20220109

Kebaktian Umum, Minggu 9 Januari 2022 Pdt. Handri Legontu

Salam damai sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

 

Wahyu 12:10

12:12 Karena itu bersukacitalah,  hai sorga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya,  celakalah kamu, hai bumi dan laut!  karena Iblis telah turun kepadamu,  dalam geramnya yang dahsyat,  karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat."

Bumi dan laut menghadapi geramnya iblis yang dahsyat yang akan diwujudkan dengan tampilnya antikristus berkuasa penuh selama 3,5 tahun di bumi ini. Itulah kegelapan paling gelap yang disertai ratap tangis dan kertak gigi. Bagi gereja Tuhan yang tertinggal akan menghadapi aniaya antikristus yang dahsyat yang belum pernah terjadi dan tidak akan terjadi lagi.

 

Yang menghadapi itu adalah bumi dan laut. Tentu yang dimaksud bumi dan laut ini bukan yang jasmani, masakan laut mau dianiaya. Bumi menunjukan orang Kristen yang menjalankan hidup yang rusak. Merusak ibadah dan merusak dirinya sendiri lewat dosa sampai puncaknya dosa. Laut menunjuk kehidupan yang fasik.

Yesaya 57:20-21

57:20 Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur.

57:21 Tiada damai bagi orang-orang fasik itu," firman Allahku.

 

Orang fasik ini kelihatan tergembala, ada dalam ibadah tetapi hanya menyelusup.

Yudas 1:4

1:4  Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.

 

Secara kasat mata dia ada dalam penggembalaan, beribadah, kelihatan bertekun tetapi hanya menyelusup. Orang seperti ini sudah ditentukan Tuhan untuk dihukum. Kita harus waspada, jangan sampai kita beribadah tetapi ditentukan Tuhan hanya untuk dihukum dan binasa. Kita sudah buang waktu, energi, dana beribadah tetapi hanya untuk dihukum. Yang jauh-jauh datang ibadah, yang tergembala secara online, kemudian hanya untuk dihukum, jangan terjadi.

 

Mengapa ditentukan Tuhan untuk dihukum?

1.      Karena menyalahgunakan kasih karunia Tuhan.

2.      Karena menyangkal Yesus satu-satunya penguasa

 

Kita membahas poin kedua. Menyangkal Yesus sebagai satu-satunya penguasa berarti menyangkal Yesus sebagai Raja. Sudah beribadah tetapi ada penyangkalan. Dari 12 murid, 1 murid menyangkal itulah Petrus. Sudah bersama-sama dengan Yesus tetapi dia menyangkal. Syukur Petrus sadar dan bertobat. Yudas sadar, menyesal tetapi tidak bertobat, makanya dia binasa.

 

Yohanes 18:37-38a

18:37 Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."

18:38a Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"

 

Yesus lahir sebagai Raja untuk bersaksi tentang kebenaran. Jadi Yesus itu adalah Raja kebenaran yang mengatur hidup kita. Makanya dikatakan Yesus satu-satunya penguasa, tidak ada yang lain. Yang boleh mengatur kita hanya Yesus, tidak boleh yang lain. Jadi pemerintah tidak boleh mengatur? Di sekolah guru tidak boleh mengatur? Kalau diatur oleh Firman otomatis taat sama pemerintah, di sekolah taat sama guru, anak-anak kalau taat pada Firman di rumah pasti taat sama orang tua. Yesus adalah Raja kebenaran yang mengatur seluruh hidup kita. Jadi menyangkal Yesus sebagai Raja berarti tidak mau diatur oleh Firman sebab dalam dirinya hanya ada kebenaran diri sendiri. Sulit orang seperti ini untuk bertobat, tetapi selama masih ada Firman masih mendapat kemurahan untuk ditolong.

 

Kebenaran diri sendiri ini orang berdosa mau membenarkan diri dengan menyalahkan orang lain, menyalahkan Tuhan sampai menyalahkan setan. Sejak dari taman Eden dosa kebenaran diri sendiri ini terus berkembang. Mari kita lihat dosa kebenaran diri sendiri ini.

1.      Kejadian 3:11-13

3:11 Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"

3:12 Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."

3:13Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."

 

Dosa kebenaran diri sendiri melanda kehidupan nikah anak-anak Tuhan. Kita lihat di sini suami isteri saling menyalahkan. Nanti salahkan Tuhan, salahkan Firman. Kemudian kalau sudah tidak puas lagi salahkan setan. Kenapa kau pukul isterimu? Setan yang goda. Kenapa kau tinggalkan suamimu? Dijawab setan yang suruh, setan lagi yang salah.

Sudah saling mempersalahkan, Tuhan disalahkan nanti setan disalahkan. Berarti kebenaran diri sendiri menjadikan keras hati sehingga timbul perceraian. Suami bilang saya benar, isteri bilang saya benar, akhirnya pisah. Saya juga pernah mengalami dengan isteri. Saya bilang saya benar, dia juga bilang saya benar, jadinya pisah saya di luar dia di kamar. Begitu minta ampun saya salah dia juga mengaku saya salah, berpelukan, kembali menyatu. Itu kebenaran dari Tuhan, bukan saling mempersalahkan.

 

Nikah tidak menjadi satu lagi, bahkan kalau kita baca nikah itu telanjang. Bahaya kebenaran diri sendiri ini, bukan enak, nikah jadi telanjang.

Kejadian 3:7

3:7  Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

 

Telanjang di sini tidak ada yang melindungi. Dosa masuk dalam bentuk laki-laki lain, perempuan lain. Telanjang ini tidak ada perlindungan, terbuka, setan mau serang dari berbagai sisi terbuka, tembus semua. Tidak heran ada suami tega bunuh isteri, isteri bunuh suami dan lain sebagainya, karena ada kebenaran diri sendiri.

 

Akibatnya kalau kita baca selanjutnya Adam dan Hawa dikutuk, nikah dalam suasana kutukan. Tidak enak, suasana kutukan itu penuh air mata, penuh kepahitan, tidak ada lagi kebahagiaan. Yang tadinya mau makan buah apa tinggal ambil, ada semua di situ. Tuhan kutuk Adam kau akan mencari rejekimu dari tanah, tetapi onak dan duri yang kau hasilkan. Suasana kutukan semuanya itu. Tidak ada istilah bercerai untuk kebaikan, tidak ada! Yang ada kepahitan, kutukan, air mata, tidak ada kebahagiaan.

 

Sebab itu Tuhan berikan rumus supaya nikah kita bisa menyatu.

Efesus 5:31-32

5:31 Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

5:32 Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.

 

Ini rumus nikah, satu suami ditambah satu isteri sama dengan satu daging. Kalau rumus matematika 1+1=2. Kalau rumus nikah       1           V            1    = 1

                                                                                

                                                              Suami    SALIB    Isteri

 

Dalam nikah yang benar di antara suami dan isteri hanya boleh ada salib Yesus. Prakteknya saling mengaku dan saling mengampuni, yang salah mengaku yang benar mengampuni. Tidak akan pernah bercerai. Menyatu untuk mengarah pada nikah yang benar dengan Yesus sebagai kepala.

 

Ada satu bapak kena ajaran sekte yang menyesatkan. Mereka diajar tinggalkan semua perkara dunia dan mereka akan ramai-ramai naik ke gunung tidak akan turun-turun lagi. Sudah ada masuk di Tentena ini. Bapak itu berkata sama isterinya kalau kamu tidak mau ikut saya, saya tinggalkan. Kalau dari Tuhan masa seperti itu, mau meninggalkan isterinya.

 

Jangan sampai kita kena sekte yang menyesatkan ini. Sudah banyak yang seperti ini terjadi. Ujung-ujungnya bubar. Tunggu Tuhan, tidak datang-datang juga, padahal sudah jual semua hartanya. Menanti Tuhan bukan seperti itu, sungguh-sungguh kita beribadah melayani Tuhan. Silahkan tetap bekerja, bersekolah, tetapi rohani dalam keadaan berjaga-jaga.

 

Ini rumus nikah 1+1=1. Kalau nikah sudah menjadi satu akan mengarah pada kesatuan yang lebih besar, itulah pesta nikah Anak Domba Allah.

 

2.      Bilangan 12:1-2,10-12

12:1 Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush.

12:2 Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.

12:10  Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!

12:11 Lalu kata Harun kepada Musa: "Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami.

12:12 Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya."

 

Musa menunjukan gembala. Miryam dan Harun menunjukan jemaat. Jadi kebenaran diri sendiri yang kedua melanda penggembalaan, melanda ibadah pelayanan. Di sini disebut putih tetapi kusta. Kelihatan benar tetapi kusta. Musa dikatakan salah, jemaat kelihatan benar. Di sini kita lihat Miryam dan Harun yaitu jemaat merasa lebih benar dari gembala yaitu Musa sehingga berani mengata-ngatai gembala. Kalau sudah seperti ini menunjukan kekerasan hati juga. Memang Musa kelihatan salah, sudah punya isteri ambil lagi perempuan Kush, langsung dikata-katai Miryam dan Harun.

 

Gembala manusia daging tidak terlepas dari kekurangan sama seperti jemaat. Kalau ada kesalahannya didoakan, bukan dikata-katai. Kecuali pengajarannya sudah salah, silahkan tinggalkan! Apa lagi yang bisa membentuk kita kalau ajarannya sudah salah. Kalau ajarannya benar itu yang bisa membaharui kehidupan kita sekalian. Kalau jemaat mengata-ngatai gembala maka jemaat menjadi keras hati dan tidak bisa mendengar Firman. Biar gembala sudah mau putus urat lehernya tidak akan masuk. Karena dia sudah berani kata-katai, dia anggap salah, sesat dan sebagainya! Sebaliknya saya gembala juga dikoreksi. Kalau saya mengata-ngatai jemaat, maka pasti memberitakan Firman dengan emosi, bukan dengan kemurnian hati. Sehingga jemaat keluar karena tidak tahan mendengar.

Saya bukan Musa, tetapi saya mau belajar bersikap seperti Musa. Musa orang paling lembut hatinya di bumi ini, walau dikata-katai dia tidak membalas.

Bilangan 12:3

12:3 Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.

 

Saya dikata-katai, jangan balas mengata-ngatai. Koreksi diri, kalau saya salah saya minta ampun. Kalau tidak salah, diam saja, serahkan pada Tuhan dan Tuhan pasti menjadi pembela. Dalam penggembalaan, jemaat dan gembala sama-sama jaga hati, jaga mulut, jaga sikap supaya aman. Gembala dan jemaat yang ada kebenaran diri sendiri sehingga berani mengata-ngatai nasibnya sama. Apa itu? Seperti bayi yang gugur. Artinya tidak akan pernah mengalami keubahan hidup, hanya berbau busuk di dalam penggembalaan. Belajar diam, kalau kita memang salah minta ampun, kalau benar yah diam saja tidak usah bereaksi, serahkan sama Tuhan. Tuhan tolong jangan ada kebenaran diri sendiri.

 

Kalau kebenaran diri sendiri sudah melanda nikah, melanda penggembalaan maka akan meningkat pada poin ketiga. Kalau sudah sampai pada poin ketiga ini sudah tidak bisa bertobat!

 

3.      Wahyu 16:9

16:9  Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat, dan mereka menghujat nama Allah yang berkuasa atas malapetaka-malapetaka itu dan mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia.

 

Menghujat Tuhan, menyalahkan Firman, sudah tidak bisa bertobat lagi. Firman yang memperbaiki kehidupan kita, kalau sudah dihujat, apalagi yang memperbaiki kehidupan itu. Sudah tidak ada kuasa yang bisa memperbaiki kehidupannya. Sekalipun dihajar tidak akan bertobat, malah semakin menghujat. Ini bahaya, sampai akhirnya sudah menjadi sama dengan setan.

 

Saya merasa ngeri kalau melihat ada perilaku seperti ini dalam nikah dan penggembalaan. Saya berdoa jangan sampai kebenaran diri itu masuk dalam diri saya. Merasa diri benar sampai saya berani kata-katai hamba Tuhan lain, berani kata-katai jemaat padahal jemaat itu benar sungguh-sungguh melayani Tuhan, bahaya. Kalau Firman sudah dia salahkan, biar dihajar dia tidak akan bertobat lagi, sudah seperti setan!

 

Jangan tunggu dihajar, tidak enak dihajar Tuhan. Lebih baik sekarang minta ampun kepada Tuhan kalau kita salah. Masa enak dihajar.  

 

Dosa kebenaran diri sendiri adalah penghambat penyatuan Tubuh Kristus yang sempurna. Kita lihat satu contoh 10 orang kusta.

Lukas 17:11-12

17:11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.

17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh

 

Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ini nubuatan bagi kita. Perjalanan ke Yerusalem menunjuk perjalanan ke Yerusalem Baru, kita mau menuju ke sana sebagai Tubuh Kristus yang sempurna, disebut juga Mempelai Wanita Tuhan. Samaria menunjukan bangsa kafir, bangsa non Yahudi, sebab orang Samaria adalah hasil perkawinan campur antara orang Israel dan bangsa lain. Jadi waktu terjadi pembuangan, penduduk asli Samaria dibuang dan didatangkan bangsa lain sehingga terjadi asimilasi, perkawinan campur, itu menunjukan kita bangsa kafir. Galilea menunjuk bangsa Israel. Yang menghambat ada 10 orang kusta, putih tetapi kebenaran diri sendiri. Itulah yang menghambat dalam nikah tidak bisa menyatu, dalam penggembalaan tidak bisa menyatu, antara penggembalaan tidak bisa menyatu, apalagi mau menyatu dengan orang Israel asli. Kalau ada kebenaran diri sendiri tidak akan pernah menyatu.

 

Lalu bagaimana cara Tuhan menyatukan?

Efesus 2:13-16

2:13 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.

2:14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,

2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, 

2:16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.

 

Cara Yesus menyatukan lewat belas kasihanNya yang diwujudkan dengan pengorbananNya di kayu salib. Jadi yang mutlak dibutuhkan oleh kesepuluh orang kusta, untuk kita yang mempertahankan kebenaran diri sendiri yang mutlak dibutuhkan adalah belas kasihan Yesus. Kalau kita bisa melihat belas kasihan Yesus maka kebenaran diri sendiri pasti bisa kita tanggalkan.

Lukas 17:13

17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"

 

Belas kasihan Tuhan itu yang mereka butuhkan, bukan “Tuhan kasih duit!”. Belas kasihan Yesus, salib Yesus itu yang kita butuhkan supaya kebenaran diri sendiri kita tanggalkan. Sekarang salib Yesus sudah tersedia, Dia sudah berkorban nyawa lebih 2000 tahun yang lalu. Sekarang sudah ada belas kasihan Tuhan, sudahkah kita menerima salib itu? Kalau tidak kita terima yah tidak ada faedahnya!

 

Apa praktek menerima salib?

Lukas 17:14

17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.

 

Saat itu belum disembuhkan, biarpun mereka berteriak-teriak “kasihanilah kami” tetapi Yesus belum sembuhkan. Yesus suruh pergi tunjukan diri kepada imam-imam. Dalam keadaan kusta harus datang kepada imam-imam. Sementara menurut hukum Taurat orang kusta harus tinggal di luar perkemahan. Belum tahir disuruh datang pada imam-iman, bisa diusir. Apa pelajaran bagi kita? Salib, menerima salib Tuhan adalah taat dengar-dengaran pada Firman apapun resikonya.

 

Begitu kita taat di situ kita mendapatkan belas kasih Tuhan untuk mentahirkan kita dari kusta rohani. Ketaatan ini untuk menyingkirkan kebenaran diri sendiri. Dengan kita mau taat kepada Firman otomatis kebenaran diri sendiri dibuang, kebenaran Allah yang ada pada kita. Apapun ibadah yang kita kerjakan tanpa kebenaran Allah, itu sia-sia.

Roma 10:1-3

10:1 Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan.

10:2 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.

10:3 Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

 

Mereka tidak ada kebenaran Allah, berarti yang ada kebenaran diri sendiri. Kalau ada kebenaran diri sendiri akibatnya tidak taat pada Firman. Kalau mau taat kebenaran diri sendiri pasti ditanggalkan, maka belas kasih Tuhan akan mentahirkan kita. Sama dengan memampukan kita untuk hidup benar sesuai Firman dan hidup suci. Sia-sia biar kita giat beribadah tetapi tanpa kebenaran Firman dan hanya kebenaran diri sendiri yang ada, tidak ada gunanya.

 

Kalau kita taat kita mendapatkan belas kasihan Tuhan, memampukan kita hidup benar dan suci. Sebaliknya kalau tidak taat maka kehilangan belas kasihan Tuhan, kehilangan kemurahan Tuhan. 10 orang kusta tadi berseru, lalu Tuhan bilang ayo pergi kepada imam-imam, perlihatkan dirimu, lalu mereka tidak mau taat, yah mereka kehilangan belas kasihan Tuhan, kehilangan kemurahan Tuhan. Artinya kustanya itu akan tinggal tetap, berarti binasa untuk selama-lamanya. Ini berarti tidak akan pernah selesai masalahnya. Kalau ada kebenaran diri sendiri, akan timbul masalah. Kusta itu masalah, tidak bisa satu rumah dengan keluarga, harus tinggal di luar perkemahan, pelan-pelan dagingnya copot sampai mati. Tidak taat itu tidak pernah selesai masalah malah menambah masalah. Dan membayar harga yang lebih mahal, karena dia sudah dengar Firman tetapi tidak mau taat, ini ngeri!

 

Contohnya Saul tidak taat, apa harga yang harus dia bayar? Ditolak menjadi raja. Begitu kita taat kita menerima belas kasihan Tuhan sehingga kita dimampukan hidup benar dan suci, menjadi Mempelai Wanita Tuhan tanpa cacat dan cela. Tetapi kalau tidak taat kehilangan belas kasihan Tuhan, masalah tidak selesai, malah bertambah dan harus membayar harga yang mahal. Seperti Saul ditolak jadi raja. Bagi kita apa? Tidak bisa masuk kerajaan 1000 tahun damai. Nanti gereja yang sermpurna akan memerintah bersama Yesus dalam kerajaan 1000 tahun damai. Orang yang tidak taat yang tetap kusta, dia tidak bisa masuk dalam kerajaan 1000 tahun damai, tidak masuk di Firdaus yang akan datang, hanya siap menerima pedang antikristus, aniaya antikristus 3,5 tahun lamanya, plus penghukuman Allah Tritunggal 3x7. Memang untuk taat sekarang kita bayar harga, daging kita, perasaan kita, keinginan kita semua  harus kita tanggalkan, tetapi kemuliaan kekal yang Tuhan sediakan bagi kita luar biasa. Tetapi kalau tidak taat harga yang sangat mahal yang harus dia bayar. Masuk aniaya antikristus disertai 3x7 penghukuman, 7 meterai dari Roh Kudus, 7 sangkakala dari Anak Allah dan 7 bokor dari Allah Bapa dan itu diletakan beratur-aturan, terus menerus, susul menyusul, belum selesai satu datang lagi yang lain. Ini jangan terjadi dalam kehidupan kita.

 

Mari kita mau belajar taat dengar-dengaran pada Firman Tuhan, tahir, jangan bertahan pada kusta. Sehingga ketika kita melayani Tuhan yang terpancar dari kehidupan kita adalah sinar kebenaran Tuhan, sinar kesucian, bukan kusta, sehingga jemaat yang dilayani senang. Kalau saya tampil di sini dengan kebenaran diri sendiri, mengata-ngatai jemaat, maka satu-satu keluar. Juga dalam nikah, suami melayani dalam ketaatan maka dia pancarkan sinar kebenaran dan kesucian, sehingga isteri dan anak-anak menikmati. Tetapi kalau dia kebenaran diri sendiri, isteri anak-anak tidak betah sehingga pisah!

 

Sesudah tahir, sesudah dibenarkan dan disucikan, hati-hati masih terjadi pemisahan. Ikut Tuhan itu bukan gampang-gampang. Ada yang datang kepada Yesus, ada yang tidak kembali kepada Yesus.

Lukas 17:15-19

17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring,

17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.

17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?

17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"

17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

 

Masih terbagi 2, terjadi pemisahan. Ada 2 kelompok di sini:

1.      Kelompok 9 orang dari bangsa Israel. 9 orang ini tidak kembali kepada Yesus tetapi pergi kepada imam-imam sesuai hukum Taurat. Artinya orang yang menjalankan ibadah sistem Taurat. Ibadah sistem Taurat itu hanya kebiasaan sehingga tidak mendapatkan jamahan tangan Tuhan, ibadahnya kering. Nomor satu ini koreksi untuk saya, isteri dan anak-anak. Kami tinggal di pastori, otomatis setiap ibadah selalu ada, jangan sampai melakukan ibadah kebiasaan sehingga tidak pernah merasakan jamahan tangan Tuhan, kering semua. Kalau tidak ibadah bagaimana, masa ibu gembala tidak ibadah, masa anak gembala tidak ibadah. Kalau seperti ini suatu saat pasti telanjang lagi, karena tidak pernah dijamah Tuhan. Nomor satu saya dikoreksi Tuhan, pagi ibadah di Tonusu, siang di Tentena, sore di Diora, tetapi hanya kebiasaan.

 

2.      Kelompok 1 orang Samaria yang mau kembali kepada Yesus sehingga mengalami jamahan tangan Tuhan. Belas kasih Tuhan itu sama dengan kemurahan. Jadi kelompok satu orang ini adalah yang mau melayani dalam sistem kemurahan Tuhan, bukan sistem Taurat, karena dia merasakan bagaimana jamahan tangan Tuhan, dia sudah dibenarkan, sudah disucikan, maka dia akan melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh bukan kebiasaan. Kita tidak bisa membalas kemurahan Tuhan, hidup yang sisa ini Tuhan masih mau terima, itu kemurahan Tuhan! Sudah berapa banyak waktu kita gunakan untuk menyenangkan Tuhan, berapa banyak waktu kita gunakan untuk menyenangkan daging kita? Kalau kita jujur lebih banyak menyenangkan daging! Lalu tinggal hidup yang sisa ini Tuhan minta untuk melayani Tuhan kemudian  kita tidak sungguh-sungguh, terlalu kita!

I Petrus 4:1-3

4:1 Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamu pun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, — karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa —,

4:2 supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.

4:3 Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.

 

Tuhan lihat hidup kita tinggal sisa tetapi Tuhan masih mau terima, itu kemurahan Tuhan. Ayo layani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Saya jalan 36 tahun, terlalu banyak waktu saya gunakan untuk menyakiti hati Tuhan apalagi di masa remaja saya. Kalau sekarang bisa melayani Tuhan, sungguh-sungguhlah kita.

 

Kita melayani Tuhan dalam sistem kemurahan, jangan dijadikan murahan! Sistem kemurahan beda dengan murahan. Kalau lagi mood melayani, kalau tidak mood tidak melayani. Kalau ada masalah tidak melayani, kalau lagi senang baru melayani, itu namanya murahan! Tanda-tanda melayani Tuhan dalam sistem kemurahan.

1.      Dari 10 orang yang kembali 1, sepersepuluh. Berarti bisa mengembalikan perpuluhan dan persembahan khusus yang adalah milik Tuhan! Mohon maaf, bukan uangnya yang saya cari, tidak demikian. Ada yang bilang perpuluhan itu Taurat, itu keliru besar. Sebelum itu di zaman Abraham, jauh sebelum zaman Musa sudah ada perpuluhan.

Kejadian 14:17-23

14:17 Setelah Abram kembali dari mengalahkan Kedorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengan dia, maka keluarlah raja Sodom menyongsong dia ke lembah Syawe, yakni Lembah Raja.

14:18 Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi.

14:19 Lalu ia memberkati Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi,

14:20 dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tangan.mu." Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.

14:21 Berkatalah raja Sodom itu kepada Abram: "Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu."

14:22 Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: "Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi:

14:23 Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya.

 

Ini tanda ibadah dalam sistem kemurahan. Sudah berkali-kali kita dengar tetapi diulangi lagi supaya kita tidak salah mereka-reka oh pendeta itu mau kaya, minta-minta perpuluhan supaya dia bisa kaya, bukan itu! Perpuluhan itu ada 3 penjabarannya:

a)      Pengakuan kita sudah diberkati Tuhan, kita hidup dari kemurahan Tuhan. Jadi yang Tuhan minta pengakuannya, bukan banyak sedikitnya. Kalau kita mengaku kita diberkati Tuhan, kita hidup dari kemurahan Tuhan, kembali perpuluhan, itu milik Tuhan. Tetapi kalau merasa ini karena kemampuan saya, karena kepandaian saya berdagang, karena kemampuan saya berusaha, tidak usah kembalikan.

 

b)      Tadi dikatakan Abraham kembali dari peperangan dan dia menang. Jadi perpuluhan itu pengakuan bahwa kita sudah diberi kemenangan oleh Tuhan atas masalah kita.

 

c)      Waktu ditawari raja Sodom ambil ini ambil itu. Abraham bilang sepotong tali kasutpun saya tidak mau ambil. Raja sodom itu menunjukan raja dunia. Jadi perpuluhan adalah pengakuan bahwa hidup kita tidak bergantung pada dunia ini tetapi bergantung pada kemurahan Tuhan. Saya tidak anti ijazah, anti kaya dan sebagainya, mohon maaf. Kalau kita bergantung pada dunia, satu saat kalau antikristus berkuasa semua diambil. Maka kehidupan yang bergantung pada dunia dia nantinya akan menyembah antikristus.

 

Contoh gampang-gampang saja, dulu guru SMA boleh D3. Tetapi di zaman saya waktu sekolah sudah harus S1. Nanti suatu saat semakin meningkat, semakin sulit. Teman saya sarjana hukum, kerjanya seharusnya yang berkaitan dengan hukum. Tetapi sulit untuk cari kerja di Malang. Pekerjaannya jadi supir angkot. Ada yang tamatan SMA tetapi punya kedudukan di satu perusahaan besar berskala nasional, setara dengan yang S1. Waktu rapat nasional, yang sama jabatan dengan dia ternyata semua S1, hanya dia yang SMA. Ada juga tergembala secara online, manager di hotel padahal tamatan SMA. Jadi mau S1, SMA, SMP, SD, hidup kita bukan bergantung pada itu tetapi bergantung pada kemurahan Tuhan. Yang punya S jangan sombong, yang tidak punya S jangan pesimis, yang penting hidup dari kemurahan Tuhan, itu yang utama. Mari kita mengaku bahwa kita tidak bergantung pada dunia ini.

 

Ada satu yang tidak terima waktu dikatakan hidup dari kemurahan Tuhan, tidak bergantung dari gaji. Diizinkan Tuhan menjadi habis nol, tidak punya apa-apa. Tetapi di situlah dia diajar Tuhan untuk hidup dari kemurahan Tuhan. Jemaat yang saya layani di Tonusu ada yang punya kebun luas, secara fisik kuat. Tuhan izinkan sakit stroke lumpuh sebelah dan tidak bisa bekerja. Sampai sekarang tidak bisa bekerja lagi tetapi hidup dari kemurahan Tuhan. Apa lagi kami hamba Tuhan, tidak punya pekerjaan sampingan, tidak digaji, mohon maaf kami tidak hidup dari jemaat. Buktinya saya masih pengerja tidak punya jemaat bisa hidup. Tuhan terjunkan di Tonusu melayani 4 jiwa, bisa hidup. Ditambahkan pelayanan di Diora dan sekarang di Tentena, bisa hidup. Berarti bukan dari sidang jemaat tetapi dari kemurahan Tuhan. Itulah perpuluhan pengakuan kita hidup dari kemurahan Tuhan.

 

2.      Lukas 17:16

17:16  lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.

 

Tanda kedua adalah selalu mengucap syukur, itu kehendak Tuhan. Ayo selalu mengucap syukur, terutama kita bangsa kafir. Kita ini sebenarnya bangsa yang jauh, tidak boleh melayani Tuhan. Mau menjadi jemaat Tuhan tidak boleh, beribadah melayani Tuhan tidak boleh. Tetapi oleh Korban Kristus kita boleh beribadah melayani Tuhan, inilah yang patut kita syukuri. Selalu mengucap syukur dalam segala hal, tidak bersungut-sungut. Berapapun berkat yang kita terima, apapun pelayanan yang Tuhan berikan kepada kita, tetap mengucap syukur.

 

Kami dilatih di Lempinel, 5.000 berkat yang kamu terima waktu di ladang Tuhan, beda dengan 5.000 yang kamu dapat waktu kerja. Saya alami, 5.000 bisa memelihara hidup kami 1 bulan, itu tidak masuk akal. Secara logika bagaimana bisa. Bayar ojek Tentena Tonusu saja tidak cukup. Mau makan apa? Tetapi bisa. Dan selalu setiap kami mau ikut KKR berkatnya melimpah sehingga bisa ikut KKR. Tidak utang, tidak minjam.

Itulah pengalaman dengan Tuhan tetapi tetap mengucap syukur.

 

Bersungut-sungut dalam pelayanan itu sama dengan menghina Korban Kristus. Kita bisa melayani itu hanya karena korban Kristus. Kalau bersungut-sungut berarti hanya siap bertemu Yesus sebagai hakim yang akan menghukum!

 

3.      Lukas 17:16

17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.

 

Banyak tersungkur menyembah Tuhan. Artinya:

a)      Mengaku kita ini hanya tanah liat, tidak layak, tidak mampu berbuat apa-apa. Coba tanah lihat mau membentuk dirinya menjadi vas bunga atau bejana, tidak akan bisa! Kecuali Penjunan yang membentuk. Yesus penjunan kita, kita ini hanya tanah liat. Mengaku tidak layak, tidak mampu apa-apa sehingga mendorong kita untuk menyerah sepenuh kepada Tuhan, percaya dan mempercayakan diri sepenuh kepada Tuhan. Maka pasti tidak ada kesempatan untuk sombong, kecewa dan bangga. Secara daging capek tetapi ada sukacita di dalam pelayanan, penggembalaan menjadi tempat yang menyenangkan.

 

b)      Tersungkur itu rata tanah. Kalau sudah rata tanah tidak akan mudah tersandung apalagi menjadi batu sandungan. Pakai mulut ini menyembah dari pada pakai mulut menjadi batu sandungan.

 

Jadi jika kita bisa menyerah sepenuh kepada Tuhan, sama dengan percaya dan menyerahkan hidup kepada Tuhan, tidak menjadi sandungan, maka tanah liat yang kotor itu berada di tangan Yesus Sang Penjunan yang mampu mengerjakan mujizat. Tanah liat menjadi bejana kemuliaan, itu mujizat. Orang yang hina, yang kotor, yang tidak layak, bisa melayani Tuhan. Kesaksian tadi dari agama lain sekarang bisa pimpin pujian itu mujizat. Kalau saya renungkan hidup saya dulu hidup yang tidak benar, merokok, minum, semuanya dibuat, tetapi oleh kemurahan Tuhan bisa jadi gembala, bisa melayani Tuhan, itu mujizat. Di tangan Tuhan ada mujizat. Jadi mujizat jangan kita hanya ukur dari perkara jasmani. Dari dompet kempes jadi penuh duit merah-merah. Kalau kita bisa diubahkan dan bisa beribadah serta melayani itu semua mujizat dari Tuhan.

 

II Raja-raja 5:7

5:7 Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata: "Allahkah aku ini yang dapat mematikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Tetapi sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku."

 

Jadi zaman dahulu menyembuhkan kusta itu sama dengan membangkitkan orang mati, berarti sesuatu yang mustahil. Jadi kalau kita bisa menanggalkan kebenaran diri sendiri dan kita bisa melayani dalam kebenaran dan kesucian, itu berarti tangan belas kasihan Tuhan menghapus kemustahilan di dalam hidup kita. Secara rohani bisa suci, Secara rohani bisa suci, bagi dunia itu mustahil! Dari seorang pemabuk, perokok, orang jahat, orang najis, bisa suci itu mustahil, apalagi sempurna!. Tetapi kita mau dibawa ke sana, tangan belas kasih Yesus yang kita sembah itu mampu menghapus kemustahilan. Mampu mengubahkan kita dari manusia daging menjadi manusia rohani sampai sempurna seperti Yesus. Itu merupakan mujizat terbesar, mujizat rohani.

 

Yakinlah, kalau kita bisa diubahkan, maka mujizat jasmani itu seperti membalikkan telapak tangan bagi Tuhan, Dia mampu kerjakan bagi kita. Masalah apapun kita hadapi, sampai yang mustahil sekalipun, Dia mampu menolong tepat pada waktunya.

Saya sendiri mendengar perkataan papa dan mama waktu saya belum menikah, saya orang tempramen “bagaimana dia mau menikah kalau tempramen begitu”. Papa pernah saya tendangkan pintu karena disuruh buang sampah tetapi sebenarnya saya tidak mau, akhirnya dikejar dengan kayu api. Mama juga gara-gara bola saya bantingkan pintu, saya mau nonton bola mama nonton acara kesukaan mama, pas yang main club favorit saya. Itu dulu, lain dulu lain sekarang. Tetapi oleh kemurahan Tuhan bisa diubahkan. Waktu saya dengar papa mama ngomong seperti itu, saya di dalam kamar berdoa Tuhan tolong, masa saya mau begini terus. Mujizat keubahan hidup terjadi, mujizat jasmani juga terjadi.

 

Tuhan mampu menyelesaikan segala masalah sampai yang mustahil, tinggal tergantung iman kita. Mau ditolong yang beriman, mau percayakan diri sepenuh kepada Tuhan atau mau cari jalan keluar sendiri. Tunggu waktu Tuhan, waktu Tuhan tidak pernah terlambat dan tidak pernah terlalu cepat. Waktu Tuhan itu baik, bahkan yang terbaik. Kalau belum ditolong periksa masih ada kusta atau tidak. Kalau masih ada selesaikan, biar kebenaran Tuhan ada dalam diri kita. Bagaimana Tuhan mau berkati kalau masih kusta, masih ada kebenaran diri sendiri. Orang kusta itu tinggal di luar perkemahan. Tidak mungkin dijamah oleh Tuhan kalau kita pertahankan kebenaran diri sendiri. Terpisah dari Tuhan, terpisah dari sesama.

Imamat 13:45-46

13:45 Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis!

13:46 Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.

 

Kalau sekarang kita masih bisa melayani, raba diri kita, kalau masih ada kusta mari selesaikan. Kebenaran dan kesucian Tuhan yang harus ada, maka kehidupan kita di tangan Tuhan. Dia mampu mengadakan mujizat, yang mati dibangkitkan, yang mustahil menjadi tidak mustahil, Dia mampu kerjakan bagi kehidupan kita pada waktunya, tidak terlalu cepat, tidak terlambat, waktu yang terbaik bagi kita sekalian. Siapa tahu siang ini waktu untuk kita ditolong oleh Tuhan. Lewat Firman Tuhan periksa masih ada kusta atau tidak. Kalau belum ditolong, tunggu ada waktu bagi Tuhan yang terbaik untuk kita. Jangan langsung berkata ah Tuhan tidak peduli dengan saya, Tuhan tidak sayang saya, Tuhan lebih pilih yang lain dari pada saya, tidak! Semua Tuhan sayang. Ayo tinggal berserah kepada Tuhan, percaya dan mempercayakan hidup sepenuh kepada Tuhan.

 

Tuhan Memberkati.

 

 

 

GPT “Kristus Penebus”

Jl. Langgadopi No.4 Tentena

Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663

HP: 081334496911

Email: imamat_raja@yahoo.com

www.gptkp.blogspot.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar