Salam damai sejahtera di dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus.
Kisah Para Rasul 6:36-43
6:36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita — dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.
6:37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas.
6:38 Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami."
6:39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup.
6:40 Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.
6:41 Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.
6:42 Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.
6:43 Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.
Di sini Petrus berada dalam perjalanan pemberitaan Injil, sekarang menunjuk kegerakan Firman. Dalam perjalanan pemberitaan Injil, Petrus menyembuhkan Eneas dan membangkitkan Tabita. Jika kehidupan kita ada di dalam kegerakan Firman, maka kita akan mengalami kuasa kesembuhan dan kuasa kebangkitan. Terutama kesembuhan dari penyakit rohani dan kelepasan dari kuasa maut.
Kekasih kita mama Fendri secara tubuh telah meninggal dunia. Tetapi kita yakin, dalam kuasa Firman ada kuasa kebangkitan. Waktu Yesus datang kedua kali akan dibangkitkan dalam tubuh kemuliaan untuk menyambut Yesus di awan-awan. Raja Daud pernah berkata jarakku dengan maut hanya selangkah. Itulah keadaan kita, jarak dengan maut hanya satu langkah. Tetapi kalau langkah-langkah kita ada dalam kegerakan, maka ada kuasa kesembuhan dan kuasa kebangkitan.
Ada 3 macam maut yang membayangi kehidupan kita.
1. Maut secara tubuh.
2. Kematian rohani disebabkan oleh dosa sampai puncaknya dosa. Juga disebabkan oleh ajaran-ajaran palsu. Firman yang sudah diputar balik untuk kepentingan manusia.
Efesus 2:1
2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
II Petrus 2:1
2:1 Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.
Secara tubuh boleh mengalami kematian, tetapi kalau kita berada dalam kegerakan Firman, rohani kita hidup.
3. Maut kekal, kematian kekal di neraka. Kita harus berupaya terhindar dari maut ini. Kalau maut secara tubuh itu kedaulatan Tuhan, kita hanya bisa berdoa. Mama Fendri mengalami maut secara tubuh tetapi waktu Yesus datang, akan dibangkitkan menyambut Yesus di awan-awan.
Dorkas atau Tabita artinya rusa betina. Dalam kidung Agung rusa betina ada kaitannya dengan cinta mempelai.
Kidung Agung 2:7
2:7 Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!
Sulamit = mempelai wanita. Gereja Tuhan akan dibawa pada tingkatan rohani tertinggi yang disebut Mempelai Wanita Tuhan atau Tubuh Kristus yang sempurna. Itu semua dicatat dalam kitab Wahyu pasal 19 sampai 22.
Jadi Dorkas di sini gambaran kehidupan yang memiliki kasih mempelai. Biarlah itu ada pada diri kita. Kalau kita ada dalam kegerakan Firman, kehidupan yang cinta ibadah, kehidupan yang sungguh-sungguh melakukan Firman maka di dalam kita pasti ada kasih mempelai, kasih Tuhan. Yang dipraktekan dengan mengasihi Tuhan lebih dari segalanya, mengasihi sesama seperti diri sendiri, sampai mengasihi orang-orang yang memusuhi kita.
Sejak 2021 saya menggembalakan mama Fendri, beliau adalah kehidupan yang aktif beribadah melayani Tuhan, kehidupan yang cinta ibadah. Saya sebagai gembala kalau melihat jemaat yang cinta ibadah sampai garis akhir saya memuliakan Tuhan. Sampai garis akhir tetap mempertahankan imannya kepada Yesus. Itulah kehidupan yang mempertahankan kasih mempelai, kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama.
Dorkas ini banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah, sehingga ketika dipanggil oleh Tuhan, orang-orang menangisi dan menceritakan kebaikan-kebaikan yang pernah dia lakukan. Tetapi sayang dia sakit keras dan mati secara tubuh. Ini menunjukan masalah, itu suatu masalah yang berat bahkan masalah yang mustahil. Itu bisa melanda orang-orang yang sudah ada dalam kegerakan Firman. Jadi kita manusia tidak bisa luput dari masalah. Tuhan izinkan terjadi seperti yang dialami keluarga kekasih, ditinggal oleh isteri dan ibu tercinta, itu suatu masalah yang berat dan mustahil. Apakah dengan menghadapi masalah itu kita harus surut langkah dan kehilangan kasih? Justru kehidupan kita yang mengalami masalah seperti itu, semakin meningkatkan kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
Ketika Ayub diperhadapkan dengan pergumulan dan persoalan, hartanya habis, anak-anaknya meninggal, dia diizinkan mengalami penyakit kulit sampai tinggal kulit membungkus tulang, tetapi dia berkata apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?
Jadi orang yang memiliki kasih Tuhan juga diperhadapkan dengan masalah sampai masalah yang mustahil. Tetapi pelayanan kasihnya diperhitungkan oleh Tuhan. Pelayanan kasih mama Fendri diperhitungkan oleh Tuhan. Ada Firman yang berkuasa untuk membangkitkan = menghapus segala kemustahilan.
Begitu Dorkas meninggal, kebaikan-kebaikannya diceritakan. Inilah kehidupan kita manusia. Ketika orang masih ada, masih hidup, perhatian dari kita kurang. Tetapi begitu orangnya sudah dipanggil Tuhan baru kita mau bicara saya sayang dia! Kemarin saya nasihati si sulung, dia berkata saya sayang mama. Kita berkata sayang, tetapi semasa hidupnya apa yang telah kita lakukan kepada orang itu! Sekarang tunjukan sayangmu pada mama dengan berubah hidupmu! Mama sudah dipanggil Tuhan, tetapi masih ada papa di sampingmu, bisa kau tunjukan kasihmu kepada papa. Termasuk juga Ornan! Jangan nanti sudah meninggal baru bilang saya sayang sekali mama, saya sayang sekali papa. Waktu hidup mana sayangnya kita! Perilaku hidup malah menyakiti hati orang tua. Saya harus bicara ini sebagai hamba Tuhan, kalau diterima puji Tuhan, kalau tidak diterima berkatnya kembali kepada saya.
Rasa sayang kita mari kita tunjukan dengan sikap yang sudah mengalami keubahan. Seandainya dibalik yang dipanggil Tuhan adalah kita, apakah kita siap bertemu dengan Tuhan, sementara selama hidup kelakuan kita tidak betul! Kalau kita yang masih hidup belum berubah berarti orang yang katanya kita kasihi terus disakiti hatinya. Teladani kesetiaan orang yang kita kasihi. Teladani kasih mempelainya. Teladani hidupnya yang selama ini melayani Tuhan sungguh-sungguh. Itu kasih sayang yang sebenarnya, kasih sayang dipraktekan bukan hanya dimulut!
Suatu awasan bagi kita, sudah melayani dengan kasih mempelai, jangan sampai mati rohani. Yang belum mempunyai kasih mempelai, berjuang supaya memiliki kasih mempelai. Sudah melayani, sudah sungguh-sungguh dengan Tuhan, mengapa bisa kehilangan kasih mempelai? Kita kembali dalam Kisah Para Rasul pasal 9, yang menangisi Dorkas adalah para janda. Janda itu putus hubungan dengan suami, dengan kepala. Jadi kenapa bisa mati rohani? Karena hubungan dengan Yesus sebagai Kepala terganggu bahkan terputus. Bisa terganggu karena kesibukan hidup di dunia, karena kesulitan hidup di dunia dan yang paling sering terjadi karena masalah nikah dan buah nikah! Masalah dalam nikah dan buah nikah bisa menyebabkan beban pikiran, kecewa, putus asa dengan Tuhan sehingga penyembahan terganggu. Kelihatan dalam pelayanan semangat, main musik, paduan suara, tetapi penyembahan terganggu, tidak ada gairah lagi. Gairah dalam pelayanan kalau tidak disertai gairah dalam penyembahan, tidak bisa menghindarkan dari maut rohani.
Saya bersyukur papa Fendri tetap ada dalam kegerakan. Saya bersyukur juga Fendri tetap ada dalam kegerakan Firman, tinggal mau atau tidak. Ornan juga masih ada dalam kegerakan Firman. Suatu pohon yang sudah layupun, sudah busuk akarnya, tetapi dia masih mau mencium bau air, maka bersemilah dia kembali. Ini menunjuk kita, sudah busuk akarnya sekalipun, kalau masih mau mencium air Firman. Membuka hati mendengar Firman, bisa berdamai dengan Tuhan, bisa tumbuh kembali dan berbuah-buah.
Di dalam mempelai wanita Tuhan ada orang pemabuk, pemfitnah, pembunuh, pendosa dalam bentuk apa saja tetapi mau berdamai, maka Tuhan sanggup menolong. Dalam silsilah Yesus di dalamnya ada perempuan yang tidak baik, tetapi bisa masuk silsilah Yesus. Ada Tamar yang jatuh dengan mertuanya. Ada Rut perempuan Moab, Moab itu hasil hubungan ayah dengan anak. Ada Rahab yang jelas-jelas disebut perempuan sundal, masuk dalam silsilah Yesus. Kita semua manusia berdosa, tetapi Yesus sudah masuk di kayu salib menanggung semua dosa kita. Seruan terakhirNya di kayu salib, sudah selesai! Dosa apa saja Dia sanggup selesaikan, tinggal dari kita mau atau tidak. Kalau kita di luar kegerakan Firman, tidak ada yang bisa menolong. Tetapi kalau masih di dalam kegerakan Firman, begitu mencium bau air, bersemilah kembali.
Ayub 14:7-9
14:7 Karena bagi pohon masih ada harapan: apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh.
14:8 Apabila akarnya menjadi tua di dalam tanah, dan tunggulnya mati di dalam debu,
14:9 maka bersemilah ia, setelah diciumnya air, dan dikeluarkannyalah ranting seperti semai.
Kita bersyukur ada dalam kegerakan, ada Petrus, sekarang menunjuk gembala yang membimbing sidang jemaat yang Tuhan percayakan. Sekalipun sudah mati rohani, sudah seperti Lazarus yang mati dan busuk sekalipun, suara Firman penggembalaan sanggup membangkitkan, tinggal mau atau tidak.
Kalau yang rohani ditolong, yang jasmanipun ditolong, itu bagi Tuhan lebih mudah dari membalikkan telapak tangan. Pergumulan apa yang sudah mustahil? Yesus sanggup menolong. Papa Fendri sebagai orang tua tunggal, harus membina buah nikah yang ada. Tuhan sanggup menghapus segala kemustahilan.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar