20230930

Kebaktian Doa, Sabtu, 30 September 2023 Pdt. Handri Otniel Legontu


Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.

Yohanes 11:32

11:32 Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."

 

Ini cerita Lazarus yang sudah mati dan busuk, sudah 4 hari dikuburkan. Inilah keadaan banyak manusia, secara khusus orang Kristen, menghadapi kematian dan kebusukan secara jasmani dan juga secara rohani. Secara jasmani menunjukan masalah-masalah sampai yang mustahil. Belum selesai 1 muncul lagi masalah yang lain, sampai rasanya tidak ada jalan keluar, seakan-akan Tuhan tidak menolong dan tidak peudli. Sudah dikirim utusan “orang yang Engkau kasihi sakit” Yesus malah bertahan tinggal 2 hari lagi baru berangkat. Begitu Yesus tiba, Lazarus sudah mati. Secara rohani itulah masalah di dalam pelayanan, masalah dalam nikah dan buah nikah, jatuh di dalam dosa sampai puncaknya dosa. Bahkan sampai hidup dalam dosa, sudah menikmati berbuat dosa, enjoy dengan dosa!

 

Semua kebusukan jasmani dan kebusukan secara rohani disebabkan oleh dosa. Ada masalah dalam pelayanan karena ada dosa, ada masalah dalam nikah karena ada dosa, ada masalah dalam hidup sehari-hari karena ada dosa. Semua kebusukan jasmani dan rohani disebabkan oleh dosa yang dipertahankan dan disembunyikan. Lama-lama nikahnya tambah kering, pelayanannya tambah kering. Kalau ada yang berguguran dalam pelayanan, jiwa-jiwa keluar dari penggembalaan, jangan bilang tidak apa-apa, periksa diri! Ada sesuatu yang dipertahankan, sesuatu yang disembunyikan yang tidak diselesaikan.

 

Ada 3 sikap yang harus ada pada kita supaya ditolong dan dipulihkan oleh Tuhan:

1.      Percaya kepada Yesus, bukan hanya di mulut tetapi sampai di dalam hati (ayat 25-27,40).

2.      Harus sehati (ayat 21,32) Marta dan Maria sehati = 1 pengajaran dan 1 roh.

3.      Tersungkur di bawah kaki Yesus (ayat 32)

 

Sore ini kita pelajari sikap yang ketiga, menghadapi kebusukan dan kematian secara jasmani dan rohani, sikap kita tersungkur di bawah kaki Yesus.

Yohanes 11:31

11:31 Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.

 

Ini sikap yang salah. Banyak orang Kristen menghadapi kematian dan kebusukan secara jasmani dan rohani malah mengambil sikap meratap. Artinya saling mempersalahkan sampai mempersalahkan Tuhan. “Kenapa terjadi seperti ini, Tuhan tidak adil, Tuhan tidak tolong” sampai bicara demikian.

 

Sikap yang benar tersungkur di bawah kaki Yesus. Pengertian tersungkur di bawah kaki Yesus:

1.      Mencurahkan isi hati kepada Tuhan dengan hancur hati, dengan menangis. Dari pada curhat kepada sesama, lebih baik curhat kepada Tuhan dengan hancur hati. Maka Yesuspun menangis.

Yohanes 11:34-36

11:34 "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!"

11:35 Maka menangislah Yesus.

11:36 Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!"

 

Begitu kita curhat kepada Yesus, Yesus menangis. Ini yang dimaksud dengan Yesus menangis:

Ibrani 4:14-16

4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.

4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

 

Artinya Yesus Imam Besar turut merasakan penderitaan kita dalam menghadapi kematian dan kebusukan jasmani dan rohani. Secara jasmani saja melihat orang berduka dan sedih, kita juga merasakan penderitaannya. Lebih lagi Yesus, Dia turut merasakan. Dan Yesus bukan hanya turut merasakan tetapi juga dapat menolong dan memulihkan kita pada waktunya. Waktunya Tuhan, bukan waktunya kita. Jangan ragukan kasih Yesus! Sebagai buktinya Yesus turut merasakan penderitaan dan dapat menolong kita adalah Yesus rela mati dan dikubur selama 3 hari, Yesus rela menjadi busuk untuk mengalahkan maut atau dosa sumbernya kebusukan. Dengan bangkitnya Yesus maka maut dikalahkan. Kemudian Yesus naik ke sorga mencurahkan Roh Kudus kepada kita. Roh Kudus ini digambarkan seperti minyak wangi supaya kita berbau harum di hadapan Tuhan.

Yohanes 16:7

16:7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.

 

Jadi dalam menghadapi persoalan boleh curhat kepada sesama. Tetapi seringkali sesama tidak bisa dipercaya. Kita curhat tetapi malah terdengar orang lain, ternyata diumbar pada orang lain. Dari pada curhat kepada sesama lebih baik kita curhat kepada Tuhan lewat doa penyembahan. Maka Yesus Imam Besar turut merasakan penderitaan kita. Yesus memperhatikan tetesan air mata kita.

Mazmur 56:9

56:9 Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?

 

Tuhan sedot segala penderitaan kita, ini adalah bukti kasih sayang Tuhan kepada kita.

 

2.      Tersungkur berarti memposisikan diri di tanah. Artinya mengaku hanya tanah liat, yaitu:

a)      Mengaku tidak layak sebab banyak kesalahan, kekurangan, kelemahan. Tanah itu kotor, di situ ada binatang yang buang kotoran. Kita mengaku tidak berharga, memang layak untuk diinjak-injak sehingga mendorong kita untuk selalu berdamai dengan Tuhan dan sesama. Yang membuat kita hina dan tidak berharga adalah dosa. Bukan malah mempersalahkan orang lain “anak kita seperti ini karena kamu!” lebih baik mengaku “saya tidak layak, saya banyak kesalahan, saya tidak berharga layak dinjak-injak” itu mendorong kita untuk selalu berdamai dengan Tuhan dan sesama.

 

Bagaimana proses berdamai dengan Tuhan dan sesama?

1)      Mau menerima ketajaman Firman pengajaran yang benar yang menusuk sampai ke dalam hati dan pikiran tempat disembunyikan dosa.

Ibrani 4:12-13

4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

4:13 Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

 

Apa yang kita sembunyikan akan kita pertanggungjawabkan di depan takhta penghakiman, takhta putih. Lebih baik sekarang terima ketajaman Firman menusuk sampai ke dalam hati pikiran, kita bisa sadar akan dosa kita dan menyesalinya, lalu akui kepada Tuhan, akui kepada sesama dengan sejujur-jujurnya, dengan hancur hati. Waktu-waktu yang sisa ini pergunakan untuk berdamai, bukan untuk menambah dosa. Firman menusuk, selesaikan. Fungsi kita beribadah supaya Firman menusuk sampai ke dalam hati dan pikiran supaya dosa diselesaikan. Kita datang dalam keadaan kotor, pulang sudah bersih. Di padang gurun dunia banyak pasir-pasir dosa. Kalau kita kena lagi pasir dosa, dibersihkan sampai tidak ada lagi dosa. Di hati dan pikiran tidak ada lagi dosa yang disembunyikan, kita tampil sebagai Mempelai Wanita Tuhan yang tidak bercacat cela.

 

2)      Lewat ketajaman Firman mendorong kita untuk mengampuni dosa orang lain yang sudah diakui kepada kita dan melupakannya. Semuanya lewat dorangan Firman! Ada orang berdamai dengan dorongan yang lain, tetapi itu tidak akan tuntas. Kalau sudah terpojok, sudah kedapatan, bisa kelihatan berdamai, tetapi tidak tuntas. Biarlah semua oleh dorongan Firman. Yang salah menerima Firman dan mendorong dia untuk mengaku dosa, yang benar menerima Firman mendorong dia untuk mengampuni. Maka darah Yesus menghapus segala dosa kita sehingga kita mengalami damai sejahtera.

 

Dosa membuat kita terpisah dari Tuhan, kalau terpisah tidak tenang. Tetapi kalau dosa diselesaikan, kita dekat dengan Tuhan, kita tenang, damai sejahtera. Kalau dosa sudah diselesaikan semua jadi enak dan ringan. Walaupun terjadi percekcokan dan perselisihan lalu diselesaikan maka bisa menjadi enak dan ringan, bisa bertegur sapa.

 

b)      Mengaku tidak mampu, tidak berdaya apa-apa. Tanah liat begitu ada hewan lewat di atasnya dia tidak bisa menyingkir, hewan itu buang kotoran dia tidak bisa berbuat apa-apa. Menghadapi kebusukan-kebusukan, menghadapi kematian rohani, tidak mampu, tidak berdaya apa-apa. Sehingga mendorong kita untuk menyerah sepenuh kepada Tuhan. Percaya dan mempercayakan hidup sepenuh kepada Tuhan = taat. Pergi ke sana “iya”. Taat pada kehendak Tuhan apapun yang dihadapi dan apapun yang harus terjadi. Tanah liat itu hanya bergantung pada belas kasihan Tuhan. Belas kasihan Tuhan itulah hidupku, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tuhan yang mengerjakan semuanya.

 

Ini bagaikan mengulurkan 2 tangan kepada Tuhan, maka Tuhan juga mengulurkan tangan belas kasihan dan kemurahanNya kepada kita. Tangan ketemu tangan maka mujizat pasti terjadi. Untuk melayani tidak mampu, mau khotbah tiap hari tidak mampu. Mungkin bapak ibu bekerja tidak mampu, modal tidak ada, tinggal percayakan hidup sepenuh kepada Tuhan, terserah Engkau Tuhan. Menghadapi penyakit kita tidak mampu, tinggal angkat tangan mengaku hanya tanah liat. Seringkali diajak angkat tangan memang di gereja angkat tangan. Tetapi ketika Firman datang malah berpikir “masakan Firman seperti itu, tidak masuk akal, tidak logis” tidak mau ditaati. Kalau seperti itu tidak akan pernah dijamah oleh Tuhan. Mendengar Firman bukan untuk kita perdebatkan, bukan untuk dikritik, tetapi untuk kita taruh di hati, percayai, imani dan mau kita praktekkan. Maka hasilnya:

a)      Tangan belas kasih kemurahan Tuhan membentuk kita tanah liat menjadi bejana kemuliaan. Tanah liat yang kotor itulah kita yang mengaku kotor, tidak layak, pantas diinjak-injak, itu diambil oleh Tuhan dan dibentuk menjadi bejana kemuliaan.

Roma 9:21-24

9:21 Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?

9:22 Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan --

9:23 justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan,

9:24 yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain,

 

Kita rindu dipakai guna tujuan yang mulia, untuk pembangunan Tubuh Kristus. Tangan belas kasih kemurahan Tuhan membentuk kita bangsa kafir menjadi bejana kemuliaan = menyucikan kita yang kotor, yang busuk menjadi harum sehingga bisa dipakai untuk memuliakan Tuhan.

 

Roma 9:20

9:20 Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?"

 

Kalau sudah dipakai tidak usah banyak komentar, tidak usah banyak protes, tidak usah banyak kritik. Lalu apa yang dilakukan? Bekerja saja memuliakan Tuhan! Dipercaya menjadi paduan suara, bekerja saja memuliakan Tuhan. Dipercaya jadi gembala, bekerja memuliakan Tuhan. Tidak usah protes! Dalam ikut ibadah persekutuan, di tempatkan di mana saja, yah sudah melayani Tuhan. Tidak usah banyak protes dan komentar.

 

b)      Tangan belas kasih kemurahan Tuhan mampu menjadikan semua baik bahkan sungguh amat baik. Ingat penciptaan langit dan bumi, di penghujung hari Tuhan katakan semua baik. Begitu selesai menciptakan manusia, Tuhan berkata “sungguh amat baik”. Kalau sekarang belum baik, periksa, masih ada yang busuk yang perlu diakui dan diselesaikan kepada Tuhan dan kepada sesama.

 

c)      Tangan belas kasihan dan kemurahan Tuhan mampu menciptakan kita menjadi baru, menjadi ciptaan baru, sampai sempurna, sama mulia dengan Tuhan. Tanah menjadi bejana, itu ciptaan baru. Tanah liat dibentuk menjadi manusia, menjadi Adam dan Hawa. Ikut KKR berkali-kali, setelah pulang apakah sudah menjadi manusia baru atau jangan-jangan masih manusia lama!

 

Tanda-tanda manusia baru:

1)      Buang dusta = jujur.

Efesus 4:24-25

4:24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.

 

2)      Taat. Kalau sudah jujur pasti bisa taat. Di taman Getsemani Yesus didatangi oleh prajurit-prajurit, Yesus tanya “siapa yang kamu cari” mereka katakan “Yesus orang Nazaret”. Bisa saja Yesus tunjuk Yudas “itu Yesus” tetapi Yesus berkata “Akulah Dia” dan waktu Yesus berkata mereka ambruk semua. Yesus ditangkap, dibawa dan dihukum mati. Yesus taat sampai mati. Jadi jujur itu pasangan taat.

 

Jujur dan taat, jujur mulai dari soal pengajaran, kalau benar bilang benar! Yang benar mau dihalang-halangi bagaimanapun tidak akan bisa. Kalau benar, pegang, akui dan praktekan. Jangan karena yang sampaikan hamba Tuhan yang masih muda, yang kecil pelayanannya, sekalipun ada ayat-ayatnya malah dikatakan sesat! Begitu yang datang hamba Tuhan yang besar pelayanannya, begitu sampaikan Firman yang tidak ada ayat-ayatnya malah didukung. Jangan, itu tidak jujur namanya. Kalau tidak jujur pasti tidak taat. Saya tidak berani ngomong kalau tidak ada ayat yang mendukung. Kenapa mau dipaksakan kalau tidak ada ayatnya. Yang jelas ada ayatnya akui bahwa itu benar ada ayatnya. Ibadah terakhir dikatakan kamu tahu kalau kawin cerai itu salah? Iya tahu. Yah sudah kalau benar, pegang yang benar. Kalau ada ayatnya terimalah! Jujur soal pengajaran, kalau tidak benar katakan tidak benar.

Titus 2:7

2:7 dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,

 

Pengajaran itu ayat menerangkan ayat, jadi ada ayatnya. Kalau pengajarannya tidak benar yah sudah hindari saja, jangan musuhi, beres!

Roma 16:17

16:17 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!

 

Boleh silahturahmi, tetapi untuk berfellowship harus dihindari. Kalau sudah jujur soal pengajaran pasti bisa jujur soal nikah, jangan ada disembunyikan. Jujur soal keuangan, jujur dalam segala hal. Itulah Mempelai Wanita Tuhan, kota yang bagaikan kristal, kristal itu transparan, itulah kejujuran.

Wahyu 21:11

21:11 Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.

 

Tes bukti orang ini jujur dan taat seperti kristal, dia pasti seperti permata Yaspis. Ada kerinduan menyala-nyala berkobar-berkobar melayani Tuhan. Bisa dilihat hamba Tuhan ini dalam pelayanan bagaimana? Tidak ada kerinduan menyala-nyala, sering ditinggal pelayanannya. Dari situ dilihat gembala ini ajarannya benar atau tidak, dia jujur dan taat atau tidak, lihat dalam pelayanan. Kalau dia menyala-nyala sampai usia lanjut, itu berarti jujur dan taat. Jemaatpun begitu, pelayan-pelayan Tuhan kalau tidak jujur, tidak taat, pasti tidak bernyala-nyala. Mulai lemas, loyo, bosan. Kalau lagi mood menyanyi, kalau tidak mood tidak menyanyi. Gembala mulai malas khotbah, persiapannya juga sudah malas-malasan.

 

Maka ketika Yesus datang kita bisa menyambut Dia masuk pesta nikah Anak Domba Allah. Jadi kalau kita jujur dan taat ditambah setia menyala-nyala maka kita sedang berjalan dengan Tuhan. Langkah-langkah hidup kita adalah langkah-langkah mujizat bersama dengan Tuhan. Apa yang sudah mati dan busuk, Tuhan sanggup pulihkan. Jujur taat menyala-nyala melayani Tuhan sampai garis akhir.

 


Tuhan Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar