20230311

Kebaktian Doa, Sabtu 11 Maret 2023 Pdt. Handri Otniel Legontu

Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

Yohanes 10:34-3 9

10:34 Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?

10:35 Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan —,

10:36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?

10:37 Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku,

10:38 tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."

10:39 Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

 

Di sini alasan kedua orang Yahudi menolak Yesus karena Yesus mengaku sebagai Anak Allah. Orang Yahudi menuduh Yesus menghujat Allah karena mengaku sebagai Anak Allah. Menjawab tuduhan tersebut Yesus mengutip ayat dalam kitab Mazmur.

Mazmur 82:6

82:6 Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. —

 

Pada Mazmur 82 ini Tuhan tampil sebagai Hakim yang adil untuk menghakimi para allah. Allah itu adalah Pribadi yang mempunyai wewenang penuh atas hidup kita karena kita ciptaanNya, sedangkan allah yang dimaksud di sini adalah manusia sebagai hakim yang punya wewenang untuk menghakimi dan menjatuhkan hukuman atas orang lain. Yesus mengutip ayat ini karena orang Yahudi menghakimi Yesus dan menuduh Yesus menghujat Allah. Sementara Yesus sebagai Anak Allah kegiatannya untuk memperdamaikan manusia berdosa dengan Allah. Bagi Yesus lebih baik mengampuni, memperdamaikan manusia dengan Allah dari pada menghukum. Kalau toh nanti ada penghakiman terakhir itu karena manusia tidak mau diperdamaikan dengan Allah, tidak mau memperdamaikan dosa-dosanya.

 

Neraka itu diciptakan untuk setan dan pengikut-pengikutnya. Karena ada manusia yang tidak mau berdamai makanya dia dihakimi lalu dilempar ke dalam neraka.

Matius 25:41

25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.

 

Ada takhta penghakiman terakhir digelar.

Wahyu 20:11-12

20:11 Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya.

20:12 Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.

 

Dari ayat-ayat yang kita baca, yang Yesus inginkan kita menyelesaikan dosa, memperdamaikan dosa-dosa kita, kita hakimi diri kita sendiri, bukan menghakimi orang lain. Menghakimi dalam bahasa gerikanya adalah krino yang artinya mempertimbangkan, membedakan, menjatuhkan hukuman. Orang yang menghakimi orang lain itu membanding-bandingkan dengan dirinya. Saya tidak begitu, dia begitu. Seperti orang Farisi membandingkan dirinya dengan pemungut cukai “aku tidak seperti orang pemungut cukai itu!”.

 

Tuhan tidak mau kita menghakimi orang lain, lebih baik menghakimi diri sendiri.

Mengapa tidak boleh menghakimi orang lain?

1.      Supaya jangan kita dihakimi dengan hukuman yang lebih berat.

Yakobus 2:12-13

2:12 Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.

2:13 Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.

 

2.      Sebab kita sendiri melakukan hal yang sama, bahkan lebih salah kita dari pada orang yang kita tunjuk-tunjuk salahnya.

Roma 2:1-3

2:1 Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.

2:2 Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian.

2:3 Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?

 

Jadi menghakimi itu merupakan topeng untuk menyembunyikan dosa diri sendiri. Dia sendiri banyak dosa tetapi dia sembunyikan dengan mempersalahkan orang lain.

 

Dalam khotbahnya guru kami di Lempinel mengatakan “lulusan Lempinel yang mendengar saat ini juga, tidak usah urus ladang orang lain. Urus supaya bisa jujur dan bisa bergaul dengan Allah seperti Henokh”. Dari pada tunjuk salah orang, lebih baik periksa diri sendiri “saya masih banyak kekurangan dan kelemahan”.  Kadangkala kami hamba Tuhan punya standar ganda. Kepada orang lain dia tunjuk-tunjuk begini dan begitu, padahal dia juga melakukan itu.

 

3.      Sebab kita tidak berhak menghakimi orang lain.

Roma 14:4

14:4 Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri.

 

Setiap orang bertanggung jawab terhadap tuannya. Siapa tuan kita? Yesus. Mau berdiri atau jatuh itu tanggung jawabnya dia dengan Tuhan Yesus. Jadi apapun yang orang lain lakukan dia akan pertanggung jawabkan kepada Yesus. Kalau kita mengingatkan dan menegur, silahkan, tetapi kalau dia tidak mau menerima terserah dia. Tidak ada hak kita menghakimi, entah dia berdiri atau dia jatuh itu urusannya dengan Tuhan.

 

Jika kita menghakimi berarti kita mencela hukum Tuhan yaitu hukum kasih.

Yakobus 4:11-12

4:11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.

4:12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?

 

Tuhan sendiri tidak langsung menjatuhkan hukuman, kenapa kita mau langsung menjatuhkan hukuman kepada orang lain! Mulai dari sekarang marilah kita banyak melihat kekurangan kita sendiri, tidak usah melihat kekurangan orang. Boleh menasihati, menegur silahkan, saling menegur, saling mengingatkan. Tetapi bukan untuk menghakimi, menjatuhkan hukuman, membanding-bandingkan dengan kita.

 

4.      I Korintus 4:5; 6:2-3

4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

6:2 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti?

6:3 Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari.

 

Sebab belum waktunya, akan ada waktunya kita bersama Yesus akan menghakimi dunia bahkan menghakimi malaikat-malaikat yang tidak taat Tuhan. Kapan waktunya? Saat Yesus datang kembali dan kita sudah disempurnakan, tidak ada dosa lagi. Sekarang kita periksa diri kita, apakah masih ada dosa atau sudah tidak ada dosa. Kalau berkata sudah tidak ada dosa, silahkan menghakimi, tetapi kita semua masih ada dosa. Kita semua belum sempurna, kalau sudah sempurna kita sudah terangkat. Kita masih ada di dunia ini, masih berkutat dengan kehidupan di dunia yang semakin sulit dan sukar. Nanti akan ada waktunya. Makanya dalam kitab Daniel dikatakan nanti kita akan mendapatkan keadilan kekal. Sekarang mungkin kita dihakimi orang, difitnah, dibenci, dijatuhkan hukuman dan lain-lain, tidak usah balas, diam saja, serahkan kepada Tuhan. Nanti ada waktunya kalau dia tidak bertobat kita bersama Tuhan menghakimi orang itu.

 

Wahyu 20:4

20:4 Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.

 

5.      Kita tidak boleh menghakimi supaya banyak waktu dan kesempatan bagi kita memeriksa, mengoreksi diri, menghakimi diri kita sendiri, menyelesaikan dosa-dosa kita.

I Korintus 11:28-31

11:28 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.

11:29 Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.

11:30 Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.

11:31 Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.

 

Banyak waktu kesempatan bagi kita mengoreksi diri sendiri lewat ketajaman pedang Firman pengajaran, begitu kita temukan dosa, akui kepada Tuhan dan sesama. Kalau dalam kitab Wahyu pasal 1 Yesus tampil sebagai hakim, suaraNya bagaikan desau air bah. Itu Firman pengajaran yang keras. Makin kita sibuk kita memeriksa diri, mengoreksi diri, menghakimi diri sendiri, makin tidak ada waktu menghakimi orang lain. Makin sedikit kita menghakimi diri sendiri, makin banyak menghakimi orang lain. Jadi orang yang suka menghakimi orang lain itu tidak pernah menghakimi dirinya. Apalagi saya sebagai hamba Tuhan harus persiapan Firman setiap hari, lalu mau urus orang, urus hamba Tuhan lain itu urusannya dengan Tuhan! Urusan saya adalah jemaat yang Tuhan percayakan. Kalau ada dosa hamba Tuhan lain yah didoakan. Makanya pintu Yerusalem Baru ada 12 dan tiap pintu ada 1 malaikatnya. Masing-masing malaikat urus pintu kandang penggembalaannya sendiri.

Menghakimi adalah ukuran negatif yang akan Tuhan ukurkan kepada kita. Begitu ukurannya sudah sampai maka hukuman jatuh.

Markus 4:24

4:24 Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.

 

Memang paling enak dan asyik bagi daging kalau menghakimi orang lain. Bisa sampai berjam-jam, bisa sampai semalaman duduk bercerita yang begitu. Itu adalah ukuran negatif yang Tuhan ukurkan kepada orang itu untuk menjatuhkan hukuman padanya. Lebih baik tidak usah! Kalau ada yang ajak begitu “yah sudah kita doakan saja”. Jarang kalau ketemu lalu saling bercerita tentang Firman “Firman KKR kemarin luar biasa”. Lebih banyak cerita yang negatif, jarang yang positif.

 

Supaya Tuhan tidak mengukur kita dengan ukuran yang negatif, masuklah pada ukuran yang positif, tidak usah yang negatif-negatif itu. Apa itu ukuran yang positif?

1.      Lukas 6:38

6:38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."

 

Ukuran di sini memberi. Dari pada tunjuk salah orang lebih baik memberi, memberi kepada Tuhan dan memberi kepada sesama. Apa yang kita beri kepada Tuhan? Memberi pengakuan dosa. Sesudah itu kita beri hidup kita untuk dipakai oleh Tuhan. Pengakuan dosa itu mempersembahkan/memberi kepada Tuhan.

Hosea 14:2-3

14:2 Bertobatlah, hai Israel, kepada TUHAN, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu.

14:3 Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN! katakanlah kepada-Nya: "Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.

 

Kita beri waktu, tenaga, harta semua untuk pelayanan tetapi kalau tidak mempersembahkan pengakuan dosa tidak ada gunanya, pelayanan tanpa pertobatan itu tidak ada gunanya, cuma membuang-buang waktu dan menipu diri sendiri serta menipu orang, sehingga hanya menimbun murka Tuhan atas dirinya sendiri. Saya khotbah tiap hari tanpa bertobat tidak ada gunanya. Mari persembahkan pengakuan dosa kepada Tuhan dan juga kepada sesama. Kalau sudah bisa mempersembahkan pengakuan dosa, baru persembahan-persembahan yang lain bisa kita berikan.

 

Ukuran memberi kepada Tuhan dan sesama bukan banyak atau sedikit tetapi kerelaan hati dan bersukacita.

II Korintus 9:7

9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

 

Bapak ibu memberi waktu untuk datang beribadah, harus dengan rela hati dan sukacita. Nanti ada persembahan juga harus diberikan dengan rela hati dan sukacita. Mengembalikan milik Tuhan harus dengan kerelaan hati dan sukacita. Tenaga, harta, tenaga, semua kita berikan dengan kerelaan hati dan sukacita, kalau bersungut-sungut tidak ada gunanya.

 

II Korintus 9:8

9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.

 

Tuhan akan melimpahkan kasih karuniaNya kepada kita sampai kita berkecukupan bahkan berkelebihan. Berkelebihan ini bukan diukur banyak uang dan lain-lain, tetapi sampai kita bisa mengucap syukur.

 

50.000 yang kita terima dengan mengucap syukur memelihara kita dengan berkelimpahan. 1 juta yang diterima tetapi tidak mengucap syukur malah kurang terus. Dipelihara dengan berkelimpahan, kapan kita butuh, Tuhan sediakan. Bahkan lebih dari itu, kita bekelebihan di dalam perbuatan kebajikan = memiliki pakaian mempelai. Orang yang bisa memberi kepada Tuhan dan sesama anggota Tubuh Kristus yang membutuhkan dengan rela hati dan sukacita, dia sedang mempersiapkan pakaian mempelainya.

Wahyu 19:8 (Terjemahan Lama)

19:8 Maka dikaruniakanlah kepadanya supaya ia boleh menghiasi dirinya dengan kain kasa halus yang bercahaya dan bersih; karena kain kasa halus itulah ibarat segala kebajikan orang-orang suci itu."

 

Kalau banyak menghakimi orang itu pakaiannya robek sampai telanjang. Kita periksa diri, mempersembahkan pengakuan dosa kepada Tuhan dan sesama. Setelah itu kita bisa memberi waktu, tenaga, harta dan lain-lain untuk Tuhan dan untuk sesama yang membutuhkan, maka kita memiliki pakaian Mempelai. Saat Yesus datang kita siap masuk pesta nikah Anak Domba Allah.

 

2.      Wahyu 11:1

11:1 Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

 

Mezbah dupa emas itu menunjuk penyembahan. Jadi ukuran positif yang kedua adalah menyembah Tuhan. Dari pada kita masuk dalam ukuran yang negatif lebih baik masuk dalam ukuran postif, memberi kepada Tuhan dan sesama, lalu lanjutkan banyak menyembah. Lebih baik banyak mengatakan haleluya dari pada bergosip “si dia itu begini, begitu!”. Penyembahan itu diukur, kita periksa diri kita apakah sudah mencapai ukuran penyembahan atau belum. Ada 3 ukuran penyembahan dari Tuhan.

a)      Wahyu 5:8-9

5:8 Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. 

5:9 Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.

 

Ukuran pertama adalah penebusan atau kelepasan dari dosa oleh darah Yesus, sampai terlepas dari dusta = jujur. Jujur dalam mengakui dosa kita, jujur soal nikah, jujur soal keuangan, jujur soal pengajaran, itu penyembahan. Kita menyembah lalu tidak jujur, bagaimana itu, apalagi kalau hamba Tuhan seperti itu. Sekarang hamba Tuhan tidak takut-takut berdusta, terlalu berani berdusta! Mereka yang berbuat tetapi orang lain dilaporkan dengan tuduhan seperti itu! Kalau seperti itu bukan lagi hamba Tuhan. Kalau tidak sungguh-sungguh melayani, pendeta dekat dengan pendusta.

 

b)      Wahyu 8:1-2

8:1 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.

8:2 Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.

 

Ukuran kedua adalah sunyi senyap. Bukan berarti tidak ada suara menyembah. Arti sunyi senyap di sini adalah damai sejahtera oleh Roh Kudus. Menghadapi segala sesuatu kita tidak ikut goncang, tetapi bisa tenang, itu berarti penyembahan sudah mencapai ukuran. Ketika kita tenang menghadapi segala sesuatu, berarti penyembahan kita sudah mencapai ukuran. Ada masalah kita bisa menyembah dengan tenang “haleluya, biar kehendakMu yang jadi”.

 

c)      Wahyu 11:1

11:1 Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

 

Ukuran ketiga adalah sebatang buluh. Ini menunjukan pengalaman sengsara Yesus sampai mati di kayu salib. Sebatang buluh ini yang dipukulkan ke kepala Yesus.

Matius 27:29-30

27:29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!"

27:30 Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.

 

Yesus taat sampai mati di kayu salib.

Filipi 2:8

2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

 

Jadi ukuran puncak penyembahan adalah taat pada Firman sampai daging kita tidak bersuara lagi. Kadangkala kita taat, lakukan Firman tetapi masih ada suara daging. Kalau penyembahan kita sudah mencapai ukuran, ini suatu persembahan yang harum bagi Tuhan. Yesus berkorban sampai mati di kayu salib, itu persembahan yang berbau harum. Begitu juga kita kalau taat sampai daging tidak bersuara lagi, itu adalah persembahan yang berbau harum bagi Tuhan.

Efesus 5:1-2

5:1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih

5:2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.

 

Kita belajar untuk masuk pada ukuran yang positif, memberi kepada Tuhan dan sesama, mulai dari mempersembahkan pengakuan dosa kita. Kemudian menyembah Tuhan. Ukurannya harus ada yaitu lepas dari dosa sampai lepas dari dusta = jujur, tenang, damai oleh Roh Kudus dan taat sampai daging tidak bersuara. Inilah persembahan yang berbau harum bagi Tuhan. Ingat Nuh begitu dia sudah selamat dari hukuman air bah, air bah sudah surut, kapalnya kandas di puncak gunung Ararat, dia turun mempersembahkan korban kepada Tuhan. Tuhan cium bau persembahan yang dipersembahkan oleh Nuh, berbau harum bagi Tuhan dan Tuhan berkata “Aku tidak akan menghukum bumi lagi”. Kalau kita bisa mempersembahkan persembahan yang harum bagi Tuhan, hasilnya:

Kejadian 8:20-22

8:20 Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.

8:21 Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.

8:22 Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."

 

Begitu ada persembahan yang harum bagi Tuhan maka suasana kutuk diganti menjadi berkat. Suasana kutuk itu penderitaan, air mata, beban berat. Kalau sekarang banyak menghakimi orang, saya sebagai hamba Tuhan menghakimi pelayanan hamba Tuhan yang lain, maka pelayanan jadi berat, banyak air mata dan penderitaan. Lebih baik memberi kepada Tuhan dan sesama, memberikan pengakuan dosa, menyembah Tuhan, menaikan persembahan yang harum kepada Tuhan, maka kutuk menjadi berkat. Mungkin nikah selama ini penuh air mata, beban berat, banyak tantangannya, hanya suasana duri yang ada, sekarang Tuhan ganti menjadi berkat yang mengalir dengan tiada putusnya. Orang lain berhenti menabur dan menuai, berkat kita mengalir tanpa putus. Orang lain lihat, ini ada pemotongan gaji tetapi dia masih bisa makan ikan bakar. Dia tidak ada utang, sedangkan saya gali lubang di mana-mana.

 

Sampai nanti kita memperoleh berkat terbesar, kita memiliki Yesus Mempelai Pria Sorga dan kita dimiliki oleh Yesus, itu berkat terbesar.

Kidung Agung 2:16

2:16 Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung.

 

Kita dimiliki oleh Yesus, mengapa kita mau ragu dengan hidup di dunia ini. Ukuran negatif jangan ada lagi. Negatif thinking tidak usah ada lagi. Ukuran yang positif terus, memberi kepada Tuhan dan sesama, menyembah Tuhan maka kita diberkati oleh Tuhan tiada putus, kita bisa memiliki Yesus. Yesus Sang Pemberi berkat kita miliki, Yesus Mempelai Pria sorga kita miliki, kita menjadi miliknya Yesus, layak masuk di kota Yerusalem Baru. Bukan dihukum tetapi hidup kekal bersama Yesus dalam kebahagiaan kekal bersama Yesus. Sore ini kita akan masuk dalam penyembahan, ukurannya harus ada.


Tuhan Memberkati.


GPT “Kristus Penebus”

Jl. Langgadopi No.4 Tentena

Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663

HP: 081334496911

Email: imamat_raja@yahoo.com

www.gptkp.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar