20180807

Kebaktian PA Kitab Yehezkiel, Selasa 7 Agustus 2018 Pdt. Bernard Legontu


Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

Yehezkiel 9:6-11
9:6 Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan mulailah dari tempat kudus-Ku!" Lalu mereka mulai dengan tua-tua yang berada di hadapan Bait Suci.
9:7 Kemudian firman-Nya kepada mereka: "Najiskanlah Bait Suci itu dan penuhilah pelataran-pelatarannya dengan orang-orang yang terbunuh. Pergilah!" Mereka pergi ke luar dan memukuli orang-orang sampai mati di dalam kota.
9:8 Sedang mereka memukuli orang-orang sampai mati -- waktu itu aku tinggal di belakang -- aku sujud dan berseru, kataku: "Aduh, Tuhan ALLAH, apakah Engkau memusnahkan seluruh sisa Israel di dalam mencurahkan amarah-Mu atas Yerusalem?"
9:9 Jawab-Nya kepadaku: "Kesalahan kaum Israel dan Yehuda sangat banyak, sehingga tanah ini penuh hutang darah dan kota ini penuh ketidakadilan; sebab mereka berkata: TUHAN sudah meninggalkan tanah ini dan TUHAN tidak melihatnya.
9:10 Karena itu Aku juga tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan; kelakuan mereka akan Kutimpakan atas kepala mereka."
9:11 Lihat, orang yang berpakaian lenan itu dan yang mempunyai alat penulis di sisinya memberikan laporan, katanya: "Aku sudah kerjakan seperti Engkau perintahkan kepadaku."

Tampil 7 orang di sini, yang satu beda dengan yang enam. Ini bukan hanya sebatas cerita lampau, tetapi ini bernubuat, mengingatkan kepada kita apa yang akan terjadi di depan ini. Pada ayat 4 yang melayani, tampil duluan dan memberi huruf T kepada orang-orang yang berkeluh kesah melihat keadaan di sekitar mereka. Berarti yang mendapat huruf T ini adalah orang-orang yang tidak terlibat dengan orang-orang yang melakukan kejahatan. Kejahatan di sini yang menonjol adalah tidak ada kasih, karena dikatakan mereka membunuh. Membunuh itu sama dengan merusak gambar Allah, merusak teladan Allah. Yang mendapat murka dari Tuhan adalah orang-orang yang merusak gambar Allah. Manusia diciptakan Tuhan menurut peta dan teladan Allah.
Kejadian 9:6
9:6 Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.

Dalam kitab Yehezkiel mereka menumpahkan darah sesama. Jika dihubungkan dengan Kejadian 9:6, itu berarti merusak gambar Tuhan, merusak teladan Tuhan, itu inti.

Kalau dalam Yehezkiel pasal 9 ini mereka bunuh adalah sesama umat Tuhan. Jadi kehidupan penduduk Yerusalem waktu itu tidak mengenal lagi belas kasihan. Sementara, jika kita melihat sebelum yang membawa dawat penyurat ini dan yang akan menjalankan eksekusi yang 6 ini, mereka lebih dahulu berdiri di samping mezbah. Apa maknanya untuk kita?

Mezbah Tembaga ini menunjuk salib Golgota. Siapa yang sudah berkorban di Mezbah Korban Bakaran itu? Untuk bangsa Israel dahulu adalah domba dan lembu. Jika domba dan lembu itu ditanya “kenapa kamu rela disembelih dan dibakar di situ?” jika mereka bisa bersuara dia akan menjawab “karena kekasih itu saya rela”. Yang sekarang, siapa yang harus kita lihat?
I Timotius 2:5
2:5 Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,

Manusia Kristus Yesus inilah yang menjadi pengantara, yang mengerjakan pendamaian antara Allah dengan kita manusia dan antara sesama. Di mana prosesnya? Dia rela disalib. Kalau dalam Yehezkiel, digambarkan seperti seorang yang berjubah lenan putih dan ada dawat penyurat di lambungnya. Tidak ayal lagi itu menggambarkan pribadi Yesus Anak Domba Allah di mana lambungNya ditusuk sehingga darah dan air keluar. Untuk apa? Supaya kita umat Tuhan yang tadinya bermusuhan dengan Tuhan didamaikan dengan Tuhan. Dulu kita musuh Tuhan tetapi manusia Yesus telah mendamaikan kita.
Roma 5:8-9
5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
5:9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.

Alangkah ironisnya bangsa Israel yang telah ditebus dari Mesir kemudian membenci sesama dan sampai membunuh. Membunuh itu tidak nanti kita menyabet orang dengan parang atau kita tembak dengan bedil. Membenci itu sama dengan membunuh. Alangkah ironisnya kalau kita umat Tuhan ada roh kebencian dalam diri kita. Itu sama dengan sudah membunuh, berarti merusak keteladanan Allah, merusak gambar Allah. Yang diwujudkan dalam Yesus. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia.

Kolose 1:19; 2:9
1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,
2:9 Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,

Dia adalah wujud Allah yang tidak kelihatan tetapi berlembaga di dalam Yesus. Dalam pelayanan Yesus selama 3,5 tahun di muka bumi ini dan mengakhiri hidupNya di atas Golgota, dalam doa imamatNya, Dia melapor kepada Bapa. Ini sama seperti Yehezkiel. (sudah selesai).

Jadi pelayanan dari Yesus adalah teladan bagi kami. Kami hamba Tuhan yang melayani dan saudara yang dipimpin, bukan berarti setelah beribadah itu sudah habis, harus ada laporan. Ibadah yang kita kerjakan dalam pelayanan kita kepada Tuhan jangan kita anggap enteng. Jika salah, kita lapor kepada Tuhan dan siap dikoreksi.

Kalau pendeta habis berkhotbah langsung minum bir atau merokok, itu bukan melapor, itu mengotori wajah Tuhan, tidak ada sopannya.

Sesudah Yesus bekerja, Dia melapor. Bahkan pada malam terakhir sebelum Dia disalib, Yesus melapor lebih dahulu.
Yohanes 17:4-5
17:4 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.
17:5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Jadi karena pelaporanNya benar, pelayanNya benar, Yesus berhak meminta kemuliaan yang pernah Dia miliki. Jangan kita berpikir Yesus baru ada 2000 tahun yang lampau, Yesus adalah Allah itu sendiri. Hanya di dalam pelayanan itu, Dia memberikan keteladanan kepada kita.

Kita ini mau mencapai kemuliaan yang dijanji oleh Tuhan, bahkan kemuliaan yang dijanji oleh Tuhan kepada kita gereja Tuhan, paketnya sudah disimpan oleh Tuhan sebelum dunia diciptakan. Paket apa? Kemuliaan. Ini hanya bisa dipahami oleh hikmat sorga, bukan hikmat manusia. Sepintar-pintarnya Albert Enstein tidak bisa memahami hikmat sorga.
I Korintus 2:6-7
2:6 Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.
2:7 Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.

Disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tetapi Yesus memberi teladan. Mau menerima kemuliaan Allah bagi kita, contohi dulu Yesus. Yesus adalah manusia tanpa dosa, tetapi rela di salib di golgota. Kita ini ingin menerima kemuliaan, tetapi begitu sulitnya untuk menyalibkan keinginan-keinginan daging kita. Jika disentuh dagingnya langsung marah besar “saya ini manusia, saya punya harga diri!”.

Yesus adalah Allah menjadi manusia, tetapi Dia rela tersalib. Dia tidak mempertahankan haknya sebagai Allah.
Filipi 2:5
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

Yang mendapat huruf T ini seperasaan dengan Tuhan. Dalam Yehezkiel pasal 3 kita menemukan bagaimana perasaaan Tuhan melihat manusia yang sudah tidak terkontrol perilakunya. Bukan hanya manusia umumnya, tetapi umatNya yang sudah menjadi liar dagingnya. Makanya Allah berkeluh kesah. Dalam Yehezkiel pasal 9, yang mendapat huruf T ini adalah orang-orang yang berkeluh kesah melihat kondisi disekitarnya yang tidak terkendali lagi nafsu dagingnya. Sampai kasih tidak ada lagi.

Filipi 2:6-7
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Mengosongkan diri dalam bahasa aslinya kenno. Yesus menjadi hamba bukan hanya sampai menjadi daulos (hamba yang tidak menuntut upah) tetapi sampai menjadi huperetas (hamba yang rela mati bagi tuannya). Itulah Yesus yang rela mati bukan saja untuk Bapa tetapi untuk kita.
Yohanes 10:17
10:17 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.

Filipi 2:8
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Kalau kita ini masih mempertahankan daging, tidak bisa tersinggung sedikit, marahnya sampai seperti mau menyundul plafon. Bagaimana kalau saya seperti itu. Mana keteladanan saya kalau begitu. Belum sepikiran dan belum seperasaan dengan Tuhan.

Apakah ibadah pelayanan kita berani kita lapor? Melapor ini berarti berani dikoreksi. Tetapi yang pakai jubah putih ini apa lagi yang mau dikoreksi sebab tidak ada kesalahannya, tetapi meneladankan kepada kita untuk berani dikoreksi. Sebab apa yang terjadi bagi bangsa Israel dahulu pelajaran bagi kita.

Saya sebagai hamba Tuhan harus berani dikoreksi. Makanya saya katakan kepada jemaat, jika selesai ibadah saya masuk kamar, jangan dulu dikejar ketok-ketok pintu walaupun saudara betul-betul butuh sebab saya sedang melapor. Saya mengoreksi diri dan melapor kepada Tuhan “Tuhan saya sudah melayani tadi sekian jam, sekian menit. Kalau ada yang salah terselip saya ucapkan, tolong dikoreksi”. Memang ketika dievaluasi kembali dari sejak awal pemberitaan Firman sampai selesai, pasti saya temukan hal-hal yang kurang pas. Saya diajar oleh Firman Tuhan lewat kisah ini.

Bukan berarti selesai ibadah langsung menghadapi meja yang ada paha ayam kemudian langsung lahap makan dan tidak ada laporan lagi. Kalau begitu selesai beribadah justru merokok, itu bukan melapor. Ini pelajaran dari Tuhan untuk hamba-hamba Tuhan.
Mengapa diberi tanda huruf T? Kita tahu bahwa huruf T atau (taw) dalam abjad Ibrani adalah huruf yang terakhir. Dengan penggunaan huruf T, punya nilai nubuatan kepada kita menunjuk kehidupan yang hidup pada akhir zaman. Bagi kehidupan yang hidup pada akhir zaman, Tuhan sangat mendambakan adanya anak-anak Tuhan yang dibina dan diajar oleh Firman pengajaran, Roh dan Kasih Allah supaya seperasaan dengan Tuhan. Yang seperasaan dengan Tuhan inilah yang disebut Mempelai Wanita dan Yesus Mempelai Laki-laki Sorga.

Jadi gereja Tuhan punya belahan jiwa itulah Yesus, Yesus punya belahan jiwa itulah gerejaNya. Pasti seperasaan. Prakteknya di dalam nikah rumah tangga secara jasmani. Isteri yang diciptakan dari rusuk suami, harus belajar memikirkan atau membawa dirinya untuk mengerti apa yang ada pada perasaan suami dan pikiran suami.

Dalam Filipi tadi siapa yang diajak? Apakah Tuhan yang diajak supaya seperasaan dengan kita atau kita yang diajak seperasaan dengan Tuhan?
Filipi 2:5
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

Jadi, kita gereja Tuhan calon Mempelai Wanita harus memikirkan dan belajar pikiran dan perasaan Kristus dan seperasaan dengan Kristus, Mempelai Laki-laki Sorga. Di dalam nikah, isteri itu harus banyak belajar perasaan dan pikiran yang dipikirkan oleh suami. Jika isteri bijak, begitu melihat suami mukanya segi tujuh, ayo coba dekati, ada apa-apanya. Jangan malah dibentak “ada apa papa! Kenapa begitu!’. Harus mengerti pikiran dan perasaan suami. Kecuali kalau pikiran perasaan suami itu mau memboyong kita ke dalam dosa. Itu berarti dia juga tidak belajar perasaan Kristus, suami harus lebih dahulu belajar pikiran dan perasaan Kristus. Kalau mengerti perasaan dan pikiran Tuhan Yesus maka nikah itu aman terkendali dan damai.

Kita perhatikan, apakah kita sudah seperasaan dengan Tuhan Yesus. Sebetulnya aman rumah tangga kalau dari pihak isteri selalu bijak untuk belajar terus. Bukannya malah memaksa suami harus mengerti pikiran dan perasaan isteri. Kalau seperti itu lebih baik dia balik saja ayat yang tadi itu, kalau dibalik itu berarti terjun bebas di neraka. Aman dan indah kita orang Kristen jika mengerti pengajaran, pasti aman nikah dan rumah tangga kita. Tetapi jika tidak di dalam pengajaran, maka akan bertindak sesukanya.

Di sini Tuhan murkai kota ini dan itu diangkat kembali dalam Yehezkiel 43:3-4.
Yehezkiel 43:3
43:3 Yang kelihatan kepadaku itu adalah seperti yang kelihatan kepadaku ketika Ia datang untuk memusnahkan kota itu dan seperti yang kelihatan kepadaku di tepi sungai Kebar, maka aku sembah sujud.

Saudara lihat Yehezkiel. Dari pasal 9 sampai pasal 43, Yehezkiel melihat kembali wujud yang pernah menghancurkan kota itu. Yang menghancurkan Yerusalem pada pasal 9 ada 6 orang, tetapi siapa yang memerintah?
Yehezkiel 9:1
9:1 Lalu aku mendengar Dia berseru dengan suara yang nyaring: "Maju ke mari, hai, yang harus menjalankan hukuman atas kota ini! Masing-masing dengan alat pemusnah di tangannya!"

Jadi sebenarnya Tuhan menggunakan 6 orang ini. Sebenarnya inilah kondisi umat Tuhan pada waktu itu. Mereka ada pada angka 6, angka daging, angka manusia. Makanya Yesus menjadi manusia, namun tidak berdosa. Dia rela mati bagi kita manusia yang berdosa.
Roma 4:25
4:25 yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.

Manusia diciptakan pada hari yang keenam, jadi manusia ada tanda 6. Makanya antikristus memakai tanda 666. 6 pertama tubuh, 6 kedua jiwa dan 6 ketiga roh.

II Korintus 5:21
5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Yesus sengsara untuk kita bukan karena Dia berdosa. Belum tentu ada orang rela mati bagi orang benar. Tetapi Yesus rela mati bagi kita orang jahat. Itulah kebesaran hati Tuhan kita Yesus Kristus. Saya berbahagia dimiliki Tuhan Yesus, memiliki FirmanNya.

Ketika dalam keadaan sengsara, apa yang Yesus lakukan? Kita belum sengsara seperti Yesus, baru terkutik sedikit perasaan kita sudah sulit dijinakan. Termasuk anak-anak saya dan jemaat, jika disentuh perasaannya “jangan begitu” langsung balik membentak, itu belum seperti teladan Yesus dalam 1 Petrus 2:21-23.
Lukas 23:33-34
23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.
23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.

Ini diucapkan Yesus di salib, sementara Dia menanggung derita sengsara. Mahkota duri di kepala, tangan direntangkan lalu dipaku, kaki dipaku. Belum lagi bilur-bilur waktu Dia dicambuk. Tetapi Dia mengucapkan ini, ini keteladanan dari Yesus. Kita ini sudah terlalu banyak dengar Firman tetapi prakteknya tersendat-sendat. Tidak bisa kita meneladani Yesus.

Mungkin kita katakan “itukan Yesus, Dia bisa menanggung sengsara”. Bagaimana dengan Stefanus.
Kisah Para Rasul 7:59-60
7:59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."
7:60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.

Ini orang yang punya kasih, sudah menyatu dengan pikiran dan perasaan Yesus. Orang seperti inilah calon Mempelai Wanita, dia sudah seperasaan dengan Tuhan. Saya menyatakan ini saya sendiri malu di hadapan Tuhan. Seringkali kita ini belum apa-apa, baru terkoreksi sedikit, mungkin dengar kata-kata yang kurang enak, kita sudah balas dengan angkara murka. Ajaran ini untuk kita semua.

Pelopor pembunuh di dalam Yerusalem ini justru tua-tua sidang. Makanya Tuhan lebih dahulu memusnahkan tua-tua. Yang mestinya mereka harus memberikan keteladanan rohani, tetapi mereka inilah yang penuh dengan roh kebencian, merusak gambar Allah dan merusak keteladanan Allah. Inilah yang terjadi.
Yehezkiel 8:11
8:11 Dan di hadapannya berdiri tujuh puluh orang tua-tua kaum Israel, dengan Yaazanya bin Safan di tengah-tengah mereka dan masing-masing memegang bokor ukupannya di tangannya, dan keharuman dari asap ukupan itu naik ke atas.

70 tua-tua ini adalah kelompok yang disebut oleh mereka sanhedrin. Mereka justru membunuh rohani umat dengan mengajar untuk menyembah berhala.

Kisah Para Rasul 4:5
4:5 Pada keesokan harinya pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat mengadakan sidang di Yerusalem

Tujuannya apa? Mau membunuh Petrus dan Yohanes. Sampai Petrus berkata “tidak mungkin kami mau ikut kamu. Kami mau ikut Tuhan. Mana mungkin kami mau dengar perkataan manusia, kami mau ikut perkataan Tuhan”. Kemudian Petrus dan Yohanes dipenjarakan gara-gara tua-tua.

Mereka ini juga yang bersekongkol untuk menghantam Stefanus.
Kisah Para Rasul 6:11-12
6:11 Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: "Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah."
6:12 Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama.

Ini kerjanya tua-tua. Yang ada dalam pikiran tua-tua ini “kapan saya membunuh orang itu”. Hanya kebencian yang ada. Makanya Tuhan mulai dari tua-tua yang mestinya mereka memberikan keteladanan yang rohani, tetapi yang muncul hanya sakit hati, angkara murka, marah-marah, jengkel dan benci. Yang seperti begini kapan bisa tertolong. Makanya dalam Yehezkiel 43:3, Tuhan perlihatkan kembali kota yang pernah dihancurkan oleh Tuhan itu.
Untuk mengatasi masalah ini, Tuhan angkat spesial imam kepala yang namanya Zadok untuk memimpin ibadah umat Tuhan. Waktu umat sudah tersesat dalam tindakan yang tidak terpuji di hadapan Tuhan, maka untuk menolong mereka Tuhan angkat imam yang berkenan di hatiNya.
Yehezkiel 44:15-17,19,27
44:15 Tetapi mengenai imam-imam orang Lewi dari bani Zadok yang menjalankan tugas-tugas di tempat kudus-Ku waktu orang Israel sesat dari pada-Ku, merekalah yang akan mendekat kepada-Ku untuk menyelenggarakan kebaktian dan bertugas di hadapan-Ku untuk mempersembahkan kepada-Ku lemak dan darah, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
44:16 Merekalah yang akan masuk ke dalam tempat kudus-Ku dan yang akan mendekati meja-Ku untuk menyelenggarakan kebaktian dan mereka akan menjalankan tugasnya terhadap Aku.
44:17 Maka kalau mereka hendak masuk dari pintu-pintu gerbang pelataran dalam, mereka harus mengenakan pakaian lenan; mereka tidak boleh memakai pakaian bulu domba waktu mereka bertugas di pintu-pintu gerbang pelataran dalam atau waktu menyelenggarakan kebaktian dalam Bait Suci.
44:19 Dan waktu mereka keluar ke pelataran luar menjumpai umat TUHAN itu, mereka harus menanggalkan pakaian mereka yang mereka pakai dalam menyelenggarakan kebaktian dan menyimpannya dalam bilik-bilik kudus, kemudian mengenakan pakaian yang lain, supaya umat itu jangan menjadi kudus disebabkan kena kepada pakaian imam-imam itu.
44:27 dan pada hari ia masuk lagi ke tempat kudus, ke pelataran dalam, untuk menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus, ia harus mempersembahkan korban penghapus dosanya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.

Di zaman Israel dulu, korban bakaran untuk pengampunan dosa yaitu domba atau kambing atau lembu. Sekarang kita tidak lagi sebab ada korban Kristus. Dia sendirilah yang menjadi Imam Besar dan darahNya sendiri untuk menjadi korban penghapus dosa. Di mana rasa terima kasih kita, di mana syukur kita? Dia manusia yang tidak berdosa dan tidak bersalah, tetapi rela menanggung dosa kita. Di mana terima kasih kita kepada Tuhan, kita selalu lari dari kehendak Tuhan. Kapan mau mencapai rencana Allah yang besar. Kapan kita menjadi Mempelai Wanita Tuhan? Kapan kita bertemu dengan Yesus sebagai Mempelai Laki-laki Sorga.

Dia akan datang pada kali kedua bukan lagi sebagai Juruselamat tetapi Dia akan datang sebagai Raja segala raja, Mempelai Laki-laki Sorga untuk menjemput Mempelai WanitaNya.
Wahyu 19:6
19:6 Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.

Saat itu tidak ada bahasa atau kata yang bisa menyaingi lagi kata ini. Itulah kata yang paling menggelegar, paling membahana yaitu seruan “haleluya”.

Wahyu 19:7
19:7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Semoga saudara dan saya ada di dalamnya.

Kita beribadah bukan berarti selesai ibadah tanpa kita mengevaluasi apa yang kita kerjakan. Utamanya kami hamba Tuhan, kami evaluasi apa yang kami lakukan, kami melapor kepada Tuhan. Jika ada yang salah itu menjadi pelajaran di hari yang akan datang supaya tidak diulangi. Selain mengucap syukur karena Tuhan sudah memberkati ibadah pelayanan kita, itu yang kami hamba Tuhan harus kerjakan.

Juga jemaat, jangan selesai ibadah tidak ada hubungan vertikal lagi. Harus berterima kasih untuk Firman, urapan dan layanan kasih Tuhan, selalu harus ada setelah ibadah.

Tuhan Memberkati.

GPT “Kristus Penebus”
Jl. Langgadopi No.4 Tentena
Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663
HP: 085241270477
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar