20230107

Kebaktian Doa, Sabtu 7 Januari 2023 Pdt. Handri Otniel Legontu

Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

Kita masih mempelajari 3 musuh yang mau menghancurkan penggembalaan, termasuk menghancurkan nikah:

1.  Ayat1,10, Pencuri dan perampok menggambarkan setan dengan roh jahat, roh najis dan roh durhakanya.

2.      Ayat 1216, Serigala, menggambarkan antikristus dengan kekuatan mamon atau uang.

3.   Ayat 2239, Orang-orang Yahudi yang mau membunuh Yesus, menunjukkan nabi palsu dengan ajaran palsu yang mau mematikan suara Firman pengajaran yang benar.

Supaya kita tidak disesatkan maka Firman pengajaran itu harus mendarah daging di dalam kita. Supaya Firman mendarah daging, maka kita harus menerima penyucian, terutama penyucian panca indera. 5 indera ini harus disucikan supaya kita tidak disesatkan oleh ajaran palsu.

1.      Ayat 24 penyucian dan pembaharuan kulit

2.      Ayat 27 penyucian dan pembaharuan telinga

3.      Ayat 32 penyucian dan pembaharuan mata

4.      Ayat 35-36 penyucian dan pembaharuan mulut

5.      Ayat 31 penyucian dan pembaharuan hidung

 

Sore ini kita pelajari indera kelima yaitu penyucian hidung.

Yohanes 10:31

10:31 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.

 

Kalau membaca ini, indera apa yang bisa temukan di sini? Ini kena pada indera hidung. Koq bisa? Hidung ini untuk mencium, terutama untuk mencium bau dupa, ini bicara penyembahan. Jadi hidung disucikan untuk kita bisa menyembah Tuhan. Lalu apa hubungannya dengan ayat 31, orang ambil batu untuk melempari Yesus?

I Timotius 2:8

2:8 Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.

 

Menyembah itu sama dengan mengulurkan kedua tangan yang suci kepada Tuhan. Bukan diperagakan secara hurufiah kita menadahkan kedua tangan, tidak seperti itu. Mengulurkan dua tangan kepada Tuhan itu tanda menyerah kepada Tuhan. Kalau kita malas menyembah atau menyembah tetapi tidak mencapai ukuran penyembahan, pasti mengulurkan tangan mengambil batu untuk melempari Yesus. Jadi ini kaitannya dengan Yohanes 10:31 tadi. Apa artinya mengambil batu untuk melempari Yesus? Banyak bersungut-sungut dan mempersalahkan sampai mempersalahkan Firman, persalahkan Tuhan, apalagi cuma manusia. Melempar batu itu juga menghukum, jadi kalau malas menyembah atau penyembahan tidak sampai hukuman dia akan cenderung cepat memberikan hukuman kepada orang lain. Kita ini sudah ada di zaman kemurahan, namun seringkali kita membawakan sistem Taurat di zaman kemurahan ini. Belum ditahu kebenarannya sudah mempersalahkan sudah menghukum. Atau mungkin orang itu memang sudah salah tetapi dia sudah perbaiki. Kita tidak tahu dia sudah memperbaiki dirinya lewat Firman tetapi sudah langsung menghukum. Ini sistem Taurat yang dibawa pada zaman kemurahan.

 

Kalau saya mempraktekan seperti itu maka kasihan jiwa-jiwa tidak akan mau dilayani. Begitu datang langsung disalahkan dan dihukum “tidak boleh begini, tidak boleh begitu”. Saya belajar dari papa, dalam menghadapi orang yang berbuat dosa, tidak langsung dihukum tetapi ada prosesnya. Seperti Yesus menghadapi orang Samaria tidak langsung dihukum. Kadang orang langsung cepat menghukum dan tidak tahu letak kebenarannya langsung menghukum. Ini yang membuat saya sangat prihatin melihat keadaan seperti ini, apalagi kalau dari kami hamba Tuhan.

 

Ini merupakan dosa kebenaran diri sendiri, sudah salah malah salahkan orang. Dia tidak tahu banyak kesalahannya malah cenderung menghukum orang. Kebenaran diri sendiri ini yang membuat putus hubungan dengan Tuhan dan putus hubungan dengan sesama, terpisah, ada sekat pemisah.

 

Jadi kita raba diri kita, kalau masih ada dosa kebenaran diri sendiri, cenderung salahkan orang sampai salahkan Tuhan, salahkan Firman, periksa penyembahan kita mungkin masih kurang. Atau belum mencapai ukuran Tuhan. Ukuran penyembahan itu ada 3, puncak ukuran penyembahan ada dalam Wahyu pasal 11.

Wahyu 11:1-2

11:1 Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

11:2 Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya."

 

Jadi ukuran puncak penyembahan itu adalah sebatang buluh yang dipakai mengukur mezbah. Ini menunjukan pengalaman sengsara Yesus sampai mati di kayu salib. Ketika Yesus diperhadapkan di dalam sidang, Dia dimahkotai dengan mahkota duri, diberikan sebatang buluh, lalu sebatang buluh itu diambil lagi dan dipukulkan ke kepala Yesus.

Matius 27:29-30

27:29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!"

27:30 Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.

 

Ini pengalaman sengsara, tetapi Yesus tetap taat sekalipun menderita tanpa salah. Jadi puncak ukuran penyembahan adalah taat pada Firman Tuhan sekalipun menderita sengsara. Kalau begitu diperhadapkan dengan penderitaan kita mengamuk berarti penyembahan kita belum mencapai ukuran. Sekalipun menyembah dan berpuasa seharian, tetapi kalau disalahkan dia mengamuk itu berarti belum mencapai puncak ukuran penyembahan.

 

Yesus tidak salah tetapi dipersalahkan namun Dia diam bahkan sampai disalibkan di kayu salib.

I Petrus 2:19,21-23

2:19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

2:21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

2:22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.

2:23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.

 

Ini kalau penyembahan sudah sampai pada puncak ukuran, biar disalahkan kita tidak membalas, kita diam saja seperti Yesus. Yesus diam dan rela menerima sengsara sampai mati di kayu salib.

 

Sebaliknya kalau tidak menyembah atau penyembahan tidak mencapai ukuran, tidak akan bisa menerima kalau dipersalahkan. Malah cenderung mempersalahkan orang, mempersalahkan Firman, sampai setan dipersalahkan. Kalau kita tidak salah dan kita dipersalahkan lalu kita diam itu berarti sudah mencapai puncak ukuran penyembahan. Kalau salah lalu dipersalahkan malah marah, itu jangan-jangan tidak menyembah. Tidak salah tetapi dipersalahkan lalu marah, berarti tidak mencapai ukuran penyembahan. Kalau memang salah minta ampun.

 

Jangan sampai kita terpisah dengan Tuhan karena ada kebenaran diri sendiri. Betapa ngeri orang yang terpisah dengan Tuhan dan dengan sesama. Itu sudah Yesus tunjukan waktu Dia terpaku di kayu salib. Yesus berseru “Eloi, Eloi Lama sabakhtani” artinya “AllahKu, AllahKu mengapa engkau meninggalkan Aku”. Yang seharusnya dihukum itu kita manusia berdosa, jadi suara Yesus di kayu salib itu suara kita orang berdosa. Ngeri kalau terpisah dengan Tuhan dan juga dengan sesama. Bagaimana murid-muridNya berdiri jauh-jauh, tidak ada yang berani dekat-dekat.

 

Jadi sebenarnya bukan enak kalau terpisah itu. Sebab itu ayo mari kita buang kebenaran diri sendiri. Dosa kebenaran diri sendiri itu putih tetapi kusta. Orang kusta itu mulai tanggal satu persatu bagian tubuhnya. Seperti itu kalau ada kebenaran diri sendiri. Dalam nikah dia merasa terasing, dalam keluarga merasa terasing, dalam penggembalaan terasing, antara penggembalaan terasing. Tidak usah disuruh pergi, dia sendiri yang memisahkan diri dan merasa asing. Itulah kebenaran diri sendiri, putih tetapi kusta. Kalau disorot dengan cahaya Firman, putih dengan putih tidak kelihatan. Makanya ketika dengar Firman dia tidak merasa salah dan tidak merasa berdosa. Apalagi kalau saya hamba Tuhan yang memberitakan Firman ada kebenaran diri sendiri, tidak akan pernah merasa salah karena putih dengan putih. Bagaimana supaya kelihatan itu kebenaran diri sendiri? Beri darah baru kelihatan. Diberi darah di sini artinya diizinkan mengalami ujian habis-habisan, sengsara, baru kelihatan ternyata ada kebenaran diri sendiri. Sebagai contoh adalah Ayub.

Ayub 1:1

1:1 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

 

Dikatakan Ayub seorang yang suci dan saleh, saleh itu taat beribadah, serta jujur. Kelihatan dia suci dan benar, tetapi dalam dirinya ada dosa kebenaran diri sendiri. Begitu diizinkan masuk dalam pengalaman sengsara, ujian habis-habisan, terlihatlah dosa kebenaran diri sendiri itu. Waktu di awal dia tetap benar. Isterinya berkata “masih bertekunkah engkau kepada Tuhanmu? Kutukilah Tuhanmu dan matilah. Ayub berkata “perkataanmu seperti perkataan orang gila”. Dalam hal itu dia tidak bersalah. Kelihatan di awal-awal dia tidak bersalah. Tetapi begitu sengsara dan ujiannya semakin berat maka mulai terlihat ternyata ada kebenaran diri sendiri, mulai salahkan orang lain, mulai salahkan Tuhan.

Ayub 10:1-3; 13:4-8; 32:1-2; 40:3

10:1 "Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.

10:2 Aku akan berkata kepada Allah: Jangan mempersalahkan aku; beritahukanlah aku, mengapa Engkau beperkara dengan aku.

10:3 Apakah untungnya bagi-Mu mengadakan penindasan, membuang hasil jerih payah tangan-Mu, sedangkan Engkau mendukung rancangan orang fasik?

13:4 Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian.

13:5 Sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari padamu.

13:6 Dengarkanlah pembelaanku, dan perhatikanlah bantahan bibirku.

13:7 Sudikah kamu berbohong untuk Allah, sudikah kamu mengucapkan dusta untuk Dia?

13:8 Apakah kamu mau memihak Allah, berbantah untuk membela Dia?

32:1 Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar.

32:2 Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,

40:3 Apakah engkau hendak meniadakan pengadilan-Ku, mempersalahkan Aku supaya engkau dapat membenarkan dirimu?

 

Jangan tunggu kita diuji habis-habisan baru mau sadar bahwa sesungguhnya kita ini. Kadang kita terlalu cepat salahkan orang bahkan salahkan Firman sehingga menghukum orang lain dan tidak melihat diri. Ayub ini gambaran hamba Tuhan dan pelayan Tuhan. Kelihatan setia, kelihatan suci, tetapi ternyata banyak mempersalahkan orang lain bahkan menghukum orang lain. Yang banyak melakukan ini justru hamba Tuhan. Karena merasa sudah khotbah, Tuhan percayakan jiwa, merasa tidak ada salahnya lagi, sudah super. Sehingga begitu ada jemaat yang berbuat dosa langsung dihukum. Ada hamba Tuhan lain dia lihat ada salah langsung menghukum. Padahal siapa tahu orang itu sudah berubah, tetapi dia jatuhkan hukuman. Orang yang dia hukum sudah keluar dari lubang dosa, dia yang terperosok masuk di dalam lubang dosa itu. Siapa yang rugi?

 

Makanya saya hanya diam saja. Kalau saya ada kekurangan saya perbaiki. Tetapi kalau dijatuhkan hukuman sementara saya sudah memperbaiki diri maka orang itu yang terperosok di dalam lubang itu. Padahal saya sudah keluar, siapa yang rugi? Ahhh, Tuhan tolong kita, semoga kita bisa mengerti.

 

Jangan seperti itu, Tuhan itu Maha Pengasih. Melihat orang berdosa Dia ampuni dan mau diangkat. Dengan mempersalahkan orang lain apalagi menghukum orang lain, tanpa disadari sudah mempersalahkan Tuhan “Tuhan kenapa Kau angkat dia!”. Itu terpisah dengan Tuhan dan terpisah dengan sesama, rugi sendiri. Lebih baik didoakan dari pada dihukum. Ampuni dia Tuhan, tolong dia bisa berubah. Kalau dia sudah berubah, puji Tuhan.

 

Kadang aneh, ada orang yang jatuh dalam dosa begitu berubah malah dipandang dengan mata permusuhan “dia kira staw” eh orang sudah berubah masih dipandang dengan mata bermusuhan. Ini yang merasa benar dan suci padahal dalam dirinya ada dosa kebenaran diri sendiri, dia sudah tertolong tetapi yang menghakimi itu tidak.

 

Ayub  harus diuji habis-habisan untuk menyucikan dirinya dari dosa kebenaran diri sendiri. Jangan tunggu ini terjadi kepada kita. Biarlah setiap sorotan Firman yang menyatakan segala kekurangan kita mau kita terima, “saya manusia salah dan berdosa, ampuni saya Tuhan”.

 

Kita lihat bagaimana Ayub terpisah dengan Tuhan dan dengan sesama.

Ayub 19:7-12

19:7 Sesungguhnya, aku berteriak: Kelaliman!, tetapi tidak ada yang menjawab. Aku berseru minta tolong, tetapi tidak ada keadilan.

19:8 Jalanku ditutup-Nya dengan tembok, sehingga aku tidak dapat melewatinya, dan jalan-jalanku itu dibuat-Nya gelap.

19:9 Ia telah menanggalkan kemuliaanku dan merampas mahkota di kepalaku.

19:10 Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.

19:11 Murka-Nya menyala terhadap aku, dan menganggap aku sebagai lawan-Nya.

19:12 Pasukan-Nya maju serentak, mereka merintangi jalan melawan aku, lalu mengepung kemahku.

 

Karena pertahankan kebenaran diri sendiri Ayub terpisah dengan Tuhan. Jalanku ditutupNya dengan tembok, ini menunjukan tidak ada lagi jalan keluar, doa tidak dijawab oleh Tuhan. Bahkan kalau dibaca ayat selanjutnya Tuhan bangkit menjadi lawan. Makanya Yesus berseru “Eloi Eloi Lama sabakhtani” menunjukan ngeri kalau terpisah dengan Tuhan, doa tidak dijawab malah Tuhan tampil sebagai lawan. Kalau setan menjadi lawan kita ada Tuhan yang menjadi pembela, kalau Tuhan yang jadi lawan, siapa yang mau menjadi pembela?

 

Biarlah ini membuka wawasan rohani kita supaya kita tidak cenderung salahkan orang tetapi lebih cenderung menghakimi diri sendiri dari pada menghakimi orang. Lihat kekurangan orang lain, koreksi juga diri sendiri saya juga ada kekurangan bahkan mungkin kekuranganku lebih dari dia.

 

Ayub 19:13-19

19:13 Saudara-saudaraku dijauhkan-Nya dari padaku, dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku.

19:14 Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku melupakan aku.

19:15 Anak semang dan budak perempuanku menganggap aku orang yang tidak dikenal, aku dipandang mereka orang asing.

19:16 Kalau aku memanggil budakku, ia tidak menyahut; aku harus membujuknya dengan kata-kata manis.

19:17 Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku.

19:18 Bahkan kanak-kanak pun menghina aku, kalau aku mau berdiri, mereka mengejek aku.

19:19 Semua teman karibku merasa muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku.

 

Ini kebenaran diri sendiri yang memisahkan dari sesama, sampai isterinya sendiri jijik. Terpisah dengan sesama mulai dari dalam nikah rumah tangga. Ayub masih disayang oleh Tuhan, diizinkan diuji habis-habisan supaya bisa merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan. Sekali lagi jangan tunggu diuji habis-habisan baru merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan. Lebih baik sekarang kita sudah harus banyak merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan. Kalau membaca ini pengalaman Ayub biarlah menjadi pembelajaran bagi kita supaya kita tidak perlu mengalami seperti yang Ayub alami. Terimalah Firman, rendahkanlah diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan = mengulurkan tangan menyembah Tuhan, berarti hidung sudah disucikan. Dari pada mengulurkan tangan melempar Tuhan lebih baik mengangkat tangan menyembah Tuhan, menyerah sepenuh kepada Tuhan.

Ayub 42:5-6

42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

 

Duduk dalam debu dan abu ini merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan. Ayub akui hanya dari kata orang dia mendengar tentang Tuhan, dia tidak punya pengalaman pribadi dengan Tuhan. Doa penyembahan itu adalah hubungan terdekat dengan Tuhan supaya kita punya hubungan pribadi dengan Tuhan. Bukan hanya mendengar kesaksian orang. Kadangkala kita menjadi Kristen cuma pendengar kesaksian orang, tidak punya pengalaman pribadi dengan Tuhan. Kenapa? Penyembahannya kurang! Jangan tunggu harus diuji habis-habisan baru mau bertekun menyembah Tuhan. Lebih baik dari sekarang kita sudah banyak bertekun menyembah Tuhan dan punya pengalaman pribadi dengan Tuhan. Terutama pengalaman penyucian. Mulai dari sekarang sudah harus ada dan kita rasakan penyucian pembaharuan itu.

 

Apa bukti sudah punya pengalaman penyucian dengan Yesus?

1.      Duduk dalam debu dan abu. Artinya:

a)      Mengaku tidak layak, banyak kekurangan, kesalahan dan kelemahan, tidak berharga apa-apa, sehingga mendorong kita mengakuinya kepada Tuhan dan sesama. Bukan malah mempersalahkan sesama, mempersalahkan Tuhan. Setelah diampuni tidak mengulangi lagi, meninggalkan kekurangan, lepas dari kekurangan.

 

Siapa yang mau bertahan dalam kekurangan, kita semua punya kekurangan. Ayo kita lepas dari kekurangan masing-masing. Kamu tidak dengar, kamu tidak tahu ke dalam, kadangkala langsung mempersalahkan orang. Biarlah kita banyak mengaku saya ini hanya debu tanah. Debu itu untuk diinjak-injak, tanah itu untuk diinjak-injak. Tanah kalau sudah dibentuk jadi genteng, waktu ada yang bocor atau rusak, diinjak juga walaupun sudah di atas. Kalau kita debu tanah semakin diinjak semakin merendah. Kalau dipersalahkan semakin diinjak semakin merendah, biarlah Tuhan hakim, jadi pembela. Kalau saat dipersalahkan balik melawan, balik bereaksi itu berarti ular. Kalau ular diinjak dia memagut. Kalau dipersalahkan kita diam itu berarti debu tanah, sudah punya pengalaman pribadi dengan Tuhan, bukan hanya mendengar kata orang saja.

 

Terserah orang mau bilang apa, kalau memang salah minta ampun, tidak salah diam saja. Sebenarnya sesederhana itu cara Tuhan hanya kita yang membuat ribet. Kita malah mau membela diri di hadapan orang, bela di media sosial, membela diri di mana-mana. Sudahlah, kalau diinjak-injak kita diam saja.

 

b)      Mengaku tidak mampu dan tidak berdaya apa-apa sehingga hanya menyerah sepenuh kepada Tuhan. Sekalipun punya ijazah, kekayaan, kedudukan, tetap mengaku debu tanah yang hanya menyerah sepenuh kepada Tuhan. Mungkin sekarang ijazah masih bisa menolong kita, tetapi satu saat ketika antikristus berkuasa tidak bisa menolong. Kedudukan mungkin sekarang bisa menolong, tetapi suatu saat tidak bisa menolong. Kekayaanpun demikian, pada hari malapetaka kekayaan tidak menyelamatkan.

2.      Mata memandang Tuhan.

Mazmur 123:2

123:2  Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.

 

Memandang Tuhan artinya mau melayani Tuhan dengan benar dan setia, dengan meneladani Yesus yang benar, yang setia, yang taat sampai mati di kayu salib. Kita mau melayani dengan benar, setia, taat sekalipun menderita dan harus berkorban segala-galanya. Dan apa yang dikorbankan tidak akan hilang, Tuhan tidak pernah menipu kita. Ingat Abraham mau mempersembahkan Ishak, Ishak tidak jadi dikorbankan dan Tuhan ganti dengan seekor domba. Kemudian Abraham berkata di atas gunung Tuhan akan disediakan, dia bertemu dengan Yehova Jireh. Jadi apa yang kita korbankan tidak hilang, tetapi membawa kita ke dalam pembangunan Tubuh Kristus yang sempurna untuk bertemu Yesus sebagai Kepala, Mempelai Pria Sorga.

 

Sebenarnya kaget juga dikasih tanggal untuk KKR akhir bulan ini. Jadi baru bernafas sedikit sudah kerja keras 31 Januari sampai 1 Februari. Waktunya secara mendadak sebab kegerakan itu sekarang terjadi secara cepat. Kalau kita tolak lalu diganti orang lain, mungkin tidak akan pernah lagi kesempatan untuk Tentena. Mari kita kerja semuanya. Benar, setia, taat sekalipun harus berkorban segala-galanya. Mungkin tadinya sudah cuti kemarin, jatah cuti tinggal sedikit, ayo ambil lagi untuk KKR supaya kita semua terlibat di dalamnya masuk dalam kegerakan ini.

 

Tuhan tidak pernah menipu! Saya pengalaman masih tinggal di Malang ikut KKR di Saojo, korbankan gaji 2 bulan. Dan Tuhan tidak pernah menipu, tadinya gaji cukup untuk naik kapal pergi pulang, tetapi pulangnya malah naik pesawat. Sampai di sana bergumul lagi mau membeli pakaian seragam, namun Tuhan sediakan, tidak perlu utang. Jadi Tuhan tidak pernah menipu, segala pengorbanan kita tidak hilang malah kita bertemu Yehova Jireh. Tuhan menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang mustahil menjadi tidak mustahil.

 

Kalau sudah ada pengalaman pribadi dengan Tuhan, terutama pengalaman penyucian maka ada hasilnya:

Ayub 42:10

42:10 Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.

 

Tangan Tuhan yang penuh belas kasihan memulihkan kita 2 kali lipat. Dulu dialami Ayub sekarang ini untuk kita. Kita tidak perlu seperti Ayub masuk pengalaman diuji habis-habisan, biarlah kita terima penyucian Firman, jangan ada kebenaran diri sendiri dan Tuhan akan memulihkan keadaan kita 2 kali lipat, yaitu:

1.      Secara jasmani.

Yesaya 64:8

64:8 Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.

 

Tangan Tuhan Sang Penjunan, Sang Pencipta mengadakan dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang mustahil menjadi tidak mustahil. Apa yang sudah hancur, sudah rusak, tidak bisa diandalkan dan diharapkan lagi Tuhan mampu pulihkan. Ekonomi yang hancur? Tuhan mampu pulihkan. Mungkin banyak pertanyaan, bagaimana ini, bagaimana itu, jawabannya cuma satu, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

Lukas 1:37

1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."

 

Bagi orang percaya juga tidak ada yang mustahil.

Markus 9:23

9:23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"

 

Tinggal menyembah, hanya itu yang bisa kita lakukan. Mau angkat tangan melempari orang, menyalahkan orang lain, malah tidak tertolong. Lebih baik angkat tangan menyembah. Yesus saya tanah liat, saya tidak mampu berbuat apa-apa, saya hina, memang pantas diinjak-injak, saya hanya menyerah kepada Tuhan. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, bagi orang percaya tidak ada yang mustahil, semua dipulihkan. Nikah dipulihkan, buah nikah dipulihkan, ekonomi dan kesehatan jasmani dipulihkan. Tinggal bapak ibu tulis dalam catatan apa yang rindu dipulihkan, Tuhan mampu lakukan semuanya. Dari pada kita mau angkat tangan dan mengerjakan sendiri lebih baik angkat tangan kepada Tuhan dan Tuhan turun tangan menolong. Kalau kita yang turun tangan mengerjakan semua maka Tuhan angkat tangan tidak bekerja.

 

2.      Pemulihan secara rohani yaitu tangan Tuhan Sang Penjunan membentuk kita tanah liat menjadi bejana kemuliaan.

Roma 9:23-24

9:23 justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan,

9:24 yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain,

 

Artinya tangan Tuhan menyucikan dan mengubahkan kita dari manusia daging menjadi manusia rohani untuk dipakai di dalam pelayanan pembangunan Tubuh Kristus, pembangunan Mempelai Wanita Tuhan sampai selesai. Kita menjadi Tubuh Kristus yang sempurna, Mempelai Wanita Tuhan, siap menyambut Yesus Mempelai Pria Sorga Kepala Gereja. Kita masuk pesta nikah Anak Domba, masuk kerajaan 1000 tahun damai, masuk kerajaan sorga yang kekal. Ini bukan dongeng tetapi sungguh-sungguh akan menjadi kenyataan. Kesaksian Alkitab ya dan amin.

Sore ini kalau kita salah dan dipersalahkan, kita minta ampun. Kalau kita tidak salah dipersalahkan kita diam menyembah Tuhan. Biar tangan Tuhan diulurkan membela kita. Jangan mengaku hebat, kita mengaku hanya debu tanah liat tidak bisa berbuat apa-apa, biar Tuhan yang menolong kehidupan kita sekalian.

 

Tuhan Memberkati


GPT “Kristus Penebus”

Jl. Langgadopi No.4 Tentena

Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663

HP: 081334496911

Email: imamat_raja@yahoo.com

www.gptkp.blogspot.com


JADWAL IBADAH

Rabu            Ibadah Pendalaman Alkitab dan

Perjamuan Suci → Pk. 17.00

Sabtu            Ibadah Doa Penyembahan → Pk. 16.30

Minggu :         Ibadah Raya → Pk. 10.00

            Ibadah Sekolah Minggu → Pk. 16.00

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar