20240120

Kebaktian Doa Penyembahan, Sabtu 20 Januari 2024 Pdt. Handri Otniel Legontu


Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

Persekutuan antar penggembalaan itu kelimpahan dari penggembalaan. Jadi kalau kita sudah melimpah dalam penggembalaan baru meluber sehingga ada persekutuan antar penggembalaan. Ketika kita mengikuti ibadah persekutuan di suatu tempat, seharusnya kita kembali dari ibadah persekutuan itu semakin bergairah di dalam penggembalaan. Itu bukti kita sudah melimpah dalam penggembalaan. Tetapi kalau kita kembali lalu tidak bergairah dalam penggembalaan berarti kita kering. Kita mau ibadah persekutuan, biarlah ini suatu bukti kelimpahan dari dalam penggembalaan. Sehingga begitu selesai ibadah persekutuan digelar, tidak ada yang tersandung, tidak ada yang justru lemah rohaninya, kita semakin bergairah melayani Tuhan, bergairah di dalam penggembalaan, sehingga Tuhan terus mempercayakan persekutuan antar penggembalaan kepada kita.

 

Kita akan menjadi tuan rumah menggelar ibadah persekutuan pada tanggal 19 dan 20 Maret. Doakan supaya Tuhan membukakan rahasia Firman. Semoga kita bisa memperhatikan ini, kita persiapkan juga apa yang dibutuhkan secara jasmani. Terutama hati kita kuat teguh hati untuk menggelar persekutuan Tubuh Kristus. Tantangannya pasti ada, menyeberang danau menuju ke pelabuhan pasti ada gelombang, ada angin. Tetapi kita tidak melihat besarnya gelombang dan kencangnya angin. Tetapi kita melihat Yesus Kepala kita yang berjalan di atas gelombang, Dia pasti menolong kita.

 

Yohanes 11:47-53

11:47 Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat.

11:48 Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita."

11:49 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa,

11:50 dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."

11:51 Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu,

11:52 dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.

11:53 Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.

 

Kita melihat di sini ada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi yang mengadakan persepakatan untuk membunuh Yesus. Imam-imam kepala adalah orang-orang yang suka mencari hormat dari manusia. Orang-orang Farisi adalah orang yang mengajarkan dan menyetujui nikah yang salah.

Matius 19:3-8

19:3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?

19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"

19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.

 

Pengikutan kita kepada Tuhan adalah untuk menjadi mempelai wanita Tuhan yang akan dipermuliakan bersama dengan Tuhan selama-lamanya. Sehingga kita tidak perlu risau kalau tidak dihormati oleh manusia, sebab kita akan dipermuliakan bersama dengan Tuhan selama-lamanya. Seperti Yesus menghadapi imam-imam kepala dan orang-orang farisi, begitu juga kita di akhir zaman ini akan menghadapi orang yang suka mencari hormat dari manusia, menghadapi orang-orang yang mengajarkan dan menyetujui nikah yang salah. Seperti Yesus direncanakan untuk dibunuh, kitapun menghadapi seperti itu. Yang kita hadapi pembunuhan karakter dan sebagainya dari orang-orang yang suka mencari hormat dari manusia, juga dari orang-orang yang mengajarkan nikah yang salah.

 

Sebab itu kita harus perkuat dan perdalam pemahaman kita terhadap nikah yang benar menurut Alkitab, menurut Firman pengajaran yang benar. Sehingga ketika kita dikonfrontir kita tidak loyo, tidak mengikuti maunya orang! Kalau ada yang salah diperbaiki lewat Firman, jangan mendukung dan menyetujui nikah yang salah! Tetapi juga jangan benci orangnya. Lalu apa yang kita lakukan? Tunjukan belas kasihan kepada orang-orang yang nikahnya salah. Belas kasihan lewat apa?

1.      Doakan.

2.      Bawa untuk mendengar Firman pengajaran yang benar supaya bisa mengerti mana nikah yang benar dan mana nikah yang salah.

3.      Tegas dalam hal kebenaran, harus sesuai Firman, pertahankan yang benar. Sekalipun memang resikonya ada. Yang ketiga ini seringkali kita dilema, kalau kita lakukan maka kita tidak dihormati, kalau kita lakukan Firman kita dibenci. Tetapi harus dilakukan, ini bukti kita menunjukan belas kasihan kepada orang yang nikahnya salah.

 

Firman itu memperbaiki kelakuan, memperbaiki yang salah. Ada beberapa kesalahan di dalam nikah yang harus diperbaiki.

1.      Kesalahan pada permulaan nikah:

a)      Sudah jatuh pada masa pacaran atau masa tunangan. Kalau sudah terlanjur terjadi kejatuhan bagaimana cara memperbaikinya? Segera minta ampun kepada Tuhan, kepada orang tua, kepada gembala. Setelah diakui jangan diperbuat lagi! Gembala mendoakan supaya Tuhan mengangkat nikah orang itu. Yang bersangkutan harus berjuang untuk bangkit. Jangan berpikir saya sudah kadung basah, mandi sekalian, jangan! Jangan diulang-ulang dosanya. Kenapa? Suatu saat bisa malu. 1 kali diulang masih bisa mengaku. 2 kali, 3 kali sudah malu untuk mengakuinya. Setelah malu mengaku, sudah malas untuk bertobat sampai sudah menikmati berbuat dosa, sudah tidak rasa apa-apa lagi. Jangan kita lakukan!

 

Yang sudah jatuh segera bangkit. Sebab suatu saat ketika Firman sudah tidak ada lagi maka orang yang sudah jatuh tidak akan bangkit lagi. Sekarang masih ada Firman, dengar Firman segera mengaku kalau salah. Minta ampun kepada Tuhan, mengaku kepada orang tua, kepada gembala, setelah diampuni jangan berbuat dosa lagi.

 

b)      Menikah sesuai selera daging atau pandangan daging. Dilihat cocok bagi dagingnya, tidak peduli berlawanan dengan Firman yang penting sesuai selera dagingnya.

Kejadian 6:1-3

6:1 Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,

6:2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.

6:3 Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."

 

Kaum muda jangan cuma karena lihat gantengnya, cantiknya, kayanya, mengikuti selera daging, pandangan daging. Orang tua juga jangan cuma lihat kaya, ada kedudukannya sehingga setuju anaknya menikah.

 

c)      Menikah diatur oleh adat istiadat nenek moyang, bukan diatur oleh Firman. Akhirnya di dalam nikah itu akan berisi roh durhaka, misalnya boleh cerai asal bayar denda.

Efesus 2:2

2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.

 

Efesus 2:2 (Terjemahan Lama)

2:2 yang dahulu kamu lakukan menurut istiadat dunia ini, ialah menurut kuasa penguasa di udara, yaitu roh yang lagi bekerja di dalam hati anak-anak durhaka.

 

Masuk roh durhaka dalam nikah, suami durhaka, isteri durhaka. Kalau dulu pernah dilakukan, sekarang kita sudah dengar Firman, jangan lagi lakukan itu. Biarlah kita turuti Firman saja.

 

d)      Kawin campur yaitu tidak satu iman, tidak satu keyakinan, tidak satu pengajaran. Kita mau dibawa pada satu tubuh Kristus, menyatu dengan Yesus sebagai Kepala. Kepala kita hanya satu itulah Yesus, Yesus itu logos, Yesus itu pengajaran, makanya harus 1 pengajaran. Khusus hamba Tuhan tidak satu imam, harusnya Lewi dengan Lewi.

 

Kalau kesalahan-kesalahan ini dibiarkan, tidak diperbaiki maka akibatnya:

Kejadian 6:4

6:4 Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.

 

Kalau dibiarkan maka nikah itu akan melahirkan raksasa. Artinya nikah itu hanya berisi hawa nafsu daging yang besar yang tidak terkontrol. Ini nikah hujatan, tidak akan pernah mencapai nikah yang rohani, tidak menjadi Mempelai Wanita Tuhan untuk menyatu dengan Yesus.

 

Kalau belum terlanjur kawin campur jangan dilakukan! Kalau sudah terlanjur kawin campur apa yang harus dilakukan?

a)      I Korintus 7:12-13

7:12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.

7:13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.

 

Alkitab bilang jangan bercerai, tetapi bertahan dan bergumul supaya pasangannya bisa selamat, bisa percaya Yesus, bisa menerima Firman pengajaran yang benar. Memang ada harga yang harus dibayar. Keluarga jangan malah mendorong untuk cerai, sebab Alkitab bilang jangan cerai! Bertahan dan bergumul supaya pasangan bisa menerima Yesus, bisa menerima pengajaran.

 

b)      I Korintus 7:14

7:14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.

 

Pasangan yang sudah dalam pengajaran berjuang untuk hidup kudus supaya pasangan yang beda pengajaran, beda keyakinan itu dikuduskan. Dan anak-anak yang ada adalah anak-anak kudus, bukan anak-anak cemar. Jadi itu bukan berzinah.

 

c)      I Korintus 7:15

7:15 Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.

 

Kalau pasangan yang beda keyakinan mau bercerai, dia sudah bebas, tidak terikat lagi. Tetapi jangan salah mengerti, bebas di sini bukan bebas untuk menikah lagi dengan orang yang satu pengajaran, satu keyakinan. Ini bebas yang dimaksud:

I Korintus 7:32-35

7:32 Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya.

7:33 Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya,

7:34 dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya.

7:35 Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.

 

Jadi bebas yang dimaksud melayani Tuhan dengan perhatian sepenuh tanpa gangguan apa-apa. Tidak terbagi-bagi lagi untuk mengurus isteri atau mengurus suami. Apalagi kalau beda keyakinan, beda pengajaran, lalu pasangannya menyerang terus. Kalau pasangan yang beda keyakinan atau beda pengajaran itu ingin bercerai maka dia bebas dalam arti melayani Tuhan dalam perhatian sepenuh tanpa gangguan lagi.

 

Kalau bebas untuk kawin lagi berarti bisa saja coba-coba menikah dengan yang tidak satu pengajaran, setelah itu cerai kemudian balik ulang ke pengajaran, atau coba dulu yang kedua, coba yang ketiga, kalau sudah puas baru balik menikah dengan yang satu pengajaran, jangan! Tidak boleh seperti itu!

 

Bebas yang dimaksud di sini adalah melayani Tuhan dengan perhatian sepenuh. Ini hikmat Tuhan lewat rasul Paulus, bukan hikmat manusia. Namun seringkali hamba Tuhan yang mau menerapkan hikmat Tuhan malah dicap tidak berhikmat, tidak punya perasaan. Kalau sudah tahu dia sudah salah menikah dengan yang diluar Yesus, lalu dia juga jual Yesus, dia jual pengajaran, itu semua sudah salah. Kalau mau memperbaiki kesalahannya hidup sendiri, layani Tuhan dengan perhatian sepenuh. bukan mau kawin lagi! Itu salah! Beda lagi kalau pasangannya mau ikut.

 

Untuk kebenaran, sekalipun kita ditinggal sendiri, jangan pakai perasaan daging. Tetapi yang harus kita perhatikan adalah perasaan Tuhan. Kenapa kepada manusia kita sungkan, kepada Tuhan bagaimana? Jangan takut kepada manusia tetapi takutnya kepada Tuhan. Kalau kita dalam kebenaran, Tuhan pasti bela.

 

Firman Tuhan digenapi, yang dulu “hosana, hosana, hosana” sekarang “salibkan, salibkan, salibkan”. Dimana-mana terjadi seperti itu. Yang dulu dukung-dukung tetapi kalau tidak sungguh-sungguh nanti berbalik salibkan dia. Perasaan Tuhan yang kita lihat, hati Tuhan bagaimana, sekalipun kita dibenci yang penting demi kebenaran. Biar dibilangi kita tidak berhikmat, tidak berperasaan yang penting kita ikuti hikmat Tuhan, kita peduli perasaan Tuhan, takut kepada Tuhan bukan takut kepada manusia.

 

2.      Kesalahan dalam perjalanan nikah diisi dengan kekerasan.

Maleakhi 2:16

2:16 Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel — juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!

 

Apa kekerasan dalam nikah?

a)      Kedudukan nikah tidak benar, nikah yang terbalik. Betul suami tidak pernah sakiti isteri karena dia takut isteri, isteri yang komando. Itu nikah diisi dengan kekerasan, nikah terbalik. Isteri dan anak menjadi kepala, suami tinggal iya, iya, iya. Tidak berani papanya bertindak sesuai Firman. Coba paksa orang berjalan kepala di bawah, tubuhnya di atas, itu kekerasan secara fisik.

I Korintus 11:3

11:3 Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.

 

Ini diatur oleh Tuhan. Kalau suami sudah diperintah, anak jadi kepala, isteri jadi kepala, Yesus tidak jadi kepala di situ, tidak ada Yesus di situ. Yang jadi kepala siapa? Waktu Hawa memberi buah terlarang dan Adam ikut saja memakan, siapa yang jadi kepala di situ? Ular! Ular yang jadi kepala dalam nikah seperti itu!  Apa yang terjadi? Berkat jadi kutuk. Biar isteri lebih pintar dari suami, tetap suami itu kepala. Mungkin anak lebih pintar dari orang tua, tetap papa itu kepala. Jangan dibalik-balik!

Yesaya 3:12

3:12 Adapun umat-Ku, penguasa mereka ialah anak-anak, dan perempuan-perempuan memerintah atasnya. Hai umat-Ku, pemimpin-pemimpinmu adalah penyesat, dan jalan yang kamu tempuh mereka kacaukan!

 

Akhirnya nikah itu tidak mencapai nikah yang rohani, tidak mencapai sasaran nikah karena isterinya jendril di situ.

 

b)      Kekerasan lewat kata-kata, bahkan sampai kekerasan lewat perbuatan. Dalam nikah binatang yang boleh disebut hanya merpati, di luar itu tidak boleh. Kenapa terjadi kekerasan? Karena banyak menuntut hak, tidak melakukan kewajiban. Maunya dia dilayani terus tetapi tidak pernah melayani.

I Korintus 7:3-4

7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.

7:4 Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.

 

Kewajiban suami mengasihi isteri. Kewajiban isteri tunduk kepada suami dalam segala hal. Lakukan dulu kewajiban baru terima haknya. Yang sekarang banyak terjadi menuntut hak, kewajibannya tidak dilakukan, akhirnya muncul kekerasan lewat kata-kata, lewat perbuatan. Lakukan dulu kewajiban sekalipun harus berkorban segalanya.

 

c)      Kekerasan dalam nikah itu mempertahankan kekerasan hati dalam wujud kebenaran diri sendiri, dia salah tetapi menyalahkan orang sehingga memicu perselingkuhan dan memicu perceraian.

Matius 19:8

19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.

 

d)      I Korintus 7:5

7:5 Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.

 

Boleh pisah untuk sementara waktu supaya bisa berdoa dan berpuasa. Kekerasan yang sering terjadi adalah biasa berpisah lama karena perkara jasmani, karena perkara daging. Tidak boleh! Itu membuat celah iblis masuk. Apalagi nikah masih muda biasa pisah lama, jangan!

 

Kalau sudah terlanjur bercerai apa yang harus dilakukan?

Roma 7:2-3

7:2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu.

7:3 Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.

 

Kalau sudah terlanjur bercerai harus bertahan untuk hidup sendiri dan melayani Tuhan dengan perhatian penuh. Kalau pasangannya sudah meninggal baru dia bebas untuk menikah lagi dengan yang satu pengajaran. Tetapi jangan berdoa puasa supaya dia cepat meninggal.

 

Bertahan untuk hidup sendiri itu bertujuan untuk memberi kesempatan pasangannya untuk bertobat dan rujuk kembali.

I Korintus 7:10-11

7:10 Kepada orang-orang yang telah kawin aku — tidak, bukan aku, tetapi Tuhan — perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya.

7:11 Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.

 

Teladannya adalah Tuhan. Tuhan menceraikan Israel perempuan murtad, Yehuda perempuan yang tidak setia. Tetapi mereka diberikan kesempatan untuk bertobat supaya rujuk kembali.

Yeremia 3:8,12-13

3:8 Dilihatnya, bahwa oleh karena zinahnya Aku telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya surat cerai; namun Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu tidak takut, melainkan ia juga pun pergi bersundal.

3:12 Pergilah menyerukan perkataan-perkataan ini ke utara, katakanlah: Kembalilah, hai Israel, perempuan murtad, demikianlah firman TUHAN. Muka-Ku tidak akan muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah hati, demikianlah firman TUHAN, tidak akan murka untuk selama-lamanya.

3:13 Hanya akuilah kesalahanmu, bahwa engkau telah mendurhaka terhadap TUHAN, Allahmu, telah melampiaskan cinta berahimu kepada orang-orang asing di bawah setiap pohon yang rimbun, dan tidak mendengarkan suara-Ku, demikianlah firman TUHAN."

 

Tetapi ada pengecualian, kecuali pasangan yang bercerai itu sudah menikah dengan orang lain, tidak boleh rujuk karena dia sudah dicemari.

Ulangan 24:1-4

24:1 "Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia pergi dari rumahnya,

24:2 dan jika perempuan itu keluar dari rumahnya dan pergi dari sana, lalu menjadi isteri orang lain,

24:3 dan jika laki-laki yang kemudian ini tidak cinta lagi kepadanya, lalu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu serta menyuruh dia pergi dari rumahnya, atau jika laki-laki yang kemudian mengambil dia menjadi isterinya itu mati,

24:4 maka suaminya yang pertama, yang telah menyuruh dia pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi isterinya, setelah perempuan itu dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di hadapan TUHAN. Janganlah engkau mendatangkan dosa atas negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.

 

Inilah hukum tentang pernikahan, kita sudah harus paham secara dalam dan kuat soal hal ini supaya kita tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama, atau kita menyetujui kesalahan di dalam nikah.

 

Bagaimana kalau sudah terlanjur menikah dalam nikah yang salah lalu punya anak? Tetap aturan Firman, bertahan untuk hidup sendiri, melayani Tuhan dengan perhatian sepenuh. Nasib anak bagaimana? Sama-sama bertanggung jawab membesarkan namun bukan lagi sebagai suami isteri tetapi sebagai kakak dan adik, dalam artian tidak boleh lagi lakukan hubungan suami isteri.

 

Itulah pengaturan Tuhan soal nikah. Daging ini memang sulit bahkan mustahil untuk menuruti Firman. Ketika saya sampaikan soal nikah ini, ada seorang yang sudah dalam keadaan seperti ini nikahnya, dia datang kepada saya dan minta didoakan supaya nikahnya bisa tertolong. Saya bilang kamu harus bertahan hidup sendiri, besarkan anakmu dengan mamanya sebagai kakak adik tetapi bukan sebagai suami isteri, tidak boleh lakukan hubungan suami isteri. Dia menangis dan minta didoakan, tetapi isterinya tidak menerima! Dan akhirnya mereka keluar dari penggembalan. Saya hamba Tuhan hanya menyampaikan Firman untuk memperbaiki yang salah di dalam nikah, dalam hubungan nikah rumah tangga kita supaya semua diperbaiki. Daging tidak mampu, sebab itu kita butuh Roh Kudus, minta kepada Tuhan, Dia pasti berikan.

 

Biarlah kita jaga nikah kita supaya bisa mengarah pada nikah yang rohani, pesta nikah Anak Domba Allah. Bagaimana cara menjaganya?

1.      Mendengar Firman pengajaran dan dengar-dengaran pada Firman pengajaran yang benar.

 

2.  Banyak menyembah, kepala dan tubuh dihubungkan dengan leher. Itu suatu penyembahan. Hubungan nikah kita tidak terputus, hubungan kita dengan Tuhan tidak terputus. Tuhan yang menjaga nikah kita, Tuhan menjadi kepala atas nikah kita, Tuhan yang memberi kekuatan kepada kita menghadapi masalah di dalam nikah. Dan Tuhan juga yang akan menyelesaikan masalah di dalam nikah kita sampai nikah kita bisa mencapai nikah yang rohani, nikah yang sempurna, menjadi Mempelai wanita Tuhan yang sempurna.

 

Kita berdoa untuk nikah kita, kalau sempat tercerai, ayo kita bergumul supaya Tuhan pulihkan. Kalau sempat rusak ayo berdoa supaya Tuhan pulihkan. Yang salah jangan diteruskan, yang salah jangan disetujui. Pertahankan apa yang benar sesuai Firman Tuhan sehingga arah kita jelas mencapai nikah yang sempurna, pesta nikah Anak Domba Allah.

 

GPT “Kristus Penebus”

Jl. Langgadopi No.4 Tentena

Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663

HP: 081334496911

Email: imamat_raja@yahoo.com

www.gptkp.blogspot.com

Tuhan Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar