20170422

Kebaktian Doa, Sabtu 22 April 2017 Pdt. Bernard Legontu


Salam sejahtera di dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.


Lukas 17:7-10
17:7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
17:8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
17:9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Pasal 17 ini dalam terang Tabernakel kena pintu tirai. Pintu tirai ini memiliki 4 tiang yang berfungsi:
1.      Menggantung tirai.
2.      Menahan pertemuan antara tenda Tabernakel rangkap pertama dan rangkap kedua, bertemu di situ dan dikancing dengan 50 kaitan. Tenda Tabernakel rangkap pertama berbicara iman dan rangkap kedua berbicara perbuatan iman. Jadi berat pekerjaan tiang ini.
3.      Menahan pertemuan antara tenda kedua yaitu bulu kambing yang pas di tengah.

Tugasnya ada tiga ini. Kalau ini dikenakan pada hubungan hamba dan tuan, berarti ini ditujukan kepada kita. Tugas kita memang berat, tidak enteng. Apakah kita harus mengeluh? Tugas sudah berat, daging kita lagi harus dirobek. Jadi kalau kita hanya melihat tugas yang berat, akhirnya kita menarik diri dan tidak mau dikoyak, tidak mau dirobek daging kita, kita belum dapat dikatakan sebagai hamba.

Tujuan perobekan itu supaya kita bisa memandang peti perjanjian. Bukan hanya memandang, tetapi kita juga harus eksis di situ.

Kata hamba dalam Lukas pasal 17 ini tidak menggunakan kata daulos tetapi huperetas. Kalau daulos dia memang hamba yang bekerja untuk tuannya tetapi belum tentu dia berani mengorbankan nyawa untuk tuannya. Kalau huperetas adalah hamba yang siap mengorbankan nyawa, dia tidak sungkan, tidak segan mengorbankan tubuh, jiwa dan rohnya bagi Tuannya. Teladannya adalah Yesus, Dia menempatkan diri sebagai hamba yang menyerahkan nyawa, Dia rela mengorbankan tubuh, jiwa dan rohNya.

Kalau kita membaca ini berarti kita mau dikondisikan oleh Tuhan menjadi huperetas. Tugas kita sebagai huperetas sama seperti tiang pintu tirai tadi.
Ø  Untuk menggantung pintu tirai
Ø  Menahan beban pertemuan tudung Tabernakel rangkap pertama dan rangkap kedua yang berbicara iman dan perbuatan iman. Beriman tanpa perbuatan sama dengan manusia tanpa paru-paru, berarti mati. Kalau seperti itu berarti sama seperti iblis, dia percaya Tuhan dan gemetar, tetapi perbuatannya melawan Tuhan.
Ø  Tempat pertemuan tenda bulu kambing.

Penggunanan kata hamba di sini adalah huperetas, hamba yang siap mati buat tuannya. Dia kerja tanpa memikirkan sedikitpun tentang dirinya. Kita lihat hamba ini, sudah mati-matian kerja di ladang, menggarap ladang, mencangkul, menyiangi tanaman di sana. Kemudian menggembalakan domba-domba, setiap hari diterpa panas matahari, berjuang mempertahankan domba tuannya, jangan sampai domba itu diterkam oleh binatang buas. Ketika pulang ke rumah, tuannya tidak langsung mempersilahkan dia mandi lalu memakai pakaian yang layak dan ada makan yang tersaji di meja, silahkan makan. Tidak seperti itu, malah sebaliknya Tuhan menyuruh dia kembali bekerja. Di luar sudah bekerja, di dalam bekerja lagi. Dia mengikat pinggang dan siap melayani Tuhan.

Kita sudah melakukan pekerjaan Tuhan mulai dari hari senin, selasa, rabu, kamis sampai jumat. Sore ini secara manusia daging rasanya saya mau berkata “ayo kita istirahat, tidur di rumah dulu”. Tetapi hati tidak sejahtera, hati tertuduh. Sekarang ini kita harus melayani pribadiNya (menyembah).

Kalau sudah melayani pribadiNya, itu tidak lagi sebatas huperetas sebab pribadiNya itulah yang akan kita miliki, kita sebagai umat Tuhan, pelayan Tuhan, hamba Tuhan. Karena kita melayani pribadiNya, berarti kita berupaya untuk memiliki pribadiNya. Huperetas satu saat akan diangkat menjadi Mempelai WanitaNya karena dia bukan hanya sebatas melayani pekerjaanNya tetapi juga melayani pribadiNya. Bukan mencintai warisan atau mencintai pekerjaanNya tetapi mencintai pribadiNya.

Sudah melayani, masih juga berucap “aku hamba yang tidak berguna”. Inilah tanda kunci bahwa hamba ini bukan sebatas daulos tetapi huperetas. Inilah umat Tuhan dan hamba Tuhan yang mencintai dan mengasihi Tuhan, mencintai pekerjaanNya, mencintai pribadiNya. Ada orang yang suka melayani pribadiNya, tetapi tidak suka melayani pekerjaanNya. Ada lagi yang suka melayani pekerjaanNya tetapi tidak mau melayani pribadiNya. Kedua-duanya salah.

Kalau mengatakan mengasihi dan mencintai Tuhan berarti mengasihi dan mencintai pekerjaanNya. Kalau mengatakan mengasihi pekerjaanNya berarti juga mencintai pribadiNya.

Jangan hanya disaat kita menyembah kita mengatakan “saya cinta Tuhan Yesus”, tetapi dengan pekerjaanNya tidak. Kita harus membuktikan mencintai pekerjaan dan pribadiNya. Di situlah beban yang harus kita rasakan sebagai hamba. Apalagi ini kena mengena dengan pintu tirai, berarti harus masuk dalam perobekan daging.

Saya sebagai gembala adalah suami bayangan bagi jemaat dan akan menghentar jemaat yang adalah isteri kepada suami yang sesungguhnya. Ini saya kutip dari hamba Tuhan pendahulu, saya tidak mau lepas dari situ. Karena bapak Pdt. In Yuwono adalah orang Jawa maka ketika mengutip ini hambaNya selalu mengatakan “sigaraning nyowo”.

Saya sudah tertolong dengan pengajaran Kabar Mempelai dalam terang Tabernakel, saya tidak mau bermain-main. Untuk apa lagi melirik ajaran lain dan melirik dunia karena pengajaran ini sudah kita dapatkan untuk membawa kita menjadi belahan jiwanya Tuhan dan Tuhan menjadi belahan jiwa kita.

Berita kita jangan keluar dari II Korintus 11:2. Begitu keluar dari situ maka orang itu akan diterkam oleh dunia dan oleh daging. Hal ini selalu ditekankan oleh bapak Pdt. In Yuwono. Kalau ada orang yang undur meninggalkan dan menerima pengajaran lain, nanti resikonya akan dia dapatkan.

Posisikan dirimu menjadi hamba yang siap mati buat tuannya. Masakan Tuhan Yesus sudah menunjukkan teladan pelayanan rela mati bagi saudara, lalu saudara tidak mau mati bagi Dia dan santai-santai saja. Bukan dalam arti mati karena dibunuh tetapi daging kita yang harus mati, kita menyalibkan daging, kita harus rela merobek daging kita. Kehidupan seperti itu dijamin masuk pelaminan, masuk di ruangan maha suci.

Jadilah kita hamba-hamba kebenaran yang mengkondisikan diri rela mati. Sakit bagi daging, itu tidak menjadi masalah karena akan diganti dengan kemuliaan.

Roma 8:17-18
8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.

Ini harus kita imani, itu sebabnya tiang pintu tirai itu pas menjunjung persambungan  tenda Tabernakel dari rangkap pertama dan rangkap kedua. Rangkap pertama adalah iman dan rangkap kedua adalah perbuatan iman. Sore ini kita buktikan bahwa kita beriman kepada Tuhan dengan datang menyembah Tuhan.


Tuhan Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar