20220219

Kebaktian Doa, Sabtu 19 Februari 2022 Pdt. Handri Legontu

Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

 

Yohanes 10:1-5

10:1 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

10:2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.

10:3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

10:4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

10:5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."

 

Syarat tergembala dengan benar dan baik:

1.      Masuk kandang penggembalaan

2.      Mendengar dan dengar-dengaran pada suara gembala

 

Untuk masuk kandang penggembalaan harus melalui pintu, tidak boleh lompat tembok. Hanya ada satu pintu yaitu pribadi Yesus yang telah mati di kayu salib.

Yohanes 10:7,9

10:7 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.

10:9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

 

Ini pintu untuk masuk kandang penggembalaan yaitu Yesus yang telah mati di kayu salib. Artinya tergembala merupakan langkah menempuh jalan salib. Makanya banyak yang tidak mau dan sistem penggembalaan dalam gereja sudah kabur, sudah tidak jelas lagi, karena orang tidak suka jalan salib. Hanya ada satu jalan untuk masuk ke ruangan maha suci yaitu ruangan suci, tidak bisa kita lompat. Mulai dari halaman percaya Yesus (pintu gerbang), bertobat (mezbah korban bakaran), baptisan air (bejana pembasuhan) lalu mau langsung lompat ke ruangan maha suci. Untuk ke ruangan maha suci harus melewati ruangan suci yaitu kandang penggembalaan.

 

Ruangan maha suci itu bentuknya empat persegi, itu menunjuk Yerusalem Baru kota empat persegi. Untuk sampai ke sana harus melalui ruangan suci, ruangan suci adalah kandang penggembalaan.

 

Wahyu 21:16

21:16 Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.

 

Hanya satu jalan untuk masuk Yerusalem Baru yaitu tergembala dengan benar dan baik, masuk dalam kandang penggembalaan, masuk ruangan suci sama dengan jalan salib. Kalau peribahasa dunia banyak jalan menuju Roma, kalau ke sorga yaitu Yerusalem Baru cuma satu jalan yaitu jalan salib, tergembala dengan benar dan baik. Kalau kita tidak tergembala maka Yerusalem itu hanya impian yang tidak pernah menjadi kenyataan.

 

Mengapa hanya ada satu jalan?

1.      Kalau ada banyak jalan maka daging pasti memilih yang sesuai keinginannya, yang enak bagi daging. Satu jalan, jalan salib, mau pilih yang enak bagi daging tidak ada. Misalkan untuk masuk sorga bisa lewat berbuat amal kebaikan, tidak usah tergembala yang penting berbuat amal sudah masuk sorga. Maka orang pasti pilih itu dari pada tergembala, yang penting saya buat baik, tidak merugikan orang lain, tetapi tidak bisa! Sebab hanya ada satu jalan. Kalau sudah keinginan daging yang dituruti maka menghasilkan perbuatan dosa.

Yakobus 1:15

1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.

 

Jangan sampai kita beri peluang daging ini menuruti keinginannya. Begitu dituruti keinginan daging maka berbuahkan dosa dan melahirkan maut.

 

2.      Kalau ada banyak jalan bisa tersesat, terhilang dan binasa, tidak mencapai tujuan. Sebab itu mari kita tetap tergembala supaya tidak tersesat.

I Petrus 2:25

2:25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

 

Perjalanan ke Yerusalem Baru dinubuatkan perjalanan bangsa Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan. Mereka melewati padang gurun yang tidak enak bagi daging. Jalan yang masih ada pohon-pohon saja sudah panas, apalagi kalau pohon-pohonnya tidak rindang. Ini melewati padang gurun yang panas.

Keluaran 15:22-25

15:22 Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.

15:23 Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.

15:24 Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"

15:25Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,

 

Keluaran 15:1-21 terkena bejana pembasuhan. Ayat 22 sampai 27 sudah masuk pintu kemah. Langkah awal bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka menyeberangi laut Teberau. Setelah berhasil menyeberangi laut Teberau, di tepi laut mereka bernyanyi-nyanyi bahagia. Setelah itu 3 hari mereka melewati padang gurun Syur. 3 hari menunjukan pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus, itu salib. Jadi perjalanan bangsa Israel melewati padang gurun Syur menunjukan jalan salib. Melewati laut Tebarau sekarang secara rohani menunjukan masuk baptisan air yang benar. Setelah dibaptis, senang, nyanyi-nyanyi, sukacita. Banyak orang Kristen setelah dibaptis sudah puas, pikirnya sudah sampai finish. Harus dilanjutkan menempuh perjalanan 3 hari di padang gurun Syur, harus menempuh jalan salib, harus tergembala.

 

Jalan salib ditandai 3 hal:

1.      Syur artinya benteng yang sulit ditembusi. Arti rohani bagi kita masalah yang tidak terselesaikan, seperti menghadapi jalan buntu, bahkan mustahil. Ada yang berkata “saya tergembala koq tidak selesai masalah saya”. Ada lagi yang berkata “sebelum tergembala hidup saya enak, tidak susah. setelah saya tergembala koq saya susah om, sengsara saya rasa”. Saya terangkan dan dia kuat kembali. Kalau tergembala kita menghadapi syur, melewati jalan salib kita menghadapi syur yaitu benteng yang sulit ditembusi. Itu menunjuk masalah-masalah sampai jalan buntu. Dulu sebelum tergembala sehat, begitu tergembala koq stroke. Jemaat di Tonusu katakan tetapi saya dikuatkan brur, kalau saya tidak sakit seperti ini, tidak tahu bagaimana hidup saya. Tetapi keluarganya menganggap dia kena kutuk, siapa suruh tinggalkan organisasi yang lama. Biar kita tergembala dengan sungguh-sungguh.

 

2.      Tidak ada air. Ini menunjukan sengsara bagi daging. Beda lapar dengan haus. Kalau haus sengsara sekali, dehidrasi. Kalau lapar masih bisa minum. Kalau haus masa bisa makan, kalau makan malah tambah haus.

 

3.      Air pahit. Ini menunjukan kepahitan hidup. Satu ibu karena mau tergembala, dari organisasi lain dia masuk dan mulai setia tergembala. Pas dia pulang dari kebun suaminya pergi tinggalkan rumah. Jadi dia bingung, mau pergi ibadah bagaimana, mau  masuk mandi rumah terkunci. Untung ada baju gereja yang baru selesai dia cuci itu yang dia pakai. Sangking pahitnya keluar bahasa “biar saja suami saya jadi alas neraka!”. Lalu satu saat disampaikan Firman jangan berkata begitu, siapa tahu satu saat Tuhan bisa jamah hatinya dan bisa kembali.

 

Kita ini menghadapi kepahitan. Apalagi kalau satu rumah belum sama-sama tergembala. Yang belum tergembala ini yang menekan sehingga kita mengalami kepahitan hidup.

 

Jangan heran ketika mau tekun tergembala dengan benar dan baik, 3 hal ini Tuhan izinkan terjadi, supaya menjadi ujian bagi kita, apakah kita mau terus maju mencapai kemuliaan bersama Yesus di Yerusalem Baru atau mundur, tidak mau lagi mengikut Yesus, tidak mau tergembala.

 

Ada 2 sikap ketika menghadapi jalan salib:

1.      Bersungut-sungut seperti orang Israel = menolak salib karena pikiran dan perasaan daging. Bersungut-sungut itu dari pikiran dan perasaan salib “ikut Yesus kenapa susah, saya pikir dalam pengajaran ada mujizat, ternyata tidak ada!” jangan-jangan berpikir dalam pengajaran tidak ada solusi. Itu pikiran perasaan daging yang bermain. Apa yang terjadi dulu bagi bangsa Israel merupakan pelajaran dan peringatan bagi kita yang hidup di akhir zaman.

I Korintus 10:6,11

10:6 Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,

10:11 Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.

 

Kita yang hidup di akhir zaman jangan ikut-ikutan bangsa Israel yang bersungut-sungut. Di padang gurun berulang kali mereka bersungut-sungut bahkan minta mati saja di Mesir dari pada mati di padang gurun. Lebih baik sengsara menderita tetapi masih dapat makan daging, ikan, biar diperbudak yang penting dapat mentimun, bawang, semangka dan lain-lain. Jangan seperti itu, sebab ketika kita bersungut-sungut kita berhadapan dengan malaikat maut untuk dibinasakan. Sudah selamat dari Mesir, keluar dari perbudakan dosa, kemudian menyeberang laut Teberau, sudah masuk dalam baptisan air. Lalu ketika diizinkan melewati jalan salib, tergembala, mengalami masalah yang tidak selesai, penderitaan, kepahitan hidup lalu bersungut-sungut, maka tidak ada gunanya perjalanan keluar dari Mesir, mati di tengah jalan sebab berhadapan dengan malaikat maut.

I Korintus 10:10

10:10 Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.

 

Jangan bersungut-sungut, nanti berhadapan dengan malaikat maut. Datang ibadah, lalu hujan di tengah jalan. Kalau bersungut-sungut bisa saja malaikat maut datang, tabrakan, celaka. Bagaimana sudah nasibnya kalau seperti itu! Yah sudah biar saja kalau hujan, tetap puji Tuhan pada setiap hari. Tidak usah bersungut, apa yang kita hadapi itu jalan salib. Sikap yang salah itu bersungut sehingga bertemu malaikat maut, rohaninya mati, binasa, jasmaninya juga bisa ikut mati. Sebaliknya ketika kita mau menempuh jalan salib justru hidup, rohani hidup.

 

2.      Seperti Musa berseru-seru kepada Tuhan =  menyembah Tuhan. Mengalami kepahitan hidup karena tergembala yah sembayang, menyembah. Ada sengsara bagi daging, yah menyembah. Ada masalah sampai masalah yang tidak kunjung selesai yah menyembah. Mau bikin apa lagi, mau berseru-seru kepada orang lain? Banyak kali begitu sengsara berseru-seru di media sosial, berseru-seru secara langsung kepada orang lain. Yah seharusnya berseru-seru sama Tuhan, menyembah haleluya, bukan mau berseru kepada orang lain, bukan mau berseru-seru di media sosial “aku lagi galau nih”. Jangan begitu, apalagi kalau pengerja “lagi dimarahi om gembala nih, padahal akukan ngak salah!”. Nanti kalau saya baca, saya marahi di media sosial!

 

Saat Musa berseru-seru kepada Tuhan, Tuhan tunjukan sepotong kayu.

Keluaran 15:25

15:25 Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,

 

Tuhan menunjukan sepotong kayu artinya dalam doa penyembahan kita bisa memandang Yesus yang mati di kayu salib dengan 5 luka utama, 2 di tangan, 2 di kaki untuk menyelamatkan bangsa Israel dan luka ke-5 di lambung untuk menyelamatkan kita bangsa kafir, sehingga kita bisa menyadari bahwa penderitaan kita belum sebanding dengan penderitaan Yesus!

 

Ayo kepahitan hidup apa yang kita alami? Tidak dipedulikan orang? Ditinggal sendiri? Mana lebih pahit kita dengan Yesus di kayu salib, sampai Allah Bapa meninggalkanNya. saya. Mungkin ada yang berkata “saya sengsara perasaan!”. Mana lebih sengsara dengan Yesus, Dia mati di kayu salib, bukan uma perasaan, fisikNya, batinNya semua hancur. Dalam perjamuan Paskah itu hatiNya sudah hancur mengetahui Yudas mengkhianati Dia! Di taman Getsemani hatiNya hancur melihat murid-murid berdoa dan tertidur, bukannya mendukung dalam doa. Apalagi melihat Yudas datang mencium mengkhianati Dia dan semua murid lari. Di halaman imam Kayafas, Petrus menyangkali Dia. Bagaimana hati Yesus saat itu? Waktu disalibkan, orang yang beberapa hari lalu berteriak “hosana bagi Anak Daud” sekarang berseru “salibkan Dia” dan menghujat Yesus.

 

Dengan penyembahan kita bisa memandang Yesus yang mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita, sehingga kita menyadari bahwa segala penderitaan kita tidak sebanding dengan penderitaan Yesus, maka kita menjadi kuat kembali. Mungkin ada isteri yang tidak dipeduli lagi oleh suaminya, ada Tuhan yang peduli. Mungkin ada anak-anak yang masuk dalam pengajaran dan orang tuanya belum lalu orang tua tidak anggap lagi. Atau kebalikan, orang tua masuk dalam pengajaran sehingga anak-anak sudah tidak peduli lagi, dibiarkan saja urus diri sendiri, kalau perlu kasih masuk saja di panti jompo. Penderitaan kita belum sebanding dengan penderitaan Yesus, dan tidak akan pernah sebanding.

 

Jadi saat kita diperhadapkan dengan penderitaan, jalan keluarnya tidak ada yang lain selain memandang korban Kristus, pandang salib Yesus. Praktek memandang salib Kristus:

a)      Koreksi diri lewat ketajaman Firman pengajaran yang benar. Kalau ada dosa segera diselesaikan. Kenapa saya mengalami kepahitan, kenapa suami saya tidak peduli lagi, suami kasar sama saya, koreksi diri. Oh ada salahku Tuhan, ada pantas suami berbuat seperti itu. Anak saya sudah tidak peduli saya sedangkan saya sudah tua, padahal saya berharap mereka yang menolong menopang saya. Ayo koreksi diri, bukan langsung bersungut-sungut seperti orang Israel tadi. Koreksi diri lewat ketajaman Firman pengajaran, kalau ada dosa segera diselesaikan. Ini memandang salib, karena di kayu salib Yesus menyelesaikan dosa kita. Dia tidak berdosa dijadikan dosa untuk menyelamatkan kita manusia yang berdosa. Jadi yang diakui di kayu salib adalah dosa-dosa kita. Kita juga begitu, pandang salib koreksi diri, ada dosa segera selesaikan “Tuhan ampuni saya”. Kalau dosa kepada sesama, segera datang dan selesaikan.

 

Saya pernah berniat jahat sama teman saya. Lalu setelah saya sudah jadi gembala Tuhan ingatkan “dosamu sama temanmu belum kamu selesaikan!”. Kami satu kelas tetapi kayak kucing dengan anjing, tidak akur bahkan pernah berkelahi. Kemudian saya berniat begitu kelulusan saya kasih hancur dia, pokoknya setelah terima ijazah kasih hancur, kasih tinggal. Tetapi begitu pengumuman saya lulus, dia tidak lulus, kasihan juga, jadi saya biarkan. Sudah bertahun-tahun Tuhan ingatkan niat jahatmu sama temanmu, kamu tidak selesaikan. Saya sudah tidak tahu dia di mana. Tiba-tiba ketemu di media sosial, ternyata dia sudah di seberang pulau. Saya minta maaf dan minta ampun niat jahat sama dia. Dia juga minta maaf sama saya. Selesaikan semua, plong.

 

Jadi kalau kita mau mengaku, sekalipun kita berpikir orang itu sudah tidak ada, Tuhan akan buka jalan, yang penting ada niat mau mengaku. Kecuali kalau sudah meninggal, mau bikin apa. Kalau dia masih hidup, apalagi kita tahu di mana dia berada, punya nomor telponnya, selesaikan semuanya. Itu pandang salib Kristus. Walaupun malu ayo selesaikan! Yesus di kayu salib ditelanjangi, kita mengaku dosa tidak sampai ditelanjangi.

 

b)      Mengucap syukur menyembah Tuhan, itu memandang salib.

Lukas 22:17,19-20

22:17 Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu.

22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."

22:20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.

 

Yesus menghadapi salib Dia mengucap syukur, begitu juga kita. Dalam penderitaan kita tidak sampai seperti Yesus mati di kayu salib. Mari kita mengucap syukur menyembah Tuhan.

 

Dengan sepotong kayu tadi, air yang pahit menjadi manis. Kalau kita bisa mengoreksi diri lewat ketajaman pedang Firman dan kalau kita temukan dosa kita selesaikan dan kita bisa mengucap syukur menyembah Tuhan maka hasilnya air yang pahit menjadi manis. Artinya Roh Kudus dicurahkan mengurapi dan memenuhi kehidupan kita. Jalan salib itu harus kita tempuh, tergembala itu langkah menempuh jalan salib. Tetapi dibalik salib ada Roh Kudus. Yesus harus mati, bangkit dan naik ke sorga untuk mencurahkan Roh Kudus kepada kita. Begitu juga kita, tempuh jalan salib maka Roh Kudus kita terima. Omong kosong kalau kita bilang ada Roh Kudus tetapi maunya cuma yang enak bagi daging, yah itu bukan Roh Kudus! Kalau kelihatan berbahasa roh, itu hanya dibuat-buat. Roh Kudus yang asli itu kalau kita mau menempuh jalan salib. Kalau di gereja diajar hanya yang senang-senang, bukan menghakimi tetapi dapat dipastikan itu bukan Roh Kudus.

 

I Petrus 4:12-14

4:12 Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.

4:13 Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.

4:14 Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.

 

Kalau dinista dan menderita, ada Roh Kudus, ini Roh Kudus yang benar, dibalik salib ada Roh Kudus, harus salib dulu baru Roh Kudus. Semoga kita bisa menerima pencurahan Roh Kudus. Sore ini Roh Kudus mau dicurahkan kepada kita, tergembalalah sungguh-sungguh, jangan takut. Kepahitan hidup kita hadapi, penderitaan, masalah, jangan takut, ada Roh Kudus.

 

Kegunaan Roh Kudus.

a)      Roma 5:5

5:5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

 

Roh Kudus mencurahkan kasih Allah di hati kita sehingga kita tidak kecewa, tidak putus asa, justru kita bahagia di tengah penderitaan. Ini yang tidak bisa dicerna oleh akal manusia, orang menderita tetapi koq berbahagia. Kalau ada Roh Kudus membuat kita tidak kecewa, tidak putus asa, justru bahagia di tengah penderitaan. Pulang nanti sekalipun masih menghadapi masalah tetapi hati sudah damai, hati sudah bahagia, tidak lagi kecewa, tidak lagi putus asa.

 

b)      Zakharia 4:6-7

4:6 Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam. 

4:7 Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!"

 

Masalah yang kita hadapi mungkin bagaikan gunung yang besar, benteng yang sulit ditembusi, semua menjadi rata. Ini Roh Kudus memberikan jalan keluar bagi kita dari segala masalah. Menghapus kemustahilan, bahkan memberikan masa depan yang indah dan manis. Roh Kudus menyelesaikan semua bagi kita. Jangan takut, jangan putus asa, ada Roh Kudus yang menyelesaikan semuanya. Kita diberikan kebahagiaan di tengah penderitaan, kemanisan di tengah penderitaan, kemudian diselesaikan lagi masalah kita. Semua selesai, masalah selesai, bahagia, tetapi kalau masih tetap manusia daging, tidak bisa tembus juga dalam kerajaan sorga. Makanya ada kegunaan yang terakhir.

 

c)      Roh Kudus mengubahkan.

Titus 3:5

3:5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,

 

Roh Kudus mengubahkan kita. Mulai dari apa? Tadi air itu diminum, pahit dirasa di mulut, manis dirasa juga di mulut. Jadi Roh Kudus mengubahkan mulai dari lidah. Yang sebelumnya mungkin menimbulkan perkataan-perkataan yang memahitkan hati orang, perkataan-perkataan yang sia-sia, perkataan-perkataan yang hanya melemahkan orang, diubahkan menjadi perkataan yang manis yaitu perkataan yang menjadi berkat bagi sesama. Selalu mengucap syukur, tidak ada lagi persungutan, hanya menyembah Tuhan. Sampai nanti tidak salah lagi dalam perkataan, itu sama dengan sempurna menjadi Mempelai Wanita Tuhan. Biar Roh Kudus mengurapi memenuhi kita, mengurapi kita sampai kita memiliki perkataan manis.

Yakobus 3:2

3:2 Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

 

Biarlah perkataan kita manis sekalipun dalam penderitaan. Saat menderita kadang perkataan kita keluar yang tidak baik. Perkataan yang manis ini menentukan semua menjadi manis. Ayo perkataan kita di ubahkan sore ini. Dalam penderitaan, dalam pergumulan, menghadapi jalan salib bukan bersungut, bukan saling mempersalahkan tetapi mengeluarkan perkataan yang manis didengar Tuhan, semua menjadi manis, sampai nanti yang termanis kita masuk di Yerusalem Baru, menjadi Mempelai Wanita Tuhan, bersanding dengan Yesus Mempelai Pria Sorga.

 

 

Tuhan Memberkati.

GPT “Kristus Penebus”

Jl. Langgadopi No.4 Tentena

Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663

HP: 081334496911

Email: imamat_raja@yahoo.com

www.gptkp.blogspot.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar