20181027

Kebaktian Doa, Sabtu 27 Oktober 2018 Pdt. Bernard Legontu


Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

Yohanes 5:1-4
5:1 Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem.
5:2 Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya
5:3 dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.
5:4 Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya.

Keajaiban jika air dalam kolam Betesda itu digoncang oleh malaikat Tuhan yang datang sewaktu-waktu. Jadi tidak tahu kapan waktu kolam itu bergoncang. Kesimpulannya semua yang sakit yang ada di serambi, mata mereka tetap fokus kepada kolam. Jika mata mereka berpaling kepada yang lain lalu malaikat itu datang mengoncangkan kolam, sudah dapat dipastikan mereka terlambat. Olehnya mata semua yang ada di serambi itu fokus kepada kolam. Apa yang mereka nantikan dari kolam itu? Jika kolam itu digoncang oleh malaikat Tuhan.

Kehadiran kita di dalam setiap ibadah, kita membutuhkan mata yang terpusat, tertuju di mana malaikat Tuhan hadir, di mana air Firman Tuhan itu digoncang. Dulu hanya sewaktu-waktu. Bagi kita sekarang tidak dapat digunakan lagi istilah sewaktu-waktu, karena setiap saat terjadi kegerakan air Firman Allah.

Kehadiran mereka di sana karena didorong oleh kebutuhan. Kebutuhan yang mereka harapkan adalah kesembuhan, lepas dari segala sakit penyakit. Demikian juga kehadiran kita di sini adalah suatu kebutuhan. Jadi kehadiran anak Tuhan dalam setiap ibadah, jangan didorong oleh dorongan yang lain. Tetapi yang memotivasi kehadiran kita di dalam satu kegerakan Firman adalah karena ada kebutuhan, kebutuhan terhadap Firman yang bisa memulihkan kehidupan kita yang penuh cacat cela dan kerut ini. Jadi kebutuhan ketika kita hadir dalam satu ibadah adalah kebutuhan supaya kita dibebaskan dari cacat cela dan kerut. Kalau bukan itu yang menjadi tujuan kita berarti kita salah arah, kita salah kaprah.

Jadi dorongan kehadiran kita dalam setiap even, dalam setiap kegerakan Firman, dalam setiap ibadah, motivasinya adalah ingin dilepaskan. Dulu dilepaskan dari sakit jasmani, sekarang untuk kita dilepaskan dari cacat cela dan kerut. Ini yang harus menjadi kebutuhan yang mendorong kita untuk hadir dalam ibadah.

Kalau dulu hanya sewaktu-waktu, sekarang tidak bisa dikatakan sewaktu-waktu. Betesda artinya rumah belas kasihan. Sekarang ini yang mempunyai belas kasihan hadir setiap saat, tidak hanya sewaktu-waktu. Siapa yang memiliki belas kasihan itu? Itulah Yesus Imam Besar.
Ibrani 4:14-15
4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Jadi bukan lagi kita datang untuk disembuhkan dari cacat cela dan kerut hanya sewaktu-waktu, jika kita butuh. Tetapi seharusnya bukan hanya ketika kita butuh dan memang kita sangat membutuhkan agar dilepaskan dari segala cacat cela.

Buta itu bukan cuma pada jemaat, ternyata yang buta itu adalah gembala-gembala. Lumpuh tidak hanya dikenakan kepada jemaat, ternyata gembala juga lumpuh. Timpang tidak hanya dikenakan kepada jemaat tetapi gembala juga timpang.

Gembala yang buta:
Yesaya 56:10-11; 42:19-20
56:10 Sebab pengawal-pengawal umat-Ku adalah orang-orang buta, mereka semua tidak tahu apa-apa; mereka semua adalah anjing-anjing bisu, tidak tahu menyalak; mereka berbaring melamun dan suka tidur saja;
56:11 anjing-anjing pelahap, yang tidak tahu kenyang. Dan orang-orang itulah gembala-gembala, yang tidak dapat mengerti! Mereka semua mengambil jalannya sendiri, masing-masing mengejar laba, tiada yang terkecuali.
42:19 Siapakah yang buta selain dari hamba-Ku, dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh? Siapakah yang buta seperti suruhan-Ku dan yang tuli seperti hamba TUHAN?
42:20 Engkau melihat banyak, tetapi tidak memperhatikan, engkau memasang telinga, tetapi tidak mendengar.

Yang timpang bukan hanya jemaat tetapi juga hamba Tuhan, imam, nabi-nabi.
I Raja-raja 18:21
18:21 Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun.

Kalau kita hanya datang sewaktu-waktu sementara Yang memiliki belas kasihan setiap saat ada, maka kapan kita bisa dibersihkan, kapan kita mengalami pemulihan. Olehnya bukan sewaktu-waktu tetapi setiap saat sebab Imam Besar senantiasa hadir. Berarti hubungannya dengan ibadah.
Ibrani 4:14-16
4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Jika membaca keseluruhan kitab Ibrani ini mulai dari pasal 1 sampai pasal 10, maka kita menemukan bahwa Imam Besar yang kita punyai adalah Imam Besar yang berbelas kasihan. Dan wilayah kerjaNya berada di dalam ibadah. Sebab Dia kepalai ibadah.

Kalau dulu mereka sewaktu-waktu karena kebutuhan untuk dilepaskan dari sakit penyakit, kita sekarang setiap saat ada kesempatan untuk dibebaskan. Di mana? Di dalam ibadah, ada Imam Besar yang memberikan pelayanan kepada kita. Jika Imam Besar hadir maka pekerjaanNya adalah membersihkan, menghapuskan, menyucikan segala cacat, cela dan kerut kita.

Olehnya kiranya kita umat Tuhan, mulai dari kami hamba Tuhan, agar kita tidak hanya membutuhkan Tuhan sewaktu-waktu. Lebih parah lagi kalau kebutuhan itu hanya untuk kesembuhan jasmani, setelah disembuhkan malah hilang tidak tahu ke mana. Mana rasa syukurnya kepada Tuhan setelah dia menikmati apa arti pelayanan Imam Besar. Kalau kita hanya disembuhkan secara jasmani maka kita masih bisa putus dengan Yesus yang disebut Tabib yang Ajaib. Tetapi kalau kita digarap oleh Firman, disucikan dan dijadikan sempurna maka kita tidak akan bisa pisah lagi dengan dia karena Dia Mempelai Laki-laki Sorga dan kita Mempelai WanitaNya.

Belas kasihan dapat dikatakan kasih karunia. Seseorang yang mendapat belas kasihan, itu berarti menerima pemberian Tuhan yang sangat berharga yang justru diberikan pada orang yang sebenarnya tidak layak, itulah belas kasihan, itu kasih karunia. Sama kita ini, kita sebenarnya dihadapan Tuhan tidak layak. Tetapi kita diberi Tuhan kasih karunia, diberikan belas kasihan. Karena kita sudah menerima belas kasihan dan kasih karunia yang seharusnya tidak pantas diberikan kepada kita, lalu bagaimana tanggapan kita. Bagaimana sikap kita seharusnya sebagai umat Tuhan. Karena itu berkesinambungan, tidak hanya satu dua kali lalu selesai. Itu berkesinambungan sampai kehidupan yang tadinya tidak layak itu menjadi layak dan sempurna di hadapan Tuhan.

II Korintus 6:1
6:1 Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.

Siapa yang dinasihati? Teman-teman sekerja. Jika 5 orang ada di situ lalu salah seorang berbicara di situ, apakah yang 4 orang akan berkata “sok engkau menasihati kami!”. Bukan demikian yang seharusnya. Jemaat itu teman sekerja, hamba Tuhan lebih-lebih lagi teman sekerja. Ada yang dipakai Tuhan untuk menasihati. Apa tujuannya? Supaya jangan engkau membuat sia-sia kasih karunia yang sudah diterima. Di sini kadang kala kita salah menerima. Diingatkan, saling menasihati, tetapi tidak bisa menerima.

II Korintus 6:2
6:2 Sebab Allah berfirman:  "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau,  dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau."  Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.

Jadi Tuhan bicara dulu “pada waktu Aku berkenan” kemudian Tuhan berkata “waktu ini adalah waktu perkenanan itu”. Jadi bukan lagi sewaktu-waktu, bukan kapan tetapi hari ini. Itulah hari perkenanan Tuhan dan jangan disia-siakan.

Puji syukur orang-orang yang sakit itu sadar akan penyakitnya dan butuh kesembuhan, pada waktu itu mereka membutuhkan kesembuhan jasmani. Kita ini tidak hanya mencari kesembuhan jasmani yang seringkali memang kita butuh. Tetapi kalau mencari kesembuhan jasmani, setelah sembuh dia tidak tahu berterima kasih lagi kepada Yang menyembuhkan. Bagaimana caranya mengucap syukur? Dengan beribadah melayani Tuhan, jangan lupa diri kita sudah ditolong Tuhan! Ini yang diingatkan oleh rasul Paulus. Jangan sampai kasih karunia, belas kasihan itu disia-siakan. Karena banyak terjadi di mana-mana, hanya butuh kesembuhan jasmani. Begitu sembuh tidak ada lagi penghargaannya terhadap Tuhan lewat ibadah pelayanan. Dia sia-siakan ibadah, itu berarti menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan.

II Korintus 6:3
6:3 Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela.

Jadi kalau kita punya pelayanan, sudah mendapat kasih karunia, sudah mendapat belas kasihan, sebenarnya tidak layak tetapi sudah diberi oleh Tuhan, tujuannya supaya mencapai kesempurnaan. Untuk menjaga supaya pelayanan kita jangan bercela, jangan menyandung orang lain maka kita harus aktif dalam ibadah pelayanan. Itu cara menjaga kasih karunia Tuhan/ belas kasihan.

Puji Tuhan kalau kita hidup pada akhir zaman ini bisa menjadi kehidupan yang mendapat belas kasihan. Kita sadar kita tidak layak sebenarnya, tetapi kita mendapat belas kasihan, mendapat kasih karunia. Coba bagaimana perasaanmu, tidak layak tetapi kenapa diberi. Kita akan mewujudkan rasa terima kasih terus menerus. Coba kalau kita layak lalu menerima, beda dengan yang tidak layak tetapi dia mendapat.

Itu sebabnya jangan saudara menjadi umat Tuhan memberi sebab orang tersandung. Jangan menjadi orang yang tersandung maupun yang mudah terjadi. Berarti jangan menjadi sandungan. Jangan mudah tersandung, mudah tersinggung, cepat kecewa, cepat putus asa. Orang seperti ini tidak menghargai kasih karunia, tidak menghargai belas kasihan Tuhan. Orang seperti ini repot. Makanya ini harus kita jaga:
Mazmur 119:165
119:165 Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.

Tidak gampang tersandung juga tidak mudah tersinggung, tidak mudah kecewa, tidak cepat putus asa. Apa yang membuat orang tidak bisa menghargai kasih karunia atau belas kasihan? Karena pikirannya pikiran dunia, pikirannya pikiran daging. Jangankan manusia, Yesus saja coba disandung oleh orang dengan pikiran seperti ini. Rencana Tuhan mau disandung oleh orang seperti ini.
Matius 16:21
16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Ini pikiran sorga, pekerjaan penyelamatan, ini kasih karunia, ini belas kasihan. Dia yang tidak bersalah kenapa mau mendaki bukit Golgota dan di salib di sana. Kita ini tinggal menerima, sebenarnya kita tidak layak tetapi kita menerima.

Matius 16:22-23
16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Coba lihat di sini,  pikiran daging, pikiran yang tidak mau sengsara salib. Pikiran yang mau beribadah tetapi tidak mau sengsara, mau melayani tidak ada sengsara, itu pikiran daging! Itu sandungan bagi Yesus. Kalau sampai Yesus tersandung berarti Firman tersandung. Artinya pekerjaan Firman tidak akan sampai pada orang itu. Sakit tetapi sakit, lumpuh tetap lumpuh, timpang tetap timpang karena pikiran ini.

Ini pikiran daging kalau memikirkan ibadah dan melayani itu dia cari yang enak. Bahkan menomorsatukan yang daging, yang dunia. Dia berpikir “sudahlah Firman, yang penting daging saya peroleh, saya bisa raih yang dunia”. Ini sandungan bagi Tuhan, alias orang itu tidak bisa masuk sorga, karena sorga tersandung dengan dia. Ini jangan terjadi pada saya dan saudara.

Kita ini menerima belas kasihan dan kasih karunia. Sebenarnya kita tidak layak dan tidak pantas, tetapi kita terima. Sudah siap algojo untuk sembelih kita, tiba-tiba dibatalkan sebab ada yang rela disembelih ganti kita. Coba kita renungkan itu baik-baik. Sebabnya mari kita lihat Yohanes pasal 5 ini.

Dalam II Korintus 6:1 dikatakan sewaktu-waktu, kemudian kalimat selanjutnya mengatakan sekaranglah waktu perkenanan Tuhan. Sebab Imam Besar sudah hadir. Benar-benar Dia hadir dan terus menangani kita, itulah Yesus. Oleh Korban Kristus kita bisa melayani Dia dan beribadah. Kemudian Dia naik ke sorga untuk kepentingan kita.
Ibrani 9:24
9:24 Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.

Aduh, kenapa kita seperti orang besar saja mau dilayani oleh Tuhan padahal sesungguhnya saya tidak layak. Kenapa Tuhan itu rela, di dunia Dia tersalib, di sorga Dia naik untuk kepentingan kita. Kenapa kita menyia-nyiakan belas kasihan Tuhan, menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan dan menjadi sandungan lagi bagi Yesus. Semoga ini jangan terjadi pada diri kita.

Semua kita yang hadir di sini, renungkanlah hidup kita ini. Dikatakan kita tidak layak, tetapi Dia rela mati untuk kita. Kemudian Dia naik ke Sorga untuk kepentingan kita yang tidak layak ini. Apalagi yang mau kita lakukan! Sebenarnya biar kita sembayang semalam suntuk, tidak akan bisa membalas kasih karunia Tuhan. Apalagi sudah ada kesempatan lalu kita tidak mau, itu membuat sia-sia kasih karunia Tuhan dalam diri kita. Ini jangan terjadi dalam kehidupan kita.

II Korintus 6:1
6:1 Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.

Ini Paulus dan tidak berhenti pada Paulus namun kepada siapa saja yang dipakai Tuhan memberikan nasihat. Dan lebih tandas lagi dalam Filipi pasal 3, Paulus menasihati sampai dengan derai air mata. Kenapa? Karena melihat mereka melayani dengan pikiran daging, pikiran duniawi.
Filipi 3:17
3:17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.

Bukan berarti Paulus sombong rohani. Kalau Paulus bicara seperti ini bukan berarti dia mengangkat-angkat diri, salah kita kalau berpikir begitu. Di sini dia memperlihatkan teladan, memperlihatkan “begini seharusnya kita hidup”. Coba kalau saya bicara seperti itu, bisa saja orang berkata “sombong itu Bernard Legontu”. Tetapi itu haknya orang. Namun wajib bagi Paulus menunjuk dirinya menjadi teladan, itu menjadi kendali bagi dirinya dan bagi teman-temannya. Dia tidak takut menghadapi kritikan.

Filipi 3:18
3:18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.

Banyak orang menjadi seteru salib, beribadah tidak butuh salib, melayani tanpa salib. Dan itu yang sekarang ini lagi menggelegar di dalam gereja. Contohnya: yang disuarakan oleh banyak pelayan Tuhan “kasihan itu jemaat Tuhan sudah susah di sawah, di toko, di kantor lalu datang di gereja diberitakan lagi tentang sengsara”. Itu logis, tetapi itu yang ditegur oleh rasul Paulus, justru mereka menjadi seteru salib. Tetapi banyak orang suka, berita seperti itu diminati sekali, berjubel-jubel orang ke sana. Tetapi coba beritakan tentang sengsara salib “ibadah harus memikul salib, harus begini, harus begitu” orang mudah meninggalkan.

Kalau ini tidak bisa kita hayati dan tidak bisa terima, maka ini yang membuat rasul Paulus menangis.
Filipi 3:19
3:19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

Kalau sudah mengecilkan ibadah dan mengutamakan yang duniawi dan soal daging maka jurusannya kebinasaan. Ini yang diingatkan oleh Tuhan melalui rasul Paulus jangan terjadi, apa gunanya sudah susah-susah melayani kemudian ujung-ujungnya binasa.

Kami hamba Tuhan lebih dahulu. Jangan sampai ada di rumah belas kasihan kemudian hanya sewaktu-waktu air digoncang. Ketika Yesus hadir maka tidak butuh sewaktu-waktu, sekarang ada Yesus Imam Besar setiap saat, setiap hari. “hari ini hari perkenanan Tuhan” itu kata Tuhan. Jadi tidak menunggu nanti pendeta dari mana datang membuat KKR baru ada kegoncangan, tidak. Setiap saat, yang penting ada minat dan kerinduan hati kita “saya butuh segala cacat cela dan kerut dibersihkan dari hidupku”. Sehingga kemuliaan kita tidak seperti kemuliaan mereka, sebab dikatakan “kemuliaan mereka adalah aib mereka”. Jangan sampai aib dianggap kemuliaan, itu gawat. Jangan sampai ini terjadi dalam kehidupan kita sekalian.

Itulah yang dilakukan Petrus dalam Matius pasal 16 tadi. Kemudian satu saat terjadi perubahan yang drastis dari Petrus, dia berkata “aku pergi menangkap ikan” lalu yang lain berseru “kami pergi juga dengan engkau”.
Yohanes 21:3
21:3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.

Kalau yang menukik itu serempak, langsung ramai, langsung bareng, langsung bersama. Kalau arahnya untuk kebutuhan jasmani langsung ramai, serempak. Tetapi kalau yang rohani belum tentu serempak, belum tentu ramai-ramai. Tetapi kalau namanya untuk kembali kepada yang berseberangan dengan rencana Allah, itu serempak, langsung topang menopang, langsung dukung mendukung. Tetapi bila yang rohani disuarakan mereka berkata “tunggu dulu! Maaf dulu!”. Malah perlawanan yang diterima jika menyuarakan yang rohani. Tetapi kalau menyuarakan yang jasmani, ramai-ramai topang menopang, dukung mendukung. Lihat saja kalau di dalam gereja dikumandangkan yang jasmani semuanya ramai topang-menopang, dukung mendukung. Tetapi jika seseorang yang menyuarakan kebenaran di mana-mana dia dihantam!

Kita sekarang mendukung yang mana. Mendukung Petrus yang kembali pada profesi yang lama, kembali pada persoalan yang duniawi. Atau mendukung yang mengajak untuk rohani kita meroket untuk menjadi Mempelai Wanita Tuhan.

Belas kasihan Tuhan jangan kita sia-siakan. Jangan kita menjadi batu sandungan terhadap Firman. Bayangkan Petrus menjadi sandungan dari Firman, tetapi syukur dia berubah ketika bertemu Yesus di tepi pantai Tiberias ketika fajar menyingsing. Dia menangis untuk kesekian kalinya. Dia menangis ketika bertatapan mata dengan Yesus. Ketika Yesus ada dalam pengadilan Pilatus, lalu ketiga kali Petrus menyangkal, Yesus menengok dia. Tatapan mata Yesus beradu dengan Petrus sehingga menghancurkan hati Petrus dan dia menangis. Kali ini juga Petrus berdukacita untuk melejit masuk dalam pelayanan.

Yohanes 21:17
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Sedih di sini berarti menangis. Kesedihan hati Petrus, hatinya hancur. Itulah penyesalan Petrus.

Lampau kita hanya membutuhkan Yesus sewaktu-waktu. Artinya kalau kita butuh Yesus kita cari, kalau tidak butuh sudahlah. Tetapi Yesus hadir, Dia siap menunggu siapa yang membutuhkan Dia. Dia Imam Besar yang berbelas kasihan, Dia siap hadir untuk menolong kita.

Sore menjelang malam ini Dia ada di antara kita. Datanglah kepada Tuhan “Tuhan saya butuh Engkau. Ini hari perkenananMu” sampai kita disempurnakan oleh Tuhan. Jangan buat Yesus tersandung dengan kelakuan kita.

Tuhan Memberkati.
GPT “Kristus Penebus”
Jl. Langgadopi No.4 Tentena
Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663
HP: 085241270477
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar