20250126

Kebaktian Kaum Muda, Minggu 26 Januari 2025 Pdt. Handri Legontu

 

 

Salam damai sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

 

Keluaran 15:22-27

15:22 Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.

15:23 Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.

15:24 Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"

15:25 Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,

15:26 firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau."

15:27 Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu.

 

Ada 2 suasana di sini, suasana Mara dan suasana Elim. Suasana Mara itu suasana kepahitan dan suasana Elim kemanisan. Suasana Mara menunjukkan suasana Taurat. Kepada bangsa Israel Tuhan berikan hukum Taurat, melanggar hukum Taurat langsung dihukum, tidak ada ampun! Mata ganti mata, gigi ganti gigi, nyawa ganti nyawa, menghujat Tuhan langsung dilempar batu, berbuat dosa langsung dirajam batu. Orang yang dihukum pasti merasakan suasana kepahitan hidup. Begitu dihadapkan kepada bangsa Israel lalu bangsa Israel mengambil batu untuk melempari dengan batu, itu pasti suasana kepahitan, tidak mungkin dia ketawa-ketawa. Apalagi kalau dikurung dulu, besoknya baru dihukum, dilepaskan dibawa kepada rakyat lalu dilempari dengan batu. Orang yang dihukum merasakan kepahitan hidup, begitu juga keluarganya yang menyaksikan keluarganya dihukum mati. Atau mungkin tangan ganti tangan, tangannya dipotong, orang yang menyaksikan pasti mengalami kepahitan. Apalagi kalau yang dihukum itu kepala rumah tangga, tulang punggung keluarga. Siapa lagi yang bisa diandalkan kalau sudah dihukum mati atau dipotong tangannya, dicungkil matanya dan lain sebagainya. Itulah suasana Taurat.

 

Hidup kitapun seringkali ditandai kepahitan. Kita tidak diharuskan untuk melakukan hukum Taurat karena bangsa Israel saja tidak mampu melakukannya. Melanggar satu bagian hukum Taurat sudah melanggar keseluruhan hukum Taurat, akibatnya kepahitan. Kita tidak diperintahkan melakukan hukum taurat, namun seringkali hidup kita juga ditandai dengan kepahitan. Menghadapi pergumulan, persoalan, tidak naik kelas, tidak lulus, tidak diterima kerja, itu semua kepahitan. Sementara asyik-asyik kerja tiba-tiba perusahaan bangkrut, harus di-PHK. Atau lagi buka usaha tiba-tiba bangkrut. Belum lagi kalau kaum muda diputus pacarnya, ditolak cintanya, itu kepahitan-kepahitan yang kita hadapi.

 

Seringkali kita mengalami kepahitan hidup lalu kita taruh di hati, kepahitan hati pada orang. Saya sudah minta tolong sama dia tetapi dia tidak tolong, akhirnya pahit hati. Ada yang lebih diberkati dari kita, pahit hati! Padahal dia tidak salah, kita yang malas-malas kerja, dia lebih rajin kerja tetapi pahit hati. Itulah suasana Mara, ada kepahitan hati pada sesama. Dan lebih parah lagi ada kepahitan hati kepada Tuhan. Tuhan kenapa tidak menolong saya, hanya dia yang ditolong, kenapa hanya dia yang diberkati, saya tidak. Akhirnya pahit hati, buat apa ibadah! Padahal kita sendiri yang salah, tidak mau dengar Firman malah tinggalkan ibadah. Begitu terjadi sesuatu pahit hati pada Tuhan. Contohnya siapa? Naomi sekeluarga, dia tinggalkan Betlehem, rumah roti. Bagi kita sekarang tinggalkan ibadah pelayanan, tinggalkan kesempatan mendengar Firman untuk mencari makanan jasmani, untuk mencari perkara-perkara yang jasmani. Maka terjadilah musibah, suaminya mati, kedua anaknya mati dan tidak ada hartanya sama sekali. Dia tinggalkan Betlehem pergi ke daerah Moab. Sampai di sana bukannya berhasil atau semua jaya, malah kehilangan suami, kehilangan dua orang anak. Pulanglah dia ke Betlehem. Sampai di Betlehem orang-orang bertanya ‘bukankah itu Naomi’. Lalu Naomi katakan jangan panggil aku Naomi, panggil aku Mara karena Tuhan telah melakukan yang pahit dalam hidupku.

Rut 1:20

1:20  Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku.

 

Tuhan yang dia salahkan padahal dia yang tinggalkan rumah roti. Dia tinggalkan Betlehem, terjadi sesuatu Tuhan yang dia salahkan. Kadang kita begitu, itu suasana Mara. Kita yang salah, kita yang berulah pada Tuhan, kita yang tidak sungguh-sungguh dengan Tuhan, lalu diizinkan terjadi hal-hal yang pahit dalam hidup kita, malah Tuhan yang kita salahkan, Tuhan tidak adil, Tuhan kejam, Tuhan tidak peduli. Bahkan ada yang sampai mengutuk, kenapa saya lahir dalam keluarga ini, sampai Tuhan disalahkan. Jangan kita seperti itu!

 

Itulah warna kehidupan kita kehidupan daging, selalu ditandai dengan kepahitan. Sejak manusia jatuh dalam dosa maka kepahitan-kepahitan hidup datang silih berganti. Adam telanjang, diusir dari taman Eden, pahit! Dia harus mencari rejeki dengan mengolah tanah. Dan dikatakan oleh Alkitab duri dan onak yang dia hasilkan. Dikaruniakan anak oleh Tuhan, malah anaknya menjadi pembunuh, membunuh saudaranya sendiri. Terus kepahitan demi kepahitan melanda manusia!

 

Untuk menghentikan kepahitan dalam hati ini, Tuhan menunjukan sepotong kayu.

Keluaran 15:25

15:25 Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,

 

Sepotong kayu ini menubuatkan salib Kristus Yesus. Banyak kepahitan kita hadapi, solusinya bagaimana? Datang pada salib Yesus. Waktu tidak lulus, pahit atau tidak? Pahit! Gagal dalam berusaha, dalam pekerjaan, pahit! Ditinggal seseorang, pahit! Banyak kali kita hadapi seperti itu. Kami juga hamba Tuhan dalam pelayanan dilawan oleh jemaat, pahit. Dilawan sesama hamba Tuhan yang tadinya mendukung, mengalami kepahitan! Solusinya bagaimana? Datang pada salib Yesus.

 

Tuhan menunjukan kepadanya sepotong kayu, pandang salib. Kemudian Musa mengambil, pegang salib. Itu solusinya, pandang Korban Kristus, pegang salib, terima salib dalam hidup kita.

Matius 27:33-34

27:33 Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak.

27:34 Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya.

 

Jadi di kayu salib Yesus sudah menyedot segala kepahitan hidup kita. Bayangkan, Dia tidak salah, lalu di taman Getsemani Dia harus melihat seorang muridNya datang dengan kepura-puraan mencium Dia untuk menyerahkanNya, di situ sudah mengalami kepahitan. Lalu semua murid lari meninggalkan Dia, itu juga suatu kepahitan. Sampai di hadapan imam besar Kayafas, di hadapan Pilatus dan di hadapan Herodes, di hadapan orang banyak dia ditelanjangi, Dia dicambuk, itu semua kepahitan. Lalu Yesus dibawa ke Golgota, dipaku di situ. Semua Dia rela terima untuk menyedot kepahitan-kepahitan hidup kita.

 

Solusi dari Tuhan menghadapi kepahitan hidup, pandang salib, pegang salib. Bukti kita memandang salib tidak bersungut-sungut, terutama saat menghadapi kepahitan hidup. Kita lihat bagaimana Yesus menderita, kita baca saja lalu kita renungkan bagaimana perjalanan Yesus dari Getsemani sampai Golgota, betapa pahit hidupNya, maka kita tidak bersungut-sungut, hanya mengucap syukur. Tidak bersungut-sungut juga artinya tidak saling menghakimi, tidak saling mempersalahkan, hanya mengucap syukur. Mata memandang salib, mulutnya dijaga.

 

Setelah dipandang, pegang salib. Artinya:

1.      Praktekan Firman sekalipun sakit bagi daging, dimulai dari mengaku dosa. Kalau Naomi mau jujur dia mengalami kepahitan karena meninggalkan Betlehem, seharusnya dia akui, saya salah Tuhan, saya sudah tinggalkan Betlehem. Saya mengalami sengsara karena saya tinggalkan ibadah, tidak sungguh-sungguh beribadah melayani Tuhan. Akui dosa salah kita kepada Tuhan dan kepada sesama. Kalau kami yang sudah menikah lalu terjadi pertengkaran, bukan salahkan siapa-siapa, akui kita yang salah makanya ribut dengan isteri, ribut dengan suami. Sebagai anak-anak akui saya salah Tuhan sehingga terjadi hubungan yang renggang dengan orang tua dan sanak saudara. Melakukan Firman dimulai dari mengaku dosa kepada Tuhan dan sesama. Saya yang salah, bukan orang lain, apalagi Tuhan.

 

2.      Praktek memegang salib juga melepaskan pengampunan. Hidup kita dibikin pahit oleh orang lain, kita berusaha lalu ada yang mau menghancurkan usaha kita, tetapi kita bisa melepaskan pengampunan. Mungkin sebagai anak sudah berupaya menjadi anak yang berbakti, tetapi orang tua tidak bertobat, orang tua kejam, orang tua menindas, orang tua berbuat seenaknya bahkan mungkin orang tua merusak kehidupan kita, lepaskan pengampunan. Itu yang membuat suasana Mara bisa berganti menjadi suasana Elim.

 

Jadi kalau disimpulkan memandang dan memegang salib artinya saat kita menghadapi kepahitan hidup, jaga mulut dan jaga hati. Mulut jangan bersungut, jangan persalahkan orang apalagi mempersalahkan Tuhan, hati dijaga jangan ada jengkel, tetapi mulut untuk mengucap syukur, mulut untuk mengakui dosa, mengampuni dan melupakan dosa orang lain. Hati tidak menyimpan kepahitan hati, tidak menyimpan dosa sendiri dan dosa orang lain.

 

Pandang salib, jaga mulut, jaga hati. Hasilnya:

1.      Air menjadi manis. Artinya Roh Kudus menjadikan semua menjadi manis, indah pada waktunya. Keluaran pasal 15 terkena pintu kemah. Pintu kemah bicara baptisan Roh Kudus. Pintu kemah memisahkan daerah halaman yaitu Taurat dengan ruangan suci yaitu kemurahan. Roh Kudus mengubahkan segala kepahitan menjadi manis, indah pada waktunya. Mungkin masalahnya belum selesai, belum dapat pekerjaan tetapi hatinya sudah terhibur, sudah damai sejahtera. Roh Kudus itu roh Penghibur.

Yohanes 16:7

16:7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.

 

Yesus pergi itu Yesus mati, bangkit dan naik ke sorga. Maka Roh Kudus dicurahkan kepada kita. Roh Kudus Roh Penghibur. Masalahnya belum selesai tetapi hati kita sudah terhibur, hati kita tenang, hati kita sudah damai sejahtera. Ketika papa dipanggil Tuhan, memang masalahnya belum selesai tetapi hati sudah terhibur. Waktu itu om menghadapi suasana pahit, isteri hamil dan sakit keras. Kemudian opa juga sakit. Malam-malam sementara merawat isteri, ditelpon opa sudah semakin parah, sepanjang malam tengking maut. Besoknya harus dibawa ke Poso, sementara sorenya harus melayani di Diora. Dilema, menghadapi 2 orang yang sakit. Mau tinggalkan isteri sakit di rumah, mau dampingi opa, ada pelayanan di Diora. Tetapi Tuhan kasih kekuatan, pergi melayani ke Diora. Biasanya jaringan di sana kurang bagus, tetapi waktu itu semua info masuk. Sementara khotbah masuk wa papa dipanggil Tuhan. Tetapi Tuhan kasih kekuatan bisa menghibur jemaat. Seharusnya saya yang berteriak menangis. Om sampaikan kepada jemaat Puji Tuhan, opa sudah sembuh. Mereka lega. Sudah bersama Tuhan, menangis semua. Pas masuk doa penyembahan, yang biasa menyembah tidak menangis, semuanya menangis. Pulang harus menguatkan lagi orang tua, menguatkan isteri. Setelah pemakaman harus melayani lagi, terus melayani sampai sekarang dan dibelakangi lagi, dilawan lagi. Tetapi di saat menghadapi kepahitan Roh Kudus memberikan kekuatan.

 

2.      Di situ Tuhan memberikan ketetapan-ketetapan. Artinya Roh Kudus memampukan kita untuk bisa menerima Firman Tuhan, bisa taat dan dengar-dengaran pada Firman Tuhan, kita bisa menikmati Firman. Inilah kekuatan dari Tuhan, saat kita menghadapi kepahitan, Roh Kudus memberikan penghiburan, Roh Kudus memampukan kita bisa menerima Firman, taat dengar-dengaran pada Firman Tuhan, sehingga Firman menjadi alat pengontrol dalam hidup kita supaya tidak lagi menyimpan pahit hati! Dan menjadi kontrol untuk mulut kita sehingga mulut kita tidak salah lagi berkata-kata, tidak teledor.

 

Saya tidak tahu, mungkin kaum muda di sini ada yang sempat teledor berkata-kata, lebih baik mati, lebih baik bunuh diri. Atau ketika orang tuanya marah ingin mati, ayo selesaikan semuanya.

 

3.      Roh Kudus memindahkan kita ke Elim, suasana kemanisan, suasana kemurahan. Tidak usah tunggu lama, saat kita bisa mengaku dosa kita, saat kita bisa menerima Firman, saat itu juga Roh Kudus bekerja. Elim itu suasana kemurahan, suasana kemanisan.

 

Tanda-tanda suasana kemurahan, suasana kemanisan:

a)      Ada 12 mata air. Angka 12 mengingatkan kita akan 12 rasul yaitu orang yang dipanggil dan dipilih Tuhan untuk memangku jabatan pelayanan dari Tuhan untuk dipakai oleh Tuhan.

Lukas 6:12-13

6:12 Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.

6:13 Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:

 

 

Jadi ada 12 mata air artinya Tuhan memperlengkapi kita dengan jabatan pelayanan dan karunia Roh Kudus untuk dipakai dalam pelayanan pembangunan Tubuh Kristus. Jadi dipakai Tuhan itu manis hidup kita, percayalah! Masa om, saya tidak bisa pacaran, latihan terus, saya tidak bisa begini dan begitu. Itu daging kita yang maunya begitu. Daging itu membawa pada kepahitan. Untuk sekarang kelihatan enaknya bisa ke sana kemari, tidak ada tanggung jawab. Dagingnya memang enak, tetapi tunggu waktu antikristus berkuasa, orang seperti itu yang tidak masuk penyingkiran, mereka yang lebih dulu dianiaya. Kita yang melayani Tuhan rasanya pahit, padahal sebenarnya manis.

 

Kalau kita dipakai Tuhan, maka Tuhan akan berikan kemanisan dalam hidup kita. Lalu kenapa orang melayani malah hidupnya pahit? Karena syarat melayani tidak dia penuhi. Hanya mau tampil melayani supaya dilihat orang, saya jago, saya hebat. Dia mau tampil untuk dipuji. Ada lagi yang punya gebetan di gereja, dia berikan yang terbaik saat melayani tetapi hanya untuk dilihat. Ganteng ya dia kalau main musik, cantik kalau jadi singer. Tetapi syarat pelayanan tidak dia penuhi! Apa syarat pelayanan?

Efesus 4:14

4:14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,

 

Jabatan pelayanan dan karunia Roh Kudus diberikan kepada orang suci. Jadi syarat melayani adalah suci dan kudus. Apa yang menyucikan? Firman Tuhan. 12 mata air juga menunjukan Firman pengajaran yang benar. Mata air menunjuk air Firman dan 12 mata air menunjuk 12 rasul yang menyampaikan pengajaran. Kalau digabung 12 mata air adalah Firman pengajaran yang benar. Ini yang menyucikan kehidupan kita sekalian. Dan ini juga yang menjadi komando pelayanan kita. Hidup kita menjadi manis kalau kita melayani dalam kesucian dan melayani sesuai komando. Dulu dalam Pramuka ada penjelajahan, kalau tidak ikut tanda-tanda yang diberikan, bisa tersesat. Tetapi kalau ikut tanda jejak, aman sampai finish. Begitu juga melayani, Tuhan berikan patokan ini yang harus dilakukan, ini tidak boleh. Yang harus dilakukan ya dilakukan, yang tidak boleh jangan dilakukan, supaya manis.

 

Kalau sudah suci dan taat pasti setia. Layani Tuhan dengan kesucian, layani Tuhan dengan ketaatan dan kesetiaan, hidup kita pasti manis, percayalah!

 

Ingat, jangan menjadi pengkhianat seperti Yudas Iskariot.

Lukas 6:16

6:16  Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Ada Yudas yang menjadi pengkhianat di situ. Bagaimana hidupnya? Dia jual Yesus, dia dapat 30 keping perak, tetapi apakah hidupnya manis? Dia kira dengan menjual Yesus dia akan mendapat segalanya, akan enak hidupnya, malah tertipu. Itulah tipuan iblis, begitu tinggalkan ibadah pelayanan, tinggalkan Firman pengajaran, tidak mau setia, tidak mau taat, tidak mau suci, memang dapat perkara daging, tetapi hidupnya pahit sepahit-pahitnya. Yudas mati! Kepahitan hidup manusia yang paling pahit adalah waktu mati. Yudas mati dengan perut pecah, isi perutnya tertumpah keluar, menunjukan selama ini dia menyimpan kepahitan dosa di dalam hatinya. Ini jangan terjadi lama kehidupan kita.

 

Sekali lagi jaga, setelah melayani jangan menjadi pengkhianat. Mungkin kita tidak mengkhianati Tuhan, tidak tinggalkan ibadah pelayanan, tidak tinggalkan pengajaran, tetapi ada satu juga yang membuat kita pahit. Yang dijaga yang kedua jangan tersandung.

II Petrus 1:10-11

1:10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

1:11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

 

Panggilan pilihan Tuhan atau ibadah pelayanan, itu adalah hak penuh untuk masuk kerajaan Sorga, jangan tersandung. Kalau melayani lalu tersandung rugi kita, tidak bisa masuk dalam kerajaan Sorga. Mungkin kelihatan masih melayani, tetapi dikit-dikit tersandung, melayani dalam suasana kepahitan. Yang paling gampang pelayanan berupa tim. Paduan suara, pemain musik, lalu tersandung pada sesama, melayani jadi tidak enak, suasana kepahitan. Apalagi kalau dia tersandung pada seseorang lalu orang itu ada salah kunci, salah nada. Tidak akan nyaman melayani.

 

Kalau khotbah ini ada timnya juga. Kalau pembaca pahit sama om, tidak enak. Tetapi dia tidak pahit, tetapi tidak tahu hatinya! Dulu om alami sendiri waktu belum bertobat sudah jadi pembaca. Makanya baru duduk opa sudah suruh baca ini, sudah mengomel di hati. Itu dulu waktu belum bertobat, makanya tidak enak melayani, tidak ada suasana kemanisan. Makanya tidak mau mengulangi kesalahan seperti itu, biar pelayanan karena dorongan Firman, tidak mau tunjuk-tunjuk. Mungkin opa mau supaya saya mau jadi hamba Tuhan, jadi disuruh doa, baca Alkitab, padahal hati ini, mulut ini, pikiran ini belum bertobat sama sekali.

 

Kalau sudah dipercaya jabatan pelayanan itu adalah hak penuh masuk kerajaan sorga, jangan sampai haknya berkurang dan hilang.

 

b)      Ada 70 pohon korma. Apa artinya itu? Angka 70 adalah angka pengutusan.

Lukas 10:1

10:1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.

 

Sesudah kita diberikan jabatan pelayanan dan karunia Roh Kudus kita siap untuk diutus, siap untuk dipakai oleh Tuhan. Apapun pelayanan yang kita kerjakan harus menjadi kesaksian untuk memuliakan Tuhan. Dulu 70 murid diutus memberitakan Firman. Sekarang kita diutus untuk menjadi kesaksian di manapun kita berada. Dalam rumah tangga jadi kesaksian. Ini paduan suara di gereja, harus jadi kesaksian. Di sekolah jadi kesaksian yang benar, di pekerjaan jadi kesaksian. Apapun pelayanan yang kita kerjakan harus menjadi kesaksian untuk memuliakan Tuhan. Bukan hanya hebat di gereja, hebat khotbah, hebat main musik, hebat menyanyi, tetapi di luar tidak jadi kesaksian, malah jadi cibiran. Itu katanya anggota paduan suara, itu katanya pemain musik, itu katanya pendeta, koq begitu dia!

 

Bagaimana caranya untuk menjadi kesaksian? Mereka diutus berdua-dua. Untuk menjadi kesaksian harus melayani berdua-dua. Artinya:

1)      Harus bisa bekerja sama dengan Tuhan yaitu Tuhan yang memberi komando lewat Firman, kita mentaati Firman. Jadi dia menyanyi dalam tanda taat pada Firman, main musik taat pada Firman, khotbah taat pada Firman, semua taat pada Firman, itu diutus berdua-dua. Ayo melayani Tuhan mulai sekarang ini berdua-dua, bisa bekerja sama dengan Tuhan.

 

2)      Harus bisa bekerja sama dengan sesama. Bagaimana supaya bisa bekerja sama dengan sesama? Belajar rendah hati dan tidak egois.

Filipi 2:1-4

2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,

2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,

2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

 

Dalam keluarga dulu, rendah hati, menganggap yang lain lebih utama. Rendah hati kemampuan mengaku dosa. Pasangannya lemah lembut, mengampuni dosa dan jangan egois. Itu menjadi kesaksian! Lain kali semua maunya untuk dia. Mau adik, mau kakak tidak peduli, jangan! Dalam penggembalaan juga begitu, rendah hati dan jangan egois. Utamakan kepentingan Tubuh Kristus, itu suatu kesaksian! 

 

Kalau sudah rendah hati dan tidak egois, pasti bisa melayani dengan sehati dan sepikir.

 

3)      Arti yang ketiga jaga kesucian! Dijaga kesucian masa mudanya, masa permulaan nikah, masa pacaran dan masa tunangan. Kalau bukan suami isteri, jangan berdua-duaan pergi melayani. Kalau diutus ke mana-mana suami isteri jalan bersama-sama. Kalau belum menikah melayani sendiri dengan Tuhan atau dengan teman yang sesama. Jangan dengan lawan jenis! Jaga kesucian terutama kesucian nikah kita. Kalau sudah menikah lalu pergi melayani harus pergi suami isteri. Kalau belum menikah harus bersama Tuhan, jaga kesucian.

 

Lukas 10:17-20

10:17 Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu."

10:18 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.

10:19 Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.

10:20 Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga."

 

Hasilnya:

1)      Kita menerima kuasa nama Tuhan yaitu kuasa kemenangan, kuasa pemeliharaan dan kuasa perlindungan Tuhan. Kita menang manis, dipelihara manis, dilindungi manis, menjadi manis hidup kita. Bersama Yesus bertambah manis, semakin indah bersama Yesus. Biar menjadi kenyataan, bukan hanya sekedar dinyanyikan. Sore ini kita dengar Firmannya, pulang dipraktekan, betul-betul semakin manis hidup kita.

2)      Nama terdaftar di sorga, berarti layak masuk kerajaan sorga, menjadi Mempelai Wanita Tuhan yang sempurna. Itu puncak keindahan, puncak kemanisan, kita menjadi Mempelai Wanita Tuhan. Mulai di dunia Tuhan berikan masa depan yang manis dan indah, sampai nanti yang terindah dan termanis kita menjadi Mempelai Wanita Tuhan yang sempurna. Om bersaksi bagaimana Tuhan menjadikan semua indah pada waktunya. Begitu tamat SMA bingung mau ke mana, mau kuliah tidak ada biaya, mau kerja keahlian terbatas, akhirnya kerja serabutan. Ternyata Tuhan mau jadikan hamba Tuhan sepenuh. Setelah terjun di ladang Tuhan, Tuhan jadikan semua indah Ayo layani Tuhan sungguh-sungguh, Tuhan menjadikan semua indah pada wakutnya.

 

Tuhan Memberkati.

JADWAL IBADAH

Rabu   :          Ibadah Pendalaman Alkitab dan

Perjamuan Suci → Pk. 17.00

Sabtu    :         Ibadah Doa Penyembahan → Pk. 16.30

Minggu :         Ibadah Raya → Pk. 10.00

            Ibadah Sekolah Minggu → Pk. 16.00

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar