20210515

Kebaktian Doa, Sabtu 15 Mei 2021 Pdt. Handri Legontu

Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

Yohanes 9:1-7

9:1 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.

9:2 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"

9:3 Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.

9:4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.

9:5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."

9:6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi

9:7 dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.

 

Dalam terang Tabernakel, Yohanes pasal 9 terkena pada Mezbah dupa emas yang berbicara doa penyembahan. Kemudian cerita ini terbagi 4 bagian:

1.      Ayat 1-7 penyembuhan orang buta

2.      Ayat 8-12 pengenalan terhadap Yesus masih dangkal. Khusus ayat 11 dia berkata “orang yang disebut Yesus itu” ini berarti masih dangkal.

3.      Ayat 13-34 ujian setelah melihat.

4.      Ayat 35-41 pengenalan terhadap Yesus sudah mendalam dan dibuktikan dengan penyembahan.

 

Kita pelajari poin pertama yaitu penyembuhan orang buta. Orang buta ini adalah remaja.

Yohanes 9:20-23

9:20 Jawab orang tua itu: "Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta,

9:21 tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri."

9:22 Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan.

9:23 Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: "Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri."

 

Jadi, orang buta ini adalah kehidupan kaum muda. Hati-hati kaum muda! Banyak kaum muda yang buta rohani. Sebab itu manfaatkan masa muda untuk lebih sungguh-sungguh lagi melekat kepada Tuhan. Yang banyak buta ini kaum muda. Tidak menutup kemungkinan juga orang tua buta, tetapi yang ditekankan di sini kaum muda. Kaum muda ini menunjukan muda secara usia, kaum muda juga menunjukan kehidupan yang dagingnya kuat. Kalau daging ini tidak mau kita robek, malah diikuti maunya sehingga begitu kuat menguasai kita, pasti buta rohani.

 

Pasal ini kena mezbah dupa emas = penyembahan, juga dalam cerita ini disebutkan kolam Siloam. Kolam Siloam itu ada hubungan dengan bejana pembasuhan yang menunjuk baptisan air. Mengapa mezbah dupa emas dan bejana pembasuhan ada dalam satu pasal ini? Begitu juga dalam Keluaran pasal 30, di situ mezbah dupa emas dan bejana pembasuhan terdapat pada satu pasal. Ayat 1 sampai 10 tentang mezbah dupa emas dan ayat 17 sampai 30 tentang bejana pembasuhan. Mengapa demikian? Sebab doa penyembahan dan baptisan air itu sama-sama perobekan daging. Daging harus kita robek supaya tidak buta rohani, karena kalau tidak, maka tidak bisa mencapai kota terang yaitu Yerusalem baru. Olehnya jangan kita turuti keinginan daging.

 

Sekarang kita pelajari pengertian buta. Dikatakan orang ini buta sejak lahir, artinya buta sejak lahir adalah tidak mengalami lahir baru atau tidak mengalami kuasa baptisan air sehingga hidupnya membabi buta di dalam dosa, jatuh bangun dalam dosa sampai puncaknya dosa. Sebabnya saya katakan daging yang kuat ini jangan dibiarkan, harus dirobek, harus dimatikan. Hawa nafsunya yang kuat, keinginannya yang kuat, ambisinya yang kuat, pikiran dan perbuatannya yang kuat dirobek dan dimatikan lewat doa penyembahan dan baptisan air yang benar. Baptisan air itu permulaan perobekan daging.

 

Supaya tidak buta rohani, maka kita harus memperhatikan baptisan air kita. Kita kembali lihat bagaimana baptisan air kita, sudah benar sesuai Firman seperti yang diteladankan oleh Yesus atau belum benar. Kalau belum benar itulah yang membuat buta rohani. Karena baptisannya tidak benar, maka dia tidak pernah mengalami kuasanya. Hanya satu baptisan air yang benar yaitu baptisan air yang sesuai Firman dan sesuai teladan dari Yesus.

Matius 3:13-15

3:13 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya.

3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?"

3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun menuruti-Nya.

 

Baptisan air itu menggenapkan seluruh kehendak Allah, artinya didorong oleh Firman. Jadi bukan dipaksa, bukan disuruh dan kalau ada orang sudah mantap dan yakin masuk dalam baptisan air, jangan dicegah. Kadangkala kami hamba Tuhan yang mencegah dengan alasan ini dan itu, padahal dia benar-benar sudah didorong oleh Firman. Kalau syarat baptisannya sudah benar, laksanakan baptisan air. Syaratnya apa? Mati terhadap dosa.

Roma 6:2

6:2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?

 

Mati ini menguburkan hidup lama, jadi mati dulu. Mati terhadap dosa itu bertobat. Kalau saya menangani baptisan air, saya tanya dulu tentang pertobatannya, diselesaikan semua baru pelaksanaan baptis air.

 

Pelaksanaan baptisan air:

Roma 6:4

6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

 

Dibaptis dengan meterai Tritunggal Allah yang jelas dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dan harus ditangani oleh hamba Tuhan yang benar tahbisannya.

 

Jadi syaratnya harus benar, mati terhadap dosa, bertobat. Saya dalam penanganan baptisan air, walaupun sudah masuk dalam baptisan air, masih saya tanya lagi. Apa yang belum diakui harus diselesaikan semuanya supaya betul-betul hidup lama itu dikubur. Dan hasilnya bangkit bersama Yesus dalam hidup yang baru. Apa hidup yang baru?

Matius 3:16

3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,

 

Hidup baru itu hidup dalam urapan Roh Kudus. Sekarang kita mau periksa baptisan air kita sudah benar atau tidak. Periksa hasilnya, harus hidup dalam urapan Roh Kudus, ini menandakan kita tidak buta. Hidup dalam urapan Roh Kudus digambarkan hidup seperti burung merpati, yaitu:

1.      Punya hati merpati. Apa hati merpati? Hendaklah kamu tulus seperti merpati. Jadi hati merpati itu hati yang tulus ikhlas, hati yang damai sejahtera. Merpati itu tidak punya empedu, empedu itu pahit. Kita raba dan periksa baptisan air kita sudah benar atau belum, hati kita bagaimana, sudah seperti hati merpati yang tulus, ikhlas, damai atau belum.

 

Baptisan air itu lahir baru, berarti lahir seperti bayi, jadi hatinya seperti bayi. Bagaimana itu hati bayi.

I Petrus 2:1-2

2:1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

2:2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

a)      Membuang dosa. Bukan malah berbuat dosa. Bayi itu tidak tahu berbuat dosa, dia tidak tahu iri, tidak tahu membenci. Misalnya ada bayi orang kaya dan bayi orang kurang mampu lahir di satu rumah sakit lalu si kaya ini dikasih gelang emas, yang kurang mampu dikasih gelang tali rafiah. Yang pakai tali rafiah ini tidak akan iri dengan yang pakai gelang emas. Itulah bayi, hati yang membuang dosa, terutama dosa masa lalu yang sudah kita lakukan, pikirkan, katakan itu kita buang, akui kepada Tuhan dan kepada sesama. Dan jerat dosa di depan kita singkirkan. Coba bayi biar disuruh berbuat dosa, diapa-apakan, dipaksapun, diancam dia tidak mau, paling hanya menangis.

 

b)      Bayi itu selalu rindu air susu yang murni dan rohani. ASI= air susu ibu. Ibu itu menunjuk hamba Tuhan atau gembala.

I Tesalonika 2:7

2:7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.

 

Artinya menjadikan firman penggembalaan sebagai kebutuhan utama. Jadi gampang, bisa dideteksi baptisan airnya benar atau tidak. Setelah dibaptis di mana dia. Kalau dia rindu tergembala dan selalu menikmati Firman penggembalaan berarti baptisannya sudah benar. Tetapi setelah dibaptis dia liar, dipertanyakan baptisannya itu tidak benar. Mungkin syaratnya tidak benar atau pelaksanaannya tidak benar. Tetapi kalau syarat dan pelaksanaannya benar, tidak usah dipaksa dia pasti rindu penggembalaan, mau datang beribadah, menikmati Firman penggembalaan bahkan menjadikan Firman penggembalaan menjadi kebutuhan utama.

 

Sekarang pertanyaan untuk kita yang sudah dibaptis beberapa tahun yang lalu, bagaimana sekarang. Kalau dulu menggebu-gebu untuk menikmati Firman, sekarang bagaimana? Dulu berkobar-kobar untuk menkmati Firman, sekarang bagaimana. Jangan sampai hilang kobarannya, biarlah tetap menggebu-gebu mau menikmati Firman.

 

2.      Punya sayap merpati

Mazmur 55:7

55:7 Pikirku: "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang,

 

Bagaimana itu sayap merpati?

Mazmur 68:14

68:14 Maukah kamu berbaring di antara kandang-kandang? Sayap-sayap merpati bersalut dengan perak, bulu kepaknya dengan emas berkilau-kilauan.

 

Sayap merpati bersalut emas dan perak secara rohani. Artinya apa itu?

a)      Mengalami penyucian oleh Firman pengajaran yang benar sehingga layak dipakai oleh Tuhan untuk maksud yang mulia. Di dalam satu rumah ada perabot dari tanah lihat dan ada dari emas dan perak. Emas dan perak dipakai untuk maksud yang mulia, tanah liat untuk maksud yang kurang mulia. Emas dan perak itulah orang yang mau disucikan.

II Timotius 2:20-21

2:20 Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.

2:21 Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.

 

Di depan kita ada pekerjaan yang mulia yaitu pelayanan pembangunan Tubuh Kristus yang sempurna. Jika kita mau disucikan, kita dipandang layak untuk dipakai Tuhan dalam pelayanan Tubuh Kristus yang sempurna. Tetapi kalau tidak disucikan, hanya merasa dipakai. Penyakit merasa ini penyakit yang banyak diidap gereja Tuhan di akhir zaman ini. Ini penyakit sidang jemaat Laodekia, penyakit merasa. “aku tidak kekurangan apa-apa, aku kaya”. Lalu Tuhan katakan “kamu malang, melarat, miskin, buta dan telanjang”.

 

Pada hari-hari terakhir banyak orang berkata kepada Tuhan “kami sudah bernubuat demi namaMu, mengadakan mujizat demi namaMu, usir setan demi namaMu”. Tetapi Tuhan katakan “Aku tidak pernah mengenal kamu, enyahlah kamu pembuat kejahatan!”. Itu karena tidak mau disucikan. Khotbah tanpa kesucian bisa kalau dia fasih lidah. Main musik tanpa kesucian bisa kalau dia memang punya skill. Tetapi Tuhan katakan “pada hari itu Aku akan berterus terang, Aku tidak pernah mengenal kamu. Enyahlah kamu pembuat kejahatan!”.

 

Biar kita punya sayap merpati. Artinya mau disucikan oleh Firman pengajaran yang benar, untuk layak dipakai Tuhan dalam pelayanan pembangunan Tubuh Kristus. Biarlah kita mau terus disucikan.

 

Makanya poin pertama tadi punya hati merpati, hati ini penentu. Penggembalaan itu soal hati. Kalau dia bisa menikmati Firman penggembalaan, dia bisa tergembala di situ. Kalau dia tidak bisa menikmati, biar kita paksa dan ikat di situ, dia akan sengsara dan mati di situ. Kalau hatinya sudah bisa menikmati Firman pasti disucikan dan punya sayap merpati.

 

b)      Punya tabiat Ilahi. Kalau sudah disucikan maka Firman yang menyucikan itu kalau kita mau nikmati dan terima akan menjadi karakter dalam diri kita, menjadi tabiat Ilahi. Apa tabiat Ilahi?

1)      Emas

Amsal 25:12

25:12 Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar.

 

Emas sama dengan taat dengar-dengaran pada Firman apapun resikonya. Memang kesucian dan ketaatan tidak bisa dipisah. Barangsipa mau mentaati kebenaran dia mengalami penyucian. Semakin disucikan semakin kelihatan tabiatnya taat. Masing-masing raba diri sudah punya sayap atau belum. Jangan dulu berpikir punya sayap burung nazar untuk disingkirkan dari antikristus kalau sayap burung merpati saya belum punya.

 

2)      Perak

Amsal 10:20

10:20 Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilainya.

 

Perak ini lidah yang benar, tidak ada dusta, sama dengan jujur.

 

Kalau sudah ada sayap merpati, mau disucikan, taat dan jujur, maka hasilnya luar biasa.

Mazmur 55:7-9

55:7 Pikirku: "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang,

55:8 bahkan aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun. S e l a

55:9 Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai."

 

Hasilnya kalau suci, taat, jujur maka pasti selalu merasa damai dan tenang sekalipun berada di tengah-tengah padang gurun dunia dan diterpa dengan angin ribut dan badai. Padang gurun itu menunjuk kesulitan dan dihantam badai hidup, tetapi kita tenang dan damai sejahtera. Di tengah-tengah pandemi ini bukan nanti kaya baru bisa tenang damai, bukan nanti pandai, bukan itu! Bukan tidak kaya, tidak punya ijazah, yang penting hatinya suci, taat dan jujur pasti tenang dan damai di tengah-tengah padang gurun dunia ini. Jadi, kejar dulu kesucian baru bisa taat, Firman itu menjadi tabiat, baru bisa jujur maka akan mengalami ketenangan. Saya terbatas menerangkan dengan kata-kata, semoga menjadi pengalaman hidup.

 

3.      Punya mata merpati

Mata merpati ini adalah pandangan yang jauh ke depan yang fokus kepada satu arah. Artinya punya pandangan rohani yang terfokus pada Yesus Imam Besar yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa.

Ibrani 12:1-2

12:1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

 

Punya mata rohani yaitu pandangan yang hanya tertuju pada Yesus Imam Besar. Bicara Imam Besar ada kaitannya dengan pelayanan. Jadi, memandang Yesus Imam Besar artinya mau aktif dan tekun dalam ibadah pelayanan. Sekalipun harus memikul salib, harus sengsara daging tanpa dosa. Memang kita tidak bisa mengelak dari salib, sebab salib itu pintu gerbang sorga. Kalau mau masuk sorga harus melalui salib, tidak ada sorga tanpa salib.

Kisah Para Rasul 14:22

14:22 Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.

 

Banyak sengsara, bukan sedikit. Jadi kalau sengsara baru seujung kuku, jangan dulu mengeluh. Harus pikul salib! Harus sengsara, tekun dalam ibadah pelayanan. Itu mata merpati sebab dia memandang Yesus Imam Besar yang duduk di sebelah kanan dan di situ dia akan duduk bersanding dengan Yesus. Sudah betul kalau kita beribadah dan melayani lalu sengsara.

 

Kadang memang daging ini tidak mampu. Apalagi tadi ditambah banyak sengsara, bukan cuma sedikit. Waktu masih sedikit dia bisa bertahan “terima kasih Tuhan”. Bahkan ada yang katakan “tambah lagi!” begitu ditambah bagaimana? Sudah mulai kecewa, mulai putus asa. Makanya ada poin keempat.

 

4.      Punya suara merpati, suara penyembahan. Untuk bertahan memikul salib tanpa penyembahan tidak bisa. Untuk mengadakan pelayanan pendamaian, Imam Besar sekali setahun masuk ke ruangan maha suci. Kalau dia cuma bawa darah tanpa dupa, dia mati. Harus lengkap membawa darah yang dipercikan 7 kali di depan tabut dan 7 kali di atas tutup tabut. Dan dia harus membawa dupa. Dupa itu doa penyembahan.

 

Suara merpati ini suara mempelai. Ketika kita sengsara dan menderita lalu bisa menyembah, itu suara yang paling merdu yang mau didengar Yesus Mempelai Pria Sorga. Bukan suara mengadu, apalagi mempersalahkan orang lain.

 

Ini suara yang dirindukan Salomo dari Sulamit. Salomo gambaran Yesus Mempelai Pria Sorga dan Sulamit gambaran Mempelai Wanita Tuhan.

Kidung Agung 2:14

2:14 Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!"

 

Biarlah kita mau menaikan doa penyembahan, bahkan di saat-saat sengsara kita bisa menaikan doa menyembah Tuhan, itu suara yang paling merdu yang Tuhan rindukan. Biarlah kita kuat saat diperhadapkan banyak sengsara, tetapi tetap menaikan doa penyembahan.

 

Merpati itu ada di celah-celah gunung batu, di situlah dia memperdengarkan suaranya. Gunung batu itu sama dengan Alkitab, Firman yang murni.

II Samuel 22:31-32

22:31 Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; sabda TUHAN itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.

22:32 Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu selain dari Allah kita?

 

Celah-celah gunung batu itu menunjukan ayat-ayat Alkitab. Jadi celah-celah gunung batu adalah pembukaan rahasia Firman. Ini yang mendorong penyembah kita naik ke hadirat Tuhan. Penyembahan yang benar itu didorong oleh Firman pengajaran yang benar.

 

Gunung batu juga menunjukan Yesus yang berkorban bagi kita. Dia bagaikan gunung batu yang digali dan dipahat. Dicambuk bagaikan dipahat, dipaku dan ditombak bagikan digali. Jadi ketika kita dalam keadaan sengsara lalu bisa menyembah dan merenungkan bahwa sengsara kita belum sebanding dengan Korban Kristus maka penyembahan kita akan naik. Tidak mungkin ada persungutan, tidak ada lagi saling mempersalahkan apalagi mempersalahkan Tuhan, sebab kita sadar saya menderita karena saya manusia berdosa, Yesus menderita bukan karena berdosa tetapi untuk saya. Dia rela dipahat supaya kita menjadi umat Tuhan, menjadi domba Tuhan.

Yesaya 51:1

51:1 Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN! Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali.

 

Memang suara merpati itu digambarkan seperti suara yang lirih. Karena berat dan banyaknya pencobaan yang kita alami, sehingga berat untuk berucap tetapi tetap kita mengucapkan haleluya atau tinggal dalam hati. Tetapi itu suara yang paling merdu yang mau Yesus dengar dari kita.

Nahum 2:7

2:7 Permaisuri dibawa ke luar dan ditelanjangi dan dayang-dayangnya mengerang, mengaduh seperti suara merpati sambil memukul-mukul dada.

 

Ini dalam pengalaman sengsara bisa menaikan doa penyembahan. Ini sama dengan perempuan dalam Wahyu 12:1-2 dan kita digambarkan seperti perempuan yang hamil hendak melahirkan. Yang bisa kita lakukan apa? Tinggal mengeluh dan mengerang kepada Tuhan. Supaya apa? Supaya kita betul-betul dipersiapkan menjadi Mempelai Wanita Tuhan. Kalau sudah sengsara, mau melahirkan lalu tidak mau berseru mengerang kepada Tuhan, anaknya nanti ditelan naga. Mau melahirkan itu berarti sebenarnya Firman sudah mau terwujud dalam kehidupan kita, kita sudah mau disempurnakan menjadi Mempelai Wanita Tuhan, sudah berada dalam saat-saat terakhir untuk sempurna, lalu tidak mau menyembah, anaknya ditelan maka gagal menjadi mempelai wanita Tuhan.

Wahyu 12:1-4

12:1 Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.

12:2 Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.

12:3 Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.

12:4 Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.

 

Naga ini menunjukan beringasnya antikristus. Kalau kita sudah sengsara kemudian tidak mau menyembah maka sengsaranya double, sudah sengsara sekarang kemudian nanti ketemu lagi antikristus. Kalau sekarang kita sengsara tetapi bisa menaikan doa penyembahan, maka kita bisa luput dari antikristus. Sengsara dulu sekarang tetapi membawa nikmat sorga, kemuliaan, menjadi mempelai wanita Tuhan. Dari pada sekarang sudah sengsara dan tidak mau menyembah, sudah sengsara, sudah sampai pada puncak sengsara malah mempersalahkan Tuhan, mempersalahkan sesama nanti dia ketemu antikrist.  

 

Ayo punya hati merpati, buang dosa, selalu rindu Firman. Punya sayap merpati, mau disucikan, taat, jujur. Punya mata rohani, pandangan tertuju pada Yesus Imam Besar, mau aktif melayani Tuhan walaupun harus menghadapi salib. Dan ditambah punya suara merpati, doa penyembahan. Saat sengsara kita bisa menyembah itu suara paling merdu bagi Tuhan, maka Dia pasti mempedulikan kita dan Dia bergumul bersama dengan kita.

Zefanya 3:16-18

3:16 Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem: "Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu.

3:17 TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai,

3:18 seperti pada hari pertemuan raya." "Aku akan mengangkat malapetaka dari padamu, sehingga oleh karenanya engkau tidak lagi menanggung cela.

Tuhan peduli, Dia bergumul bersama dengan kita. Ayo kuat kembali, jangan putus asa. Mungkin kita menghadapi sengsara sampai pada puncaknya, betul-betul kekuatan daging tidak mampu lagi, tinggal naikan suara yang lirih, suara merpati. Saat kita bisa menyembah Tuhan, Dia bergumul bersama dengan kita dan kita juga terus bergumul. Pergumulan utama kita supaya mengalami pembaharuan. Sekalipun sengsara daging tetapi kita mengalami pembaharuan. Saat salib yang berat kita pikul, di situ kita mohon “Tuhan baharui saya”. Dan oleh kasihNya, Tuhan memberikan kemenangan kepada kita, kemenangan yang gilang gemilang dari segala pergumulan, pergumulan nikah, buah nikah, pergumulan penyakit sudah divonis oleh dokter, kita tetap menyembah Tuhan dan Tuhan dengan kasihnya memberikan kemenangan kepada kita. Sampai kemenangan yang terakhir kita bisa masuk pertemuan raya, masuk pesta nikah Anak Domba Allah dengan sorak sorai haleluya.

 

Sekarang kita mengeluh dan mengerang. Nanti begitu Pesta nikah Anak Domba Allah digelar kita bersorak-sorai haleluya, menyambut kedatangan Yesus. Saya merindu bersama isteri, anak, keluarga daging saya dan seluruh sidang jemaat bersama keluarga kita menyambut Yesus di awan-awan. Salib yang kita hadapi sekarang ini adalah pintu masuk kerajaan Sorga, pintu masuk pesta nikah Anak Domba Allah. Jangan mengeluh, jangan bersungut, jangan salahkan Tuhan, jangan salahkan sesama, naikan doa penyembahan, serukan haleluya, kita akan menyambut Yesus di awan-awan yang permai.

Wahyu 19:6-7

19:6 Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.

19:7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

 

Penderitaan kita tidak sebanding dengan kemuliaan yang nanti kita raih. Pergumulan kita di dunia ini Tuhan ganjar dengan upah yang besar untuk menjadi Mempelai WanitaNya. Mungkin Tuhan izinkan penyakit tidak sembuh, bahkan seperti papa meninggal karena penyakit, tetapi tetap ada suara penyembahan. Menurut kesaksian mereka yang mendampingi papa, dalam keadaan sekarat dan sudah mau dipanggil Tuhan, masih bisa menyembah sampai berbahasa roh. Itu suara lirih untuk menyambut Yesus di awan-awan yang permai.

 

Tuhan Memberkati.

GPT “Kristus Penebus”

Jl. Langgadopi No.4 Tentena

Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663

HP: 081334496911

Email: imamat_raja@yahoo.com

www.gptkp.blogspot.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar