20240819

Ibadah Doa Pagi, Senin, 19 Agustus 2024 Pdt. Handri Legontu

 


Salam damai sejahtera di dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus

 

Kisah Rasul 16:1-3 Timotius turut serta dengan Paulus

16:1 Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani.

16:2 Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium,

16:3 dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani.

 

Timotius adalah salah seorang dari murid Paulus yang diajak oleh Paulus dalam perjalanan misionarisnya yang kedua. Selain Paulus juga ada Lukas.

 

Siapa sebenarnya Timotius ini? Timotius memiliki ayah seorang Yunani dan ibunya adalah  seorang Yahudi yang sudah percaya kepada Yesus, saat itu sudah disebut orang Kristen, nama ibunya Eunike dan neneknya bernama Lois. Keduanya adalah orang Kristen taat. Ayahnya orang kafir total, ayahnya bukan juga penganut agama Yahudi, karena banyak orang Yunani yang menganut agama Yahudi yang disebut kaum proselit termasuk Kornelius bangsa lain yang menganut agama Yahudi. Di sini ayah Timotius kafir total, buktinya Timotius tidak disunat. Kalau ayahnya menganut agama Yahudi pasti menyunatkan anaknya. Jadi, Timotius ini adalah hasil perkawinan campur.

2 Timotius 1:5

1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.

 

Perkawinan campur hanya membawa dampak yang negatif yaitu tidak disunat artinya tidak mengalami penyucian.

Kolose 2:11-12

2:11 Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,

2:12 karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.

 

Itu sebabnya Tuhan secara tegas lewat rasul Paulus melarang kawin campur, tidak satu iman, tidak satu keyakinan, tidak satu baptisan, tidak satu Firman pengajaran.

2 Korintus 6:14

6:14 Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?

 

Kalau sudah terlanjur terjadi, bagaimana? bergumul ekstra supaya pasangan itu bisa menerima Yesus, bisa menerima pengajaran yang benar. Kalau ada buah nikah bagaimana? Belajar dari nenek dan ibunya Timotius setelah mereka bertobat, mereka percaya Yesus menjadi orang Kristen yang taat, mereka memberikan teladan iman bagi Timotius. Jangan sampai pasangan yang tidak satu keyakinan itu atau yang tidak satu pengajaran yang memberi pengaruh yang negatif kepada buah nikah. Kita yang sudah satu pengajaran kita berikan teladan iman kepada buah nikah. (2 Timotius 1:5)

 

Didiklah anak itu dengan Firman pengajaran yang benar. Didikan nenek dan ibunya Timotius menjadikan Timotius dikenal baik di kalangan orang-orang Kristen yang ada di Listra dan di Ikonium.

 

Jadi kesalahan dalam hal kawin campur diperbaiki dengan menjadi orang Kristen taat dan berikan teladan iman bagi buah nikah, sehingga buah nikah memiliki kesaksian yang baik. Kehidupan seperti ini yang akan diikutsertakan di dalam pelayanan pembangunan tubuh Kristus.

 

Timotius diikutsertakan oleh Paulus, bahkan surat-surat untuk Timotius ada dicantumkan di dalam Alkitab kita. Paulus menyuruh menyunatkan Timotius. Seakan-akan bertentangan dengan sikap Paulus dalam

Kisah Rasul 15:1-2

15:1 Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan."

15:2 Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.

 

Kalau kita baca di sini Paulus menentang tentang penyunatan, dalam pasal 16 Timotius harus disunat. Bahkan apa yang dilakukan oleh Paulus ini seakan-akan bertentangan dengan hasil konsili para rasul di Yerusalem, karena di situ diputuskan bahwa bangsa kafir tidak dipaksakan untuk disunat hanya tidak boleh makan darah, tidak boleh makan daging penyembahan berhala, tidak boleh makan daging yang telah mati dicekik. Jadi, kalau kita lihat sikap Paulus seakan-akan plin plan, beda-beda. Tapi bukan demikian, sunat yang dilakukan kepada Timotius bukanlah suatu syarat untuk selamat seperti dalam Kisah Rasul 15:1-2, tetapi supaya Timotius bisa diterima oleh orang-orang Yahudi. Kalau Timotius tidak disunat ia akan dianggap najis oleh orang-orang Yahudi bahkan bisa-bisa Paulus dan Silaspun ditolak, pelayanan pemberitaan injil mereka juga dianggap najis.

 

Jadi, yang kita lihat di sini apa yang dilakukan Paulus adalah suatu hikmat. Ini pelajaran bagi kita dalam pelayanan harus berhikmat, khususnya kami hamba Tuhan, gembala harus punya hikmat. Misalnya dalam pelayanan kita harus menyesuaikan diri dengan orang-orang yang kita layani, asalkan bukan hal-hal yang berdosa.

 

Dalam pelayanan jangan menjadi sandungan bagi orang lain. Supaya pelayanan pemberitaan Firman Pengajaran bisa diterima oleh orang lain. Sebagai contoh:

1 Korintus 8:13

8:13 Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.

 

Misalkan kita mau melayani orang yang menganggap makan daging binatang itu haram, najis, jangan kita makan itu di depan dia. Kita pergi ke suatu tempat/ wilayah kalau duka ada penyembelihan itu dianggap sebagai persembahan untuk berhala, jangan makan itu.

 

Jadi, jangan sampai perkara-perkara jasmani seperti makanan, cara berpakaian, dsb, menjadi sandungan bagi orang lain dalam pelayanan kita. Di sinilah dibutuhkan hikmat. Saya pergi ke suatu wilayah saya harus tahu bagaimana keadaan orang di situ, kita bisa menyesuaikan diri dalam hal bukan berbuat dosa, supaya pemberitaan Firman Pengajaran bisa diterima. Kalau kita bersikap tidak seperti keadaan orang di situ, kita sudah buat jarak akhirnya apa yang kita sampaikan tidak akan mereka terima. Begitu juga dalam hal menggembalakan harus bisa membawa diri/ menyesuaikan diri menghadapi kaum intelektual dan yang bukan kaum intelektual, supaya pengajaran itu diterima.

 

Timotius di sini mau disunat sekalipun sakit, demi lancarnya pemberitaan injil. Artinya, dalam pelayanan kita harus rela berkorban apapun, harus putus total dari kekafiran. Sunat di sini menandakan bahwa Timotius putus total dari kekafiran. Timotius akhirnya dalam perjalanan misionaris Paulus diangkat menjadi gembala di Efesus.

Efesus 2:11-12

2:11 Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --

2:12 bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

 

Jangan kita sandingkan Tuhan dengan kekafiran, salah satunya adat istiadat yang menyangkut soal keselamatan. Harus putus total dari kekafiran. Maka Tuhan pasti akan memakai kita, Tuhan menyertai kehidupan kita sampai kita selesai dibangun menjadi tubuh Kristus yang sempurna.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

 

 

 

GPT “Kristus Penebus”

Jl. Langgadopi No.4 Tentena

Kec. Pamona Puselemba, Kab. Poso, 94663

HP: 081334496911

www.gptkp.blogspot.com

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar