan dianiaya lagi. Lebih baik kita praktek Firman walaupun seperti dipermalukan tetapi kita luput dari aniaya dan kita dipermuliakan Tuhan, tidak diinjak-injak oleh antikristus.

 

Bukti kita punya pengalaman penyucian? Kita belajar dari Ayub.

1.      Duduk dalam debu dan abu. Jangan tunggu sudah diuji habis-habisan baru mau duduk di debu dan abu. Lebih baik sekarang kita mau terima Firman dan duduk di debu dan abu. Artinya duduk dalam debu dan abu.

a)      Mengaku tidak layak, banyak kesalahan, banyak kelemahan, tidak berdaya apa-apa. Kenapa terjadi perpisahan? Ampuni, karena saya yang salah! Mengaku tidak layak, banyak kesalahan, banyak kelemahan, tidak berharga, hanya debu tanah. Debu tanah kalau dibentuk menjadi genteng, ditaruh di atas, kalau bocor tetap diinjak-injak juga. Merasa memang pantas diinjak-injak sehingga mendorong kehidupan kita untuk mengaku dosa dan dosa kita dipaku di kayu salib. Dari pada tunjuk-tunjuk salah orang, kita tidak pernah mengaku dosa nanti kita diinjak-injak. Lebih baik sekarang kita mengaku dosa walaupun waktu mengaku seakan-akan kita diinjak-injak. Tidak gampang mengaku kepada sesama. Kalau kepada Tuhan memang tidak ada yang tahu, hanya hubungan pribadi dengan Tuhan. Mau mengaku dosa kepada sesama apalagi mengaku di depan jemaat dalam forum seperti ini, harga diri seperti diinjak-injak! Betul-betul sengsara dan tekanan batin, malu, tetapi nanti kita tidak dipermalukan tetapi dipermuliakan Tuhan.

 

Kedudukan di atas mau mengaku kepada yang dibawah, gembala mengaku kepada jemaat, suami mengaku kepada isteri, wah tidak gampang. Saya mau mengaku sama isteri saya, sama-sama duduk menyembah dalam doa puasa, dekat sekali tinggal mau mengaku bisik di telinganya minta ampun, tetapi lama baru bisa. Menyembah terasa tidak naik karena ada dosa dipertahankan. Akhirnya saya peluk kakinya minta ampun “ampuni saya”. Dia ampuni saya, dia peluk juga kaki saya. Memang merasa dipermalukan.

 

Satu ketika saya salah, saya mengaku pada jemaat di Tonusu, saya malu tetapi harus saya akui! Saya tidak dihina mereka, malah mereka tambah sayang. Jangan takut, kiita salah harus berani mengaku, berlaku sebagai kesatria. Salomo berkata kepada Adonia “kalau dia berlaku seperti kesatria, sehelaipun dari kepalanya tidak akan jatuh”. Mengaku dosa itu memegang tanduk mezbah korban bakaran, itu sikap kesatria, sehelai rambutpun tidak akan jatuh.

I Raja-raja 1:50-53

1:50 Takutlah Adonia kepada Salomo, sebab itu ia segera pergi memegang tanduk-tanduk mezbah.

1:51 Lalu diberitahukanlah kepada Salomo: "Ternyata Adonia takut kepada raja Salomo, dan ia telah memegang tanduk-tanduk mezbah, serta berkata: Biarlah raja Salomo lebih dahulu bersumpah mengenai aku, bahwa ia takkan membunuh hambanya ini dengan pedang."

1:52 Lalu kata Salomo: "Jika ia berlaku sebagai kesatria, maka sehelai rambut pun dari kepalanya tidak akan jatuh ke bumi, tetapi jika ternyata ia bermaksud jahat, haruslah ia dibunuh."

1:53 Dan raja Salomo menyuruh orang menjemput dia dari mezbah itu. Ketika ia masuk, sujudlah ia menyembah kepada raja Salomo, lalu Salomo berkata kepadanya: "Pergilah ke rumahmu."

 

Kalau kita mengaku dosa, sehelai rambutpun tidak akan jatuh ke bumi. Artinya kita tidak lepas dari persekutuan dengan Yesus sebagai kepala. Kalau kita mengaku dosa kita tetap melekat kepada Yesus sebagai kepala. Tetapi kalau tidak mau mengaku maka kita lepas dari persekutuan dengan kepala.

 

Ada lagi sikap yang salah yang banyak kali saya temukan. Dia mengaku salah berbuat dosa, dia menyesal, tetapi kadung basah, sekalian mandi, diteruskan saja. Jangan seperti itu, itu berarti mengaku tetapi lepas dari kepala. Sama seperti Adonia satu saat dia minta kepada Betsyeba mama dari Salomo “tolong berikan Abisag menjadi isteriku” sedangkan Abisag itu isteri papanya. Setelah itu dia lari pegang tanduk mezbah, tetapi Salomo katakan “pancung dia!” dia mengaku tetapi teruskan saja berbuat dosa, akhirnya lepas dari kepala.

Kaum muda kalau sudah terjadi sesuatu, apalagi masalah soal jodoh, soal kejatuhan, minta ampun sungguh-sungguh. Jangan malah berpikir sudah terlanjur, saya paksa saja menikah dengan orang itu, biar keluar dari pengajaran, teruskan saja, sudah terlanjur mau bikin apa, dari pada saya malu! Ayo mengaku, selesaikan dan tetap bertahan pada kepala, jangan lepaskan itu.

 

Yudas menyesal dia salah, tetapi dia gantung diri. Mungkin dia berpikir kalau murid-murid lain tahu ternyata saya yang menjual Yesus mereka pasti memusuhi saya, ah gantung diri saja mati sekalian dengan Yesus. Jangan! Sudah mengaku ayo melekat pada Yesus, pada pengajaran. Jangan tinggalkan dengan alasan malu dan sebagainya. Lebih baik sekarang kita dipermalukan tetapi kita ada keberanian untuk bisa menyambut kedatangan Yesus tanpa malu. Dari pada sekarang kita tidak mau malu dan teruskan saja apa yang salah, nanti waktu Yesus datang orang itu akan malu dan tidak bisa menyambut Yesus.

I Yohanes 2:28

2:28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.

 

Pilih mana, malu mengaku dosa sehingga tidak mengaku dan tidak mau menanggung resikonya, tetapi waktu Yesus datang kita tidak bisa menyambut kedatangan Yesus. Atau sekarang kita mengaku walaupun sepertinya kita dipermalukan, tetapi waktu Yesus datang kita tidak malu, kita bisa menyambut kedatangan Yesus dengan keberanian percaya. Lebih baik begitu, duduk saja di debu dan abu, biar saja orang mau bilang apa, yang penting kita ada kesiapan untuk menyambut kedatangan Yesus. Punya pengalaman secara pribadi dengan Tuhan.

 

b)      Arti kedua duduk di debu dan abu adalah mengaku tidak mampu, tidak berdaya, tidak bisa apa-apa sehingga mendorong kita untuk menyerah sepenuh ke dalam tangan Tuhan. Jangan takut, serahkan semua ke dalam tangan Tuhan. Dalam pengalaman bersama Yesus, banyak kali betul-betul tidak mampu. Kalau sudah tidak mampu mau bikin apa, menyerah saja ke dalam tangan Tuhan. Mau paksakan diri? Debu tidak bisa membentuk dirinya menjadi vas bunga atau bejana. Kalau di dalam tangan penjunan bisa dibentuk. Debu tidak bisa membentuk dirinya menjadi manusia, nanti dalam tangan Tuhan baru dibentuk menjadi manusia dan dihembuskan nafas hidup. Tidak bisa berbuat apa-apa yah menyerah saja.

 

2.      Mataku memandang Engkau. Artinya menyembah Tuhan, itu hubungan pribadi dengan Tuhan. Raja Daud katakan bangun pagi ku cari wajahMu agar aku puas. Ayo menyembah Tuhan, ada kepuasan memandang wajah Tuhan, pagi, siang, malam, kesempatan kita gunakan. Tuhan cuma minta satu jam dalam satu hari, Tuhan tidak minta banyak. Simon tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku. Satu jam ini saja kadang kita korting. Jangan heran kalau nanti diuji habis-habisan baru mau memandang Tuhan. Syukur kalau dia masih memandang Tuhan, bagaimana kalau dia menghujat Tuhan! Mari dari sekarang pagi, siang, malam, kita memandang Tuhan lewat doa penyembahan, nanti ketika Yesus datang kita memandang Tuhan muka dengan muka.

 

Hasilnya:

Ayub 42:10

42:10 Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.

 

Tangan Tuhan yang penuh belas kasihan memulihkan kita 2 kali lipat yaitu secara jasmani dan juga secara rohani. Kalau kita menanggalkan kebenaran diri sendiri maka ada pemulihan.

1.      Pemulihan secara jasmani.

Yesaya 64:8

64:8 Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.

 

Tangan Tuhan Sang Penjunan, Sang Pencipta menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang mustahil menjadi tidak mustahil. Nikah yang sudah tercera bisa dipulihkan dan disatukan. Ayub sudah terpisah tetapi akhirnya semua datang kembali pada Ayub. Ayub pasal 42  ayat 10 dia mengalami 2 kali lipat, ayat 11 wujud pemulihan itu, semua datang kepada Ayub. Jangan takut, sekarang kita mau praktek Firman rasanya betul-betul sengsara tetapi Tuhan pulihkan, nikah dipulihkan, ada cara Tuhan untuk memulihkan.

Ayub 42:11

42:11 Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas.

 

Yang tadinya Ayub dalam suasana kutukan dan sengsara sekarang kutuk diubah Tuhan menjadi berkat.

Ayub 42:12-15

42:12 TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.

42:13 Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan;

42:14 dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.

42:15 Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki.

 

Ini pemulihan nikah, sampai Ayub memiliki anak-anak yang paling cantik di seluruh negeri. Artinya nikah dan buah nikahnya menjadi terang kesaksian. Yang tadinya seperti malu dan tercerai berai, tetapi begitu mau praktek Firman, dipulihkan maka nikah buah nikah menjadi terang kesaksian. Memang tidak seperti sulap, simsalabim langsung jadi, butuh proses. Selama kita mau merendah dan melakukan Firman, Tuhan pasti memulihkan. Jaminan pemulihan ini ya dan amin, pasti akan terjadi. Kadangkala di gereja didengung-dengungkan pemulihan tetapi tidak ditunjukan dosa. Bagaimana bisa terjadi pemulihan kalau tidak ditunjukan dosa. Ditunjuk dulu kesalahan supaya kita sadari, kita duduk dalam debu dan abu, baru terjadi pemulihan. Pemulihan tidak terjadi kalau dosa tidak ditunjuk dan malah dibiarkan. Masa yang salah mau dibiarkan terus salah? Harus diperbaiki, pasti pemulihan terjadi.

Ratapan 2:14

2:14 Nabi-nabimu melihat bagimu penglihatan yang dusta dan hampa. Mereka tidak menyatakan kesalahanmu, guna memulihkan engkau kembali. Mereka mengeluarkan bagimu ramalan-ramalan yang dusta dan menyesatkan.

 

Kesalahan harus dinyatakan supaya pemulihan terjadi. Jadi jangan takut, memang sengsara kalau mau praktek Firman, pikul salib. Ikut Tuhan itu rela kehilangan nyawa untuk memperoleh nyawa, menyangkal diri, pikul salib, sakit memang bagi daging, tetapi pemulihan Tuhan lakukan, yang mustahil menjadi tidak mustahil.

 

Saya melihat satu bapak cukup lama ditinggalkan isterinya dan isterinya sudah menikah lagi dengan orang lain. Lama beliau seperti itu bertahan hidup sendiri untuk praktek Firman. Menjelang isterinya meninggal dipanggil Tuhan, sempat kembali, bisa kembali. Dan setelah isterinya kembali, terjadi perdamaian, nikahnya dipulihkan oleh Tuhan baru isterinya dipanggil Tuhan. Jadi kalau Tuhan bekerja tidak ada yang mustahil. Yang penting sadar dulu akan dosa, punya pengalaman pribadi dengan Tuhan, duduk dalam debu dan abu.

 

2.      Pemulihan secara rohani.

Tangan Tuhan Sang Penjunan, Sang Pencipta membentuk kita tanah liat menjadi bejana kemuliaan. Artinya kita mengalami penyucian, mengalami pembaharuan untuk dipakai memuliakan Tuhan. Semua yang lama tidak ada lagi, yang baru telah datang.

Wahyu 21:5

21:5 Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar."

 

Semua jadi baru, bukan cari isteri baru, cari suami baru! Semua dipulihkan oleh Tuhan, suasana baru. Lewat pemulihan ini apa yang dibaharui?

Wahyu 21:8

21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."

 

Tanah itu kotor, jadi yang dibaharui segala kekotoran dalam tanah. Tidak ada lagi 8 dosa, itu kekotoran dalam tanah tidak ada, sama dengan tabiat darah daging tidak ada lagi, semua dibaharui. Mari kita periksa, dari 8 dosa ini mana yang masih melekat pada kita. Biar kita duduk di debu dan abu supaya Tuhan bersihkan. Kalau membentuk sesuatu dari tanah liat, kerikil dan kotoran-kotoran harus harus dibersihkan supaya bagus tertutup.

 

8 dosa ini kita buang semua:

a)      Penakut, lebih takut sesuatu di dunia ini dari pada takut Tuhan. Takut tidak lulus sampai menyontek. Takut tidak punya sim sampai sogok polisinya. Takut rugi sampai berdusta dan menipu orang. Diubahkan menjadi takut akan Tuhan sampai membenci dusta.

 

b)      Tidak percaya atau bimbang. Jangan bimbang, orang bimbang atau mendua hati tidak mendapat apa-apa, dia kosong dari Tuhan, hanya seperti gelombang laut dan kalau sudah bimbang akhirnya hidup dalam kefasikan. Mari jangan ada kebimbangan, pegang teguh Firman pengajaran yang benar, hanya berharap sepenuh kepada Tuhan. Kita diperhadapkan masalah yang ada, goncang gancing dalam organisasi, tetap pegang teguh Firman pengajaran yang benar. Percaya Firman, percaya gembala, jangan dengar suara di luar. Kalau ada omongan-omongan tentang organisasi, tidak usah ditanggapi. Sebagai gembala kami tidak akan membawa jemaat pada lubang kebinasaan.

 

c)      Keji, apa kekejian ini?

Ulangan 25:14-16

25:14 Janganlah ada di dalam rumahmu dua macam efa, yang besar dan yang kecil.

25:15 Haruslah ada padamu batu timbangan yang utuh dan tepat; haruslah ada padamu efa yang utuh dan tepat -- supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.

25:16 Sebab setiap orang yang melakukan hal yang demikian, setiap orang yang berbuat curang, adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu."

 

Keji ini berbuat curang soal efa. Efa itu takaran gandum, gandum berbicara Firman. Jadi berbuat curang soal efa artinya tidak menghargai Firman, itu harus dibuang! Mohon maaf yah, bukan mengedepankan diri, kadangkala hamba Tuhan rela tidak tidur untuk mendapatkan pembukaan rahasia Firman, sudah bergumul, menangis di kaki Tuhan, begitu disampaikan Firman jemaat tidak ada penghargaan. Begitu dosa ditunjuk malah ngamuk dan marah-marah. Biar Firman itu kita muliakan dan hiasi.

Titus 2:10

2:10 jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.

 

Kita menerima pengajaran hanya karena kemurahan Tuhan. Sebenarnya kita tidak layak, untuk beribadah saja kita tidak layak. Tetapi oleh Korban Kristus kita dilayakan beribadah, oleh Korban Kristus rahasia Firman dibuka bagi kita. Mari kita hargai, kalau tidak kita berbuat keji di hadapan Tuhan.

 

d)      Pembunuh, ini sama dengan kebencian, mulai dari iri. Mengapa saudara-saudara Yusuf membenci Yusuf? Karena iri! Yusuf lebih disayang papanya, Yusuf diberikan jubah maha indah, Yusuf dapat karunia mimpi, mereka iri sampai akhirnya benci. Iri itu menghargai berkat Tuhan dan tidak menghargai pemakaian Tuhan. Semua diberkati, masing-masing dipakai Tuhan. Kelingking iri sama jempol “enaknya kamu jempol selalu diangkat jempol” janganlah, buat apa! Tangan kiri iri sama tangan kanan “tangan kanan buat salam-salam, saya hanya bagian belakang!” sama-sama berfungsi. Coba kalau jempol jadi kelingking, mau korek kupingkan sakit. Semua pemakaian Tuhan ada tempatnya, semua dipakai oleh Tuhan, kita hargai pemakaian Tuhan. Kebencian ini diubahkan menjadi saling mengasihi.

 

e)      Sundal, ini kenajisan. Jangan ada kenajisan-kenajisan secara jasmani. Kecemaran di permulaan nikah, sudah menikah terjadi hal-hal yang najis, itu tidak boleh ada! Terutama persundalan secara rohani. Secara jasmani mungkin kita tidak lakukan, tetapi secara rohani banyak kali gereja melakukannya.

Yehezkiel 16:25-26

16:25 Pada setiap persimpangan jalan engkau membangun bukit pengorbanan dan menjual kecantikanmu menjadi kekejian dengan merenggangkan kedua pahamu bagi setiap orang yang lewat, sehingga persundalanmu bertambah-tambah.

16:26 Engkau bersundal dengan orang Mesir, tetanggamu, si aurat besar itu, sehingga persundalanmu bertambah-tambah, yang menimbulkan sakit hati-Ku.

 

Persundalan secara rohani itu merenggangkan paha untuk dicemari oleh laki-laki lain. Bagi kita sekarang ini membuka diri terhadap ajaran-ajaran lain, ajaran palsu dan juga membuka diri terhadap cara-cara dunia. Mesir digambarkan si aurat dunia, ini menunjuk nafsunya dunia untuk mencemari gereja Tuhan sangat besar! Sekarang gereja sudah terlalu duniawi, semua cara-cara dunia dimasukan, ini persundalan secara rohani! Ini jangan terjadi pada kita.

Persundalan itu ada kaitannya dengan roh perdagangan.

Yehezkiel 16:29

16:29 Engkau memperbanyak lagi persundalanmu dengan negeri perdagangan Kasdim, tetapi dengan itu juga engkau belum merasa puas.

 

Mengapa membuka diri terhadap ajaran lain dan terhadap cara-cara dunia? Karena ada ikatan uang, mau mencari keuntungan di dalam ibadah pelayanan. Itu termasuk persundalan secara rohani. Biar kita jaga kesucian secara pribadi, jaga tahbisan kita, pelayanan kita, kemurnian pengajaran kita jaga jangan dicemari dengan yang lain. Ini suatu perjuangan bagi kami hamba Tuhan untuk mempertahankan kemurnian pengajaran.

 

f)       Tukang-tukang sihir, termasuk ramalan, hipnotis dan lain sebagainya. Ada lagi magic gospel, pernah saya lihat orangnya ditutup pakai kardus lalu ditusuk kepalanya tetapi tidak luka, lalu dikatakan inilah orang Kristen, biar tantangan dari berbagai penjuru, tidak mempan. Itu termasuk sihir!

 

g)      Penyembahan berhala itu kekerasan hati dan serakah.

 

h)      Dikunci dengan dusta jangan ada lagi.

 

Ini pemulihan secara rohani, segala yang kotor buang semua. Angka 8 adalah angka pembaharuan. Dosa dibuang kita mengalami pembaharuan. Terus dibaharui, semakin dibaharui semakin mulia, sampai puncak pembaharuan kita sama mulia dengan Yesus, sempurna seperti Yesus.

 

Di hadapan kita ada perjamuan suci, ini jaminannya. Tangan Sang Penjunan, Sang Pencipta itu rela dipaku di kayu salib untuk memulihkan kehidupan kita. Ayo jangan pertahankan kebenaran diri sendiri, biar kita isi hidup kita dengan kebenaran Tuhan, kebenaran dari kayu salib. Kebenaran diri sendiri hanya menceraikan, kalau kebenaran Tuhan menyatukan kita. Yakinlah pemulihan terjadi, nikah yang tercerai, nikah yang salah, nikah yang hancur, Tuhan pasti pulihkan. Yang penting kita mau merendahkan diri, duduk saja di debu abu. Seperti perempuan pendarahan tadi, jamah ujung jubah Yesus, Tuhan tidak akan mempermalukan kita, Tuhan pasti permuliakan kita. Mungkin suatu saat kita sepertinya malu, tetapi kita tidak akan malu waktu Yesus datang, kita bisa menyambut kedatanganNya di awan-awan yang permai dengan keberanian percaya dan kita layak masuk di kota Yerusalem yang Baru.

 

Tuhan memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar